Sudah 1 minggu Meta tinggal di pulau ini. Ia merasa lebih tenang dan nyaman. Mungkin benar, tempat ini memang tempat yang tepat untuk Meta.
Saat ini Meta sedang duduk di kursi pantai, ditemani satu buah kelapa segar.
"Tiga hari disini bikin gue lega. Rasanya semua masalah gue ilang seketika. Walaupun kadang - kadang masih suka keinget sih" monolognya.
"Kamu kesini kok gak bilang - bilang. Tau gitu kan kita barengan aja kesininya waktu itu" ucap seorang perempuan di belakang Meta.
Meta menengok ke belakang saat mendengar suara itu. Kurang dari 1 detik, Meta langsung memeluk wanita tersebut.
"Oma, yaampun Oma kok bisa ada disini?" Tanya Meta pada Oma Sari
"Iya dong sayang, kan rumah Oma disini" jawab Oma Sari sambil mengelus rambut Meta.
Kini, Meta dan Oma Sari sedang duduk bersebelahan sambil menikmati sebuah kelapa muda.
"Oma, Me boleh cerita gak?" Ucap Meta sambil menatap Oma Sari
"Boleh dong sayang, kamu mau cerita apa?" Tanya Oma Sari sambil menggeser posisi duduknya menjadi menghadap Meta.
"Tentang Mama, Papa dan tentang kenapa Meta kesini" jawab Meta sambil menatap dalam - dalam mata Oma Sari.
"Silahkan sayang, Oma pasti akan dengarkan"
Meta menghela napas lalu mulai bercerita.
"Meta udah nikah Oma sekitat 6 bulan yang lalu. Pernikahan yang gak di dasari oleh cinta. Pernikahan yang berawal dari perjodohan, yang akhirnya bikin hidup Meta ancur" ucap Meta sambil tersenyum miris.
Oma Sari tampak bingung dengan ucapan Meta, "kenapa kamu gak cerita dari awal, Me?"
"Me mau cerita waktu kita ketemu di Bogor, tapi Oma buru - buru pulang"
"Yasudah, lanjutkan! Jangan ada yang kamu rahasiakan dari Oma!"
Meta mengangguk lalu melanjutkan ceritanya.
"Waktu itu Mama minta anter ke butik, yaudah Me ikut. Terus Mama maksa Me buat beli dress, padahal Me udah punya banyak dress di rumah, tapi Mama terus aja maksa. Mama bilang mau ada acara penting, tapi disitu Me gak tau mau ada acara apa."
"Malemnya, Mama baru bilang kalo ternyata itu acara perjodohan Me sama anak temen Mama. Awalnya Me nolak, Oma, karna Me udah punya pacar. Tapi, Mama tetep aja maksa Me dan nyuruh Me buat putusin pacar Me."
"Waktu itu juga Mama bilangnya ini buat kebaikan Me, Mama bilang Mama sayang sama Me, Mama gak mau Me kesepian kalo Mama sama Papa lagi gak di rumah. Sebenernya, dari sejak Eyang meninggal Me udah ngerasa kesepian jadinya udah terbiasa. Tapi waktu itu Mama bilang kalo Mama sayang sama Me. Mangkanya Me terima semuanya, mana tau Mama sama Papa bakal berubah 'kan?"
"Setelah 3 minggu kenalan akhirnya Me nikah sama Max. Awalnya semua baik- baik aja walaupun Me sama Max gak pernah akur. Sampe beberapa hari kemudian, Max punya pacar. Tapi Me gak pernah ngerasa sakit hati atau apa, karna Me emang gak cinta sama Max"
Meta menghela napasnya sebentar.
"Singkat cerita, Me pernah bully Katya, pacar Max, karna sikap dia keterlaluan banget ke Me dan ke temen - temen Me. Pas di hari itu, sorenya Max gak ada, Me gak tau dia kemana. Malemnya dia pulang, keliatannya kaya lagi emosi. Ternyata dia tau kalo Me sama temen - temen bully Katya. Max bales apa yang Me lakuin ke Katya. Dia Bentak Me, Pukul Me, Tendang Me, aniaya Me sampe Me pingsan"
"Setelah kejadian itu, 2 bulan kita gak saling sapa. Max pulang juga kadang - kadang, paling tidur pun di sofa atau di kamar lain, ketemu di sekolah pun kaya orang gak kenal. Sampe pas kelulusan, Me denger kabar kalo Max hamilin Katya. Gak tau kenapa, hati Me rasanya hancur, dada Me sesak, Me nangis waktu itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Saat SMA
Teen Fiction[ON GOING] Metalica Virgiana Ikhwan, seorang remaja berumur 18 tahun yang dibesarkan tanpa kasih sayang orang tua. Dia tumbuh menjadi anak yang liar. Dia nakal, player, suka membully orang. Tapi, disamping itu semua, ada seorang laki - laki yang be...