"Teng... Teng.. Teng", suara bel sekolah berbunyi dengan nyaring. Semua anak di SMP High-End mulai berhamburan keluar. Begitupun denganku. Namaku Azkord murid kelas 8 di SMP High-End. Menurutku, aku ini termasuk anak yang cukup pintar di akademik dan juga pintar bergaul. Sejak SD kelas 1, aku tidak pernah keluar dari peringkat 3 teratas di sekolahku. Kata orang sih aku ini pintar dari lahir hehehe. Selain itu aku juga punya beberapa teman sepermainan sejak kecil yang sudah menjadi sahabatku hingga saat ini.
"Hai, Az. Hari ini kita jadi main ke rumahmu, kan? Kamu mau kubuatkan kue apa?" Namanya Mai, siswi paling populer di SMP ku. Wajar saja sih dia populer, wajahnya manis, ramah, dan dia juga pintar karena bersama denganku, kami selalu memperebutkan peringkat 2 dan 3 sedari dulu. Dia adalah salah seorang dari teman masa kecilku dan sepertinya aku menaruh perasaan lebih padanya, namun , entah bagaimana dengan dia. "Eh iya Mai, kayanya boleh tuh bawa bolu kukus yang pernah kamu buat saat kita bermain di rumahmu. Rasa bolu itu lezat sekali, nggak bohong aku." ujarku sambil tersenyum. "Wah begitukah? Baiklah nanti akan kubawakan untukmu lagi yah." ujarnya sambil tersenyum manis. "Wah gila nggak kuat senyumnya itu bikin hati meleleh." ujarku dalam hati.
Dari dalam sekolah terdengar suara langkah kaki yang besar sepertinya aku kenal suara langkah kaki itu. "Yoo... Az akhirnya sekolah selesai juga yahh, ayo kita main di rumahmu! Katanya kau punya hadiah yang menarik, kan?" Nama pria besar ini Domon, meskipun masih kelas 8, tingginya sudah mencapai 180 cm dan beratnya 100 kg. Bisa dibayangkan lah yah seberapa besar badannya itu. "Kau juga harus ikut Xavier, jangan cuma les dan belajar mulu kerjaanmu!" orang yang sedari tadi ada di samping Domon menjawab pertanyaan Domon dengan mengangguk. Orang ini namanya Xavier, dialah orang yang cocok diberi sebutan pintar dari lahir. Orang ini selalu memperoleh peringkat 1 dari SD kelas 1 dan perbedaan nilai antara aku dan Mai dengan dirinya pun seringkali terlampau jauh. Kesibukan hariannya adalah les, les, dan les, mungkin hal itu lah yang membuat dia bisa terus meraih peringkat 1, namun dari hari ke hari aku melihat mukanya itu kian murung. Apakah mungkin dia kelelahan karna harus pergi les setiap hari itu? Xavier dan Domon ini juga merupakan teman kecilku seperti Mai.
"Hei, Az kamu denger omonganku, nggak sih?" ujar Domon agak geram. "Eh iya iya aku dengar kok, Domon. Iya hari ini ayo kita pergi ke rumahku seperti yang sudah kubilang kemarin. Hari ini orangtuaku akan memberikanku hadiah misterius oleh-oleh dari petualangan mereka menjelajahi hutan Amazon." "Bukan 'untukmu' tapi 'untuk kita' yah, kak" "Astaga kamu jangan tiba-tiba muncul ngangetin gitu dong, Tas" "Hehehehe habisnya ekspresi kakak kalo kaget lucu, sih kak hahahah" ujar Tasia tanpa rasa bersalah. Seperti yang sudah terlihat, Anastasia atau panggilannya, Tasia adalah adik perempuanku, usia kami hanya berbeda 2 tahun dan dia adalah adik yang sangat jahil. Setiap kali ada kesempatan dia pasti akan terus menerus menjahiliku, dan kalau aku marah dia akan mengadu ke orang rumah dan pasti aku yang akan kena marah. Yah begitulah derita menjadi seorang kakak.
"Oke kalau begitu sekarang ayo kita pulang ke rumah kita masing-masing dulu, nanti jam 5 kalian datang ke rumahku yah. Mai, Domon, Xavier!" "Oke siap laksanakan, ayo kita pulang!" ujar Domon diikuti oleh anggukan dari Mai dan Xavier. Kami pun akhirnya kembali ke rumah kami masing-masing.
Sesampainya kami di rumah, kami disambut oleh Diaz yang dengan cepat menerjang kami berdua hingga terjatuh. Diaz ini adalah anjing yang ditemukan oleh papa dan mama ketika menjelajahi pegunungan himalaya. Anjing berjenis husky ini terlihat terluka parah saat itu. Karena itu, Papa dan Mama merawatnya hingga sembuh. Namun karna setelah sembuh, Diaz malah jadi nempel dengan Papa dan Mama, akhirnya mereka memutuskan untuk membawa pulang sebagai anjing peliharaan kami. Diaz menyayangi kami seperti kami semua menyayanginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody Music Box No. 13
FantasyMengisahkan tentang Azkord dan adiknya, Chyntia yang memiliki orangtua yang berprofesi sebagai petualang yang menyelidiki misteri misteri yang ada di dunia. Suatu ketika Azkord dan Chyntia memperoleh hadiah sebuah kotak musik misterius. Mereka memut...