28 Maret 2021
•••
"Raff, liat!" Milo kegirangan melihat nilai remedialnya saat ini, nilai yang sudah pasti cukup untuknya dinyatakan lolos.
"Hm, cukup bagus, tapi kamu tahu kan guru tetap meletakkan nilai pas sekalipun kamu dapat seratus?" Senyum Milo memudar, huh Raffael memang sangat senang menjatuhkan semangat orang berbeda dengan ibunya.
Namun mengingat ibu Raffael, Milo tersenyum saja meski kecut.
"Ya ... yah entar pas ujian gue pastiin nilainya bagus, deh!" Raffael hanya manggut-manggut. "Lo mau ke kantin dulu, gak? Kalau gak ada urusan pas pulang ini. Gue traktir deh!"
"Jika kamu tak keberatan."
"Gaklah, gue yang nawarin juga. Kuy!" Milo mengaitkan tangan ke bahu Raffael, dan Raffael menyingkirkannya dengan wajah risi.
"Jangan, aku tak suka digituin."
"Ah, o-oke." Milo mengangkat tangannya, dan kini keduanya pun ke kantin.
Milo memesan makanan favoritnya, mie goreng instan, sedang Raffael hanya mengambil susu kotak. Ia memakan kotak bekalnya yang nyatanya masih tersisa.
"Lo ... gak ngambil makanan?"
"Aku lebih suka buatan tangan Mom." Milo manggut-manggut paham, ia akui masakan Rivera sangat sangat uwaw, bahkan membuat staminanya berkali-kali lipat. "Apa itu mie instan populer itu?"
"Ah ini?" Milo tersenyum dan mengangguk, Raffael terlihat tertarik. "Iya, salah satu juara ini, lo mau ini?"
Raffael menggeleng. "Aku ... tidak boleh terlalu sering makan itu."
"Lo suka ini?" Raffael tak menjawab, tetapi ekspresinya terlihat jelas. Nyatanya sekalipun Raffael cerdas dan kelihatan dewawa, jelas masih ada sifat anak-anak di diri pemuda itu. "Ya udah gue pesenin mau?"
"Tidak, tidak perlu."
"Emang kapan terakhir kali lo makan ini?" tanya Milo dan Raffael sejenak berpikir.
"Beberapa bulan lalu ... kurasa."
"Nah, kan disuruh jarang, udah beberapa bulan tuh lama. Jarang bukan berarti gak boleh, lho." Dan Raffael terlihat menimbang dengan wajah ragu-ragu. "Gak papa, asal gak berlebihan."
"Boleh?"
"Iya, siapa yang ngelarang coba?" Raffael ingat, ibunya tak melarang, hanya menyuruh Raffael tak terlalu sering makan makanan instan ataupun junk food. "Mommy lo?"
"A-aku mau, tapi yang rasa rendang."
"Sip!" Milo tersenyum lebar, ia ke arah kantin berjualan dan memesankan mie rendang instan untuk Raffael, dan tak terlalu lama ia kembali ke Raffael kemudian.
Memberikan mie dengan bau yang sangat menggoda itu di hadapan si pemuda.
"Selamat makan!" kata Milo, mulai menyantap makanannya.
Raffael awalnya hanya menatap Milo dan mie di hadapannya bergantian, masih ada keraguan di sana, sampai sesendok mie masuk ke mulutnya.
Rasanya pecah di lidah.
Untuk kali pertama, Milo melihat wajah Raffael sedikit lebih berseri.
Hehe ... ambil hati anaknya, baru hati ibunya. Hehe hehe.
Selesai makan, Milo dan Raffael pun pulang. Seperti biasa, mereka berencana belajar bersama di rumah Raffael.
"Terima kasih untuk makanannya, aku suka."
Milo tersenyum diam-diam, ternyata sesongong apa pun Raffael bukan tipe yang tak tahu terima kasih. "Jangan mention, lah. Itu wajar sesama temen, apalagi lo banyak jasa ke gue."
"Teman ...." Raffael bergumam pelan, tatapan matanya sejenak menajam, Milo yang melihat agak bingung terlebih tak mendengar ungkapan Raffael.
Apa dia marah?
Milo rasa tidak ada amarah di sana, melainkan bingung.
"Oh, ya, Mommy lo ada di rumah?" tanya Milo, mencairkan suasana.
"Entahlah." Raffael menggedikan bahu. "Omong-omong, jangan banyak bicara saat berkendara, kita bisa dalam bahaya."
"Oh, mmm ... oke."
Sifat Raffael kembali, meski Milo harus akui dia benar. Milo harap Rivera ada ....
Keberadaannya membuat Milo berpikir lebih tajam sekarang, rasanya aneh perubahan drastis ini, dan Milo juga dibuat penasaran dengan status Rivera. Apakah bertanya soal ayah Raffael aman?
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SEXY JANDA [B.U. Series - M]
Romance18+ Milo, cowok 18 tahun yang memasuki masa puber, jatuh cinta pada pandangan pertama melihat ibu dari teman sekelasnya. Namun, cowok itu sadar ia tak boleh merasakannya karena 1) dia harus fokus ke ujian yang akan ia hadapi, 2) ia tak ingin cinta d...