"Seseorang datang, lalu menyukaiku tanpa alasan."
-Happy Reading-
"Chan!"
"?!"
Ku panggil sepenggal namanya tiba-tiba, membuat Sang empunya terkejut hampir menumpahkan minumannya.
"Kalem, Jaem. Ini aku belinya pake duit," kata Haechan sedikit protes pada tindakanku.
"Mau cerita,"
"Cerita apaan? Sampe nyamperin segala?"
"Cuma kamu yang ngertiin aku, cerita ke temen baru malah makin tertekan."
Haechan menyisihkan minumannya ke tanah, "Yaudah tudep."
"Aku gak sengaja bilang suka sama Yeji."
Haechan menghela napasnya panjang, "Untung aku gak lagi minum loh. Coba aku lagi minum, nyembur udah."
Aku tidak merasa terhibur dengan gurauan teman semasa SD itu, karena kali ini suasana tegang tengah mendominasi perasaanku.
"Terus gimana? Ayang-ayangan gak?" Manusia satu ini mulai menggodaku layaknya Minhee atau Jungmo.
"Pertanyaan macam apa itu," ujarku bernada kesal.
Anak itu kembali menyedot sedotan minumannya sembari menatap ke depan, "Nih ya, hati-hati aja pacaran sama Yeji. Dia orangnya susah ditebak, semoga aja kamu bisa nyesuain diri sama dia."
Aku mengerutkan kening terheran, "Maksudnya?"
"Ya tadi yang aku bilang. Dia itu susah ditebak, dia bisa ngelakuin sesuatu dari yang terbaik sampe yang terburuk. Paham?"
Beberapa menit aku mencerna penjelasan Haechan, lalu aku menangkap sesuatu yang... Kurang bagus.
"Aku saranin, kamu harus jadi layaknya seorang pacar, kalo ngga... Bisa jadi masalah mungkin."
"Kok kamu jadi serba tau tentang dia sih?" Tanyaku keheranan dengan semua perkataan Haechan sejak tadi. Dia menjadi lebih tau sesuatu tentang Yeji dibanding aku.
"Ya... Aku liat dari sifat dia— ah, kamu waktu itu gak sekolah. Dia ngeluarin sifat aslinya, di situ aku nangkep kalo dia itu kaya perempuan pada umumnya. Bukan kaya Mina yang," Haechan tidak meneruskan kalimatnya.
"Yang apa?"
"Yang nerima apa pun sesuai situasi." Jawabnya namun terdengar kurang meyakinkan.
Aku memilih tidak bertanya lebih lanjut, mengenai ketidakyakinan Haechan barusan. Memangnya... Mina kenapa?
"Aku harus selametin apa gimana nih?" Tanya Haechan.
"Gak tau, aku juga bingung, ini tuh keberuntungan apa bencana..."
"Lah? Gimana sih," Haechan mengerutkan keningnya kebingungan.
"Yaudah aku mau balik. Btw, ngapain kamu di sini sendirian?" Tanyaku yang belum tahu alasan dirinya berada di sini.
"Nongkrong sendirian aja sih," jawabnya.
"Hm.. dah." Aku langsung meninggalkan Haechan di tempat setelah sebelumnya melambaikan tangan ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
0 : 10.000.000
Fanfiction[discontinue for a while] Tuhan itu tidak adil. Begitu katanya. ©bekoberjalan