Bab Sepuluh-Bos dan Bando

6 2 0
                                    

Mungkin pagi itu aku terlalu panik dan kebingungan sampai suara Cindy yang menyahut di ujung sana membuatku tidak bisa mengendalikan air mata yang mendesak keluar.

Secara logika, bagaimana mungkin sepagi itu Steven dan Cindy bisa bertemu, juga bagaimana ponsel Steven bisa ada di tangan Cindy. Aku mencoba tidak berpikir macam-macam, ini sedikit naif, aku sadar itu.

Aku menggenggam erat bando pemberian bos di bawah meja. Aku tidak akan bertanya langsung, aku memancingnya dulu. Steven membicara yang baik, sangat sulit membedakan dia berbohong atau tidak.

Sudah sepuluh menit lebih aku menunggunya, tapi dia belum datang juga. Sejak masuk restoran ini aku hanya memesan air putih, duduk agak menyudut sambil sesekali mengawasi pintu masuk. Aku lebih banyak menatap bando dalam genggamanku.

"Kamu udah lama nunggu?"

Aku mendongak, memasang wajah senormal mungkin. Padahal dalam hatiku sudah tidak sabar ingin menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.

"Lumayan."

Steven menarik kursi di hadapanku. Aku sengaja memilih meja untuk dua orang agar Steven tidak duduk di sampingku. Tidak lama setelah Steven duduk, seorang waiter datang dan menyodorkan buku menu pada kami.

Diam-diam aku melirik Steven. Ketika dia menatapku, aku pura-pura sibuk memilih menu.

"Kamu mau pesan ap ̶ "

"Sama dengan yang kamu pesan." Aku menutup buku menu dan menyerahkannya pada waiter. Aku tidak sabar ingin cepat-cepat berbicara dengan Steven berdua.

"Maaf," ujar Steven dengan nada yang penuh penyesalan. Sebelah tangannya terulur padaku, refleks aku mengangkat sebelah tanganku yang bebas dan menyambutnya. "Handphone-ku rusak, layarnya putih semua."

"Jadi kamu nonaktifkan?"

Steven menggeleng. "Aku nggak tau baterainya habis, paginya aku nge-charge sebelum dibawa ke service center."

"di-charge di mana?"

"Memangnya kenapa?" Steven balik bertanya.

"Handphone nggak sama kamu pagi itu?" Aku membuat suaraku terdengar biasa saja.

"Sama aku."

Aku ingin memercayai Steven, namun penjelasan Steven lebih lanjut apa pun itu aku tidak sanggup lagi untuk mendengarkannya. Perlahan aku melepaskan tangannya dan bangkit, keluar dari restoran tanpa mengatakan apa pun.

Aku berjalan tanpa tahu mau ke mana. Melihat orang yang berlalu-lalang di hadapanku membuat aku pusing. Untuk sementara aku harus pergi ke suatu tempat, toko atau toilet untuk bersembunyi. Di mal sebesar ini bukanlah hal yang mudah menemukan satu orang. Tiba-tiba seseorang menarik lenganku dan memaksaku berbalik sampai bando di genggamanku terlepas.

"Fanya... kamu kenapa?" Steven memegang kedua lenganku kuat sampai aku meringis kesakitan.

"Kamu mau tau?" Aku menatap matanya tanpa berkedip sedetik pun. Perlahan Steven melepaskan tanganya dariku. "Pagi itu kamu sedang bersama siapa? Kenapa bisa Cindy yang menjawab telepon? Pagi itu kamu ada di mana?"

"Jadi gara-gara itu kamu semarah ini? Kebetulan aku ke rumah Cindy pagi itu. Kevin minta aku datang karena ada beberapa urusan yang harus dia selesaikan dengan bantuanku." Penjelasan Steven begitu meyakinkan sampai aku tidak tahu dia berbohong atau tidak.

Double STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang