Part 4

1.1K 67 9
                                    

Pagi ini adalah pagi paling menyebalkan dalam hidup seorang Fildan Aksa Mahendra. Bagaimana tidak?, sudah sejak semalam dia harus tidur dalam keadaan terduduk karena Lesti terus - terusan merengek seperti bayi.

Bocah berusia 10 tahun itu bermimpi tentang sang Oma, Nyonya Aiswa. Dan ditambah lagi ia bermimpi tentang Azka, saudara sepupu Daddy Gama. Hampir setiap saat Lesti terlelap, mimpi itu datang dan membuatnya terbangun. Jika sudah begitu, Lesti akan merengek di atas pangkuan Fildan agar bisa tidur kembali. Lesti terus menggerayangi dada bidang Fildan, menggelitiknya, bahkan sampai menghempas diri di atasnya. Tidur Fildan pun benar - benar terusik.

Hal ini diperburuk ketika pukul 6 pagi Lesti merengek ingin menemui Reza. Semua karena Lesti tak sengaja mendengar bodyguard Fildan melaporkan Om Mudanya itu kritis. Lesti pun semakin gelisah dan tak berhenti menangis.

Satu jam lebih Fildan terduduk di samping brankar Reza dengan memangku si bocah mungil. Sepanjang itu pula dia berceloteh berbagai hal tentang Reza.

"Om Eja itu baik banget Pa. Dulu waktu Lesti belum dekat sama Papa, Lesti sering maen sama Om Eja. Om Eja juga sering ngajak Lesti jalan - jalan. Om Eja baek banget pa, pinter lagi. Dokter hebat," celoteh Lesti berulang - ulang. Membuat Fildan merasa jenuh.

"Hemm.."

Kepala Fildan tiba - tiba saja oleng dan jatuh di leher bagian kanan milik Lesti. Bocah mungil menoleh, ternyata Papanya tertidur. Senyum kecilnya pun muncul. Diusapnya kepala sang Papa sambil terus menahan beratnya yang berkali lipat dari tubuh kecilnya sendiri.

"Pegel," oceh Lesti, "Tapi kasihan Papa."

Lesti menahan leher Fildan agar tidak terjatuh. Namun ternyata ia tak sanggup. Fildan terkejut dan langsung membuka matanya.

"Auh, kepalaku..."

Fildan menegakkan punggungnya dan mengangkat tangan ke udara. Mulutnya menguap kuat.

"Eh, Lesti. Tadi Papa jatuh ke badan kamu ?."

Lesti mengangguk cepat dengan wajah merasa bersalahnya.

"Papa maaf, Lesti gak kuat jagain kepala Papa."

"Gak papa."

Fildan mengangkat tubuh Lesti menuju ke bagian sudut lain ruang rawat Reza. Dibaringkannya Lesti di sandaran sofa dengan menjadikan lengannya sebagai bantal Lesti. Sementara dirinya sendiri meletakkan kepala di tepi sofa. Fildan menghadap Lesti lalu memeluknya dari samping. Tak lama, Fildan pun terlelap.

Lesti memposisikan diri menghadap Fildan dan membalas pelukannya lalu ikut tidur.

Tiga jam berlalu, Fildan terbangun dengan posisinya yang sama seperti tadi. Sementara Lesti menempel di dadanya seperti anak koala.

Perlahan ia bergerak untuk menggendong Lesti dan membawanya ke kamar. Fildan bergerak sangat hati - hati agar tak membangunkan gadis bocahnya.

"Engh.." lenguh Lesti.

"Hussst usss ussh, tidur anak baik."

Si Tuan Tak Berhati menepuk - nepuk punggung Lesti agar tetap nyenyak dalam tidurnya sambil berjalan.

"Tuan," seru Irwan.

"Ya?."

"Tuan, Nyonya Aiswa..."

"Husst."

Fildan memberi kode kepada Irwan untuk berhenti berbicara. Ia menunjuk Lesti dengan dagunya sebagai tanda tidak boleh membahasnya di sini dan Irwan pun mengangguk pelan sambil melangkah mundur.

"Aku bawa Lesti dulu."

Fildan pergi begitu saja menuju kamar Lesti. Dua menit kemudian ia keluar kamar menemui Irwan yang sudah berdiri dengan kepala merunduk di depannya.

My Sugar Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang