Hai!
Makasih udah singgah di cerita Rasta dan Rowena. Semoga kalian menikmati cerita mereka
>_<------------------------------------------------------------------------
"Rastaaa...!! Aku tidak suka!""Oh ayolah Wena, ini bukan hal yang besar"
"Apa saja, selain pesta dansa..."
"Tidak ada pilihan lain Rowena. Semua sudah ditentukan sayang, acaranya juga akan berlangsung malam ini"
"Aku tetap tidak mau!"
"Wena, jangan keras menolak begini ya, aku sudah terlanjur mengatakan pada pemilik pesta bahwa aku akan membawamu pergi untuk memenuhi undangannya..."
"Harusnya kau bertanya padaku sebelum mengiyakan ajakan itu...! Kau selalu saja seenaknya begini"
"Aku bukan bermaksud untuk semena mena terhadapmu, kupikir kau akan setuju, lagi pun ini hanya acara formal biasa, tidak akan lama, aku janji"
"Ini bukan masalah formal atau tidaknya Rasta..., ayolah. Aku tidak mau"
"Wena...,"
"Aku sungguh tidak mau Ras...,"
"Rowena, klien ini sangat penting untukku, dia ini salah satu pelanggan besar perusahaanku, bahkan malam ini pestanya menggunakan wine milikku"
"Ras..."
"Aku mohon Wena, kedatangan kita sebagai tamu juga berkaitan dengan bisnis, bukan sekadar menjaga pertemanan saja"
"Jika begitu kau bisa datang sendiri, tidak perlu melibatkanku dalam bisnismu"
"Aku ini pria beristri, bagaimana bisa aku datang tanpamu. Ini acara pertama yang aku datangi setelah kita menikah, tidak baik jika aku datang sendiri, bagaimana denganmu nanti. Aku ingin menjaga pandangan orang lain terhadap dirimu"
"Persetan dengan persepsi mereka! AKU BENCI PESTA DANSA!!"
"ROWENA! jaga sikapmu..., aku mohon..."
"..."
Aku baru tau jika Rasta bisa seegois ini, dia meletakkan bisnis dan pandangan orang lain diatas perasaanku.
Pesta dansa adalah hal yang tidak kusukai setelah Ayahku, ah tidak, seseorang yang disebut Ayah maksudku. Sebab disaat itu ada hal buruk yang menimpa pada Ibuku dulu.
"Sekali lagi, aku mohon Wena. Kali ini saja, jadilah penurut..."
"Ras..."
Suaraku persis seperti cicitan burung saat pertama kali menetas disarang induknya. Wajahku sudah memelas sedemikian rupa, hampir menangis bahkan, tapi tetap saja, Rasta masih bersikeras dengan inginnya.
"Aku sudah menyuruh Martha menyiapkan gaun di kamar kita, kau akan dibantu olehnya untuk bersiap. Aku akan mandi dulu"
"Tapi aku tidak mau"
"Dengarkan aku sayang, kali ini, aku sudah memohon berkali kali. Menurut lah"
"..."
Tidak ada pilihan lain, tepatnya Rasta tidak memberikan kesempatan itu untukku. Terpaksa aku mengekor dibelakangnya menuju kamar untuknya mandi dan aku mulai bersiap, tidak ada pilihan lagi, Rasta tak terbantahkan kali ini.
---
Jas yang dipakai Rasta sangat pas mengikuti lekuk tubuhnya. Dada bidang, lengan besar yang kokoh, dan kaki panjangnya yang kini sedang berjalan beriringan denganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Rasa dan Percaya
RomanceDia seorang perasa, namun sulit untuk mengungkapkannya. Terkadang, entah sengaja atau tidak dia membiarkan apapun itu terjadi begitu saja, khususnya tentang percintaan. Sebab menurutnya, dalam hal ini jika dia memutuskan untuk terjun ke dalam sana...