"gosh..."satu kata yang terucap dari bibir jake saat sunghoon menghentikan mobilnya dan mengatakan mereka sudah sampai. ketika jake turun, yang terlihat hanyalah sekumpulan kerbau dan bebek yang bermain di sawah.
"rumah saya agak masuk, mobil ndak muat, kita jalan ya dari sini." sunghoon menurunkan koper jake dari bak belakang mobil dan menyeretnya pergi tanpa menunggu jake menjawab.
"jauh nggak?"
sunghoon terlihat berpikir. lalu jarinya menunjuk ke depan. "ndak kok. nanti kita lurus, mbelok kiri, lurus lagi, terus nanti ada mushola ke kanan."
"jauh itu sialan!"
sunghoon malah terkekeh melirik wajah jake yang kesal. sunghoon paham sih, jake ini anak kota yang kaya, mana pernah merasakan asam garam kehidupan.
"ndak jauh kalo kamu ndak ngeluh."
jake mencebik, tapi tetap mengikuti kemana sunghoon jalan.
"mas satya!"
satu anak kecil berlari menghampiri sunghoon dengan riang. ditangannya ada banyak butiran kelereng. "lapo to?" (kenapa?)
"aku menang gundu lawan dimas! deloken, akeh to?" (aku menang kelereng lawan dimas! liat, banyak kan?)
anak itu menunjukkan banyaknya kelereng di genggaman tangannya. jake perhatikan, kuku anak itu banyak tanahnya. apa tidak takut cacingan?
"dimas sing dekil koyo kolohan kirik* iku? dolan karo de e to kon?" (dimas yang kotor kaya kolohan kirik itu? main sama dia tah kamu?)
sunghoon seperti berbicara dalam bahasa planet. jake tidak mengerti dan ini sudah panas sekali. malah mengobrol dengan bocah sd di tengah sawah begini.
"satya, panas nih!"
anak itu langsung melihat jake di belakang sunghoon. sepertinya daritadi dia tidak sadar kalau ada jake. "ih mas satya, nggowo sopo kui?" (ih mas satya, bawa siapa itu?)
"eh maap ka, ini juan ngajak aku ngobrol sih."
sunghoon menyengir dan menggaruk kepalanya. jake sudah lelah dan malas berdebat hanya mengiyakan.
"ngko neh dolan ae ng umah, mas tak balek sek yo," (nanti lagi main aja kerumah, mas mau pulang dulu ya)
jungwon mengangguk mantap dan berlari pergi. jake meringis, anak itu tidak pakai alas kaki dan berlari dijalan yang berbatu kecil.
mereka melanjutkan perjalanan. jake memperhatikan sekeliling, sesekali ikut menyapa karena sunghoon ramah sekali. setiap warga yang berpapasan dijalan, disapa. mulai dari lansia sampai anak bayi pun disapa. seperti artis saja sunghoon ini, semua mengenalnya.
kaki sunghoon berhenti, jake ikut berhenti. jake kira rumah sunghoon dari geribik seperti kebanyakan rumah yang dilewati tadi. ternyata, rumah sunghoon berdinding semen dan tidak buruk. walaupun menurut jake kecil, ini bagus karena halamannya penuh dengan bunga warna-warni dan terasnya juga terdapat kursi rotan. rumah sunghoon terlihat asri dan nyaman.
sunghoon membuka pintu dengan kunci yang dia ambil dari bawah pot bunga keladi merah.
"azka? masuk dulu, katanya capek?"
jake berkedip cepat dan mengangguk. baru satu langkah masuk, sunghoon menahan pergerakan nya. "he! buka dulu sepatumu!"
"dibuka?"
"ya dibuka, kotor. ibuk udah ngepel, nanti kotor lagi."
jake mendesah malas dan membuka sepatunya. meletakkannya di rak sepatu samping pintu. dirumah, jake bebas pakai sepatu sampai kamar tanpa perduli mau kotor atau tidak.
"ini ya kamar saya, kamu bisa tidur disini."
