Inhale, exhale.. 3,5k words
•••
"Pernah ada frasa usang yang bilang : kita ini cuma manusia biasa. Biasa angkuh, biasa patuh. Biasa jatuh, dan tak jarang biasa luluh."
•••
Tangan terampil itu kini tengah berusaha meratakan bedak tipis yang diharapkan bisa mendukung penampilannya yang akan maju sidang pada siang hari ini nanti. Lebih tepatnya 2 jam dari sekarang. Tiga setengah tahun dalam kehidupan kuliahnya sepertinya hari ini menjadi rekor terlama dirinya dalam hal memoles diri alias bermake up.
Hari ini, terhitung 1 jam sudah dirinya menghabiskan waktunya untuk mengaplikasikan serangkaian produk make up yang ia punya. Untungnya, hasilnya memang sesuai keinginannya. Tidak terlalu mencolok, namun lebih ke arah flawless di wajahnya. Dan Prilly tidak menyesal menghabiskan banyak waktu untuk hal ini.
Dengan setelan kemeja putih dan celana hitam yang ia pakai, kemudian dipadukan dengan jas almamater tersemat melengkapi penampilannya, kini dirinya sudah siap menuju kampus.
"Mbak Pril, semangat buat sidangnya. Semoga dosen pengujinya gak banyak tingkah kasih pertanyaan susah." Suara Aisyah yang pertama kali menyambutnya ketika keluar dari kamar. Di ikuti yang lain juga yang kini berdiri saling berjajar melingkupi Prilly, hal itu membuat semangat Prilly berasa semakin bertambah.
"Kina doain pokoknya lancar ya mbak Prilly." Sambung Kina kini.
"Kita udah sediain suprise buat Mbak Pril setelah ini, jadi kita harap yang terbaik semoga lulus lancar jaya sidangnya." Hanum menimpali membuat Prilly tertawa. Yang benar saja Hanum ini sudah menceritakan suprise untuk Prilly setelah ini.
"Hanum.. gak asih mah." Rajuk Fina mengingatkan Hanum bahwa apa yang diucapkannya mengandung kesalahan. "Pokoknya kita nungguin mbak Pril pulang dengan selamat dan penuh kebahagiaan nanti ya. Oiya nih, Fina ada sedikit bekal biar gak gugup." Ujar Fina setelah menyelipkan beberapa bungkus permen kecil kedalam telapak tangan Prilly.
"Makasih guys atas doanya, wish me luck dan gak banyak revisi lagi." Ujar Prilly diakhiri sebuah cengiran di akhir. Kemudian Prilly bertos ria satu persatu dengan Fina, Hanum, Kina dan Aisyah sebagai tanda pamitnya.
Ke empatnya mengiringi langkah Prilly keluar dari kontrakan tersebut. Mengantarkan sampai diluar, setidaknya mereka sekalian bisa melihat bagaimana memerahnya wajah Prilly akibat Ali yang ternyata sudah berdiri didepan gerbang menanti kedatangan Prilly. Ali dengan cepat melambai kearah Prilly, dan membuat seruan 'cie' saling bersahut kini.
"Cie.."
"Ekhem.."
"Mbak Pril, Cielah."
"Akhirnya.."
Prilly hanya bisa tersenyum menahan rasa malu karena terlalu senang Ali bersedia menjemputnya pada kesempatan hari ini. Kemudian Prilly membalas lambaian Ali dan pamit pada yang lain. Prilly berjalan kearah Ali yang sudah siap membukakan pintu untuknya.
Prilly mengucapkan terimakasih, dilanjurkan dengan Ali segera memutar dan menjalankan kendaraannya. Tak lupa, tentu saja ia membunyikan klakson berpamitan pada yang lain.
Selama perjalanan, Prilly tak henti hentinya menebar senyum di wajahnya. Dirinya benar benar senang, akhirnya tiba juga kesempatanya hari ini. Setelah beberapa peristiwa pertumpahan air mata yang terjadi. Setelah melewati bagaimana sesaknya meratapi revisi berkali kali yang seakan tiada tanda kapan berakhir. Setelah beberapa saat juga dirinya pernah hampir saja menyerah jika tak segera kembali menemukan moodbooster pengembali semangatnya. Prilly benar benar bersyukur memiliki banyak orang sekelilingnya yang mendukung segala jalan baik yang ia usahakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Do'a To Do'i [COMPLETED]
Romansa(Follow dulu sebelum membaca, adalah salah satu sikap dari pembaca yang cerdas 👌) Spiritual-Romance Berambisi dalam segala hal apapun, Prilly ingin selalu menjadi orang yang selalu berada di depan. Menjadi satu satunya, sosok panutan bagi banyak or...