"SEKAMAR SAMA LO?"
jake tidak santai. liurnya menyembur ke wajah sunghoon yang baru saja akan berkata lagi.
"denger dulu, kuahmu muncrat." jake tidak perduli.
"kamu di kamar saya, saya dikamar adik saya, azka." lanjut satya tenang.
"oh." jake merebut kopernya dari tangan sunghoon. menarik tas itu masuk ke kamar kecil milik sunghoon. tidak ada yang menarik dari kamar sunghoon yang luasnya hanya 4x4 meter. hanya ada ranjang kayu ukuran satu orang, poster sheila on 7 di dinding, meja belajar yang ada radionya, lemari kayu yang jake yakini berisi pakaian sunghoon.
"istirahat aja dulu. ibuk masih disawah sama bapak, saya mau ke belakang dulu."
jake tidak mendengarkan sunghoon dan membiarkan laki-laki itu berlalu. jake mendudukan diri di kasur kapuk sunghoon, tidak senyaman dirumah tapi setidaknya jake masih diberi kasur.
memang dasarnya suka penasaran, jake melihat lihat isi kamar milik sunghoon ini. lagipula, ini sekarang kamarnya, harusnya jake bebas mau melakukan apa saja disini.
"jaman sekarang masih dengerin radio?" jake menyentuh radio berwarna hitam itu, dibelakangnya ada banyak stiker-stiker bonjovi. mungkin sunghoon ini pecinta musik, pikirnya.
buku-buku milik sunghoon tidak ada yang menarik, hanya buku buku psikologi dan tata cara merawat tanaman.
"eh? apa ini adeknya ya?"
tangannya meraih pigura kecil disudut meja. ada sunghoon dan anak laki-laki, yang kira-kira seumuran anak jorok yang disawah tadi. jake menaruhnya lagi. baru akan membuka lemari sunghoon, terdengar suara dari depan.
"assalamualaikum! satya! pintu depan kenapa ndak ditutup?!"
sepertinya jake kenal suara itu. jake keluar kamar dan sudah ada ibunya sunghoon alias bi sumi yang bunda dan ayah maksud.
"loh, den azka? udah sampe? si satya mana ya, kok ditinggal? udah makan belum?" jake yang ditanya bertubi-tubi bingung harus menjawab apa. beruntung, sunghoon datang entah darimana membawa dua gelas air teh.
"lho buk? kok udah pulang?"
datang-datang telinga sunghoon dijewer dengan keras, sontak si empunya meringis kesakitan. "AAKK! BUK, PEDIH!"
"kamu ini kok azkanya ditinggal sendirian?! kalau ada apa apa gimana?!"
sunghoon menyodorkan dua gelas air teh yang senantiasa dia pegang. "ini buk, tak bikinin minum!" sunghoon kesal dituduh, padahal dia berniat baik.
jake hanya dapat tersenyum canggung seperti orang bodoh. menyaksikan sunghoon dan bi sumi bertengkar, padahal hanya salah paham.
"yaudah, ibuk tak ke sawah lagi, tadi pulang cuma mau ambil uang."
setelahnya ibu sunghoon pergi lagi. jake tersentak kaget waktu sunghoon menyerahkan satu gelas teh kepadanya.
"diminum, katanya capek 'kan."
.
.
.
*kolohan kirik = biasanya disebut kalo ngeliat sesuatu yang kotor. kirik sendiri dalam bahasa jawa berarti anjing. diibaratkan sesuatu yang jorok itu seperti kolohan anjing (sesuatu yang digigit-gigit anjing).
KAMU SEDANG MEMBACA
teach me to live a better life.
FanfictionJake hanya anak manja yang suka menghamburkan seluruh tabungan ayahnya. Dengan kesal, ayah Jake mengirimnya ke daerah terpencil tanpa adanya fasilitas mewah. Disanalah Jake diajarkan untuk hidup lebih baik dengan artian yang menyedihkan. tw// bxb, s...