Prolog

102K 985 9
                                    

"Hes, ambilin handuk dong! Lupa ni gue," seru Ara dari dalam kamar mandi. Tak lama, pintu kamar mandi diketuk  dari luar. "Masuk aja, Hes. Gak dikunci kok, kunci nya rusak."

Tapi Hesni tak juga masuk. Bahkan tak bersuara. Hal itu membuat Ara kesal. Pasalnya ia mulai merasa kedinginan. Ara membuka pintu tanpa ragu. "Ahh!!" seru Ara sambil membanting pintu. Yang ia lihat bukan Hesni, tapi seorang pria, yaitu Rangga, sahabatnya.

Ara memejamkan mata erat-erat sambil menggigit bibir bawahnya. Bodoh banget sih! Dia liat apaan tadii?! maki Ara dalam hati.

"Gak kedinginan neng? Ini handuknya lho," goda Rangga sambil terkekeh.

"Apaansih?! Hesni mana?" tanya Ara dengan nada tinggi.

"Udah pulang. Lagian lo ngapain nahan anak orang lama-lama, kan ada gue?" ujar Rangga menyandarkan tubuhnya di dinding.

"Suka-suka gue lah. Sini!" Ara membuka pintu sedikit dan mengeluarkan tangan kirinya yang masih basah. Rangga tak langsung memberikan handuk itu malah memegang lengan Ara. "Apaansih! Cepat siniin handuknya!"

"Bentar biar gue lap in tangan lo dulu," ucap Rangga sambil menekan-nekan handuk putih yang ia pegang pada lengan putih Ara yang mulus.

"Gak usah aneh-aneh deh! Siniin aja napa?" kesal Ara sambil berusaha menarik kembali tangannya yang ditahan oleh Rangga.

"Bentaran juga. Nih! Cepet keluar!" Rangga memberikan handuk itu dan berlalu menuju sofa menonton tv yang menayangkan film sinetron.

"Lo pulang sana!" teriak Ara yang masih berada di dalam kamar mandi.

Rangga tak menjawab. Ia menghidupkan rokoknya dan berbaring di sofa sambil sesekali mengetuk batang rokoknya pada asbak yang terletak di meja.

Ara kesal. Ia keluar dan melihat asap rokok yang beterbangan di udara apartment nya. "Lo sembarangan banget sih ngerokok di apart orang! Pulang sana!" usir Ara melemparkan bantal yang terletak di lantai pada perut Rangga.

"Males ah. Disini aja lebih enak." Rangga mengubah posisinya menjadi duduk di sudut sofa. "Ganti baju sana. Gak kedinginan apa? Lagian ngapain mandi malem sih? Kan gue udah larang."

"Suka-suka gue lah! Lo pulang sana biar gue bisa ganti baju!" seru Ara berkacak pinggang mengusir Rangga.

Rangga tak peduli. Ia menatap Ara yang hanya memakai handuk yang mampu menutupi tubuhnya dari dada sampai paha atas Ara saja. "Btw gue baru nyadar lo sekurus ini, Ra. Paha lo kecil banget asli!"

"Ini langsing bego! Udah ah pergi sana! Gue mau ganti baju," seru Ara.

"Gak. Males." Rangga malah menghembuskan asap rokok pada Ara membuat Ara terbatuk dan semakin kesal.

"Ya udah gue gak ganti baju." Ara tak peduli. Ia duduk di samping Rangga dan mengganti chanel.

"Ya udah," balas Rangga dan menyalakan kipas angin dengan kecepatan yang paling cepat. "Panas. Daripada gue buka jendela kan."

Ara yang mengerutkan kening menghempaskan punggungnya kasar pada sofa. Rangga pasti sengaja agar Ara kedinginan.

Tak lama, Ara semakin kedinginan. Ia tak tahan dan membuka lemari mengambil pakaiannya. Ia tak peduli ada Rangga. Ara langsung memakai cd nya tanpa melepaskan handuk yang ia kenakan.

"Gada malu banget sih lo anjir! Langsung lepas handuknya aja napa?"

Ara memutar bola mata. "Gila lo!"

Tadinya Ara ingin memakai bra nya. Tapi karena Rangga mengamatinya ia mengurungkan niat. "Bisa gak sih lo nonton tv aja?"

"Gak bisa. Lebih seru lo daripada tv," jawab Rangga tanpa malu.

Ara membalikkan badan membelakangi Rangga. Ia langsung memakai gaun tidur putih tanpa lengan dan melepaskan handuknya. Ara berjalan membuka pintu balkon dan menggantungkan handuknya di sana. Setelah menutup pintu balkon, Ara mengambil sebotol cola besar dari kulkas dan duduk di samping Rangga. "Kapan lo niat pulang?"

"Besok pagi," jawab Rangga. "Udah sebulan ya gue gak nginep di apartment lo? Btw lo tidur masih telanjang ga-akhh! Kenapa sih?!" rintih Rangga karena Ara memukul kepalanya dengan penggaris yang terletak di meja.

"Suka-suka gue!" seru Ara memakan camilan yang sudah terletak di meja sambil menyandarkan punggungnya.

"Barang-barang lo kok berserakan sih?" tanya Rangga mematikan rokoknya.

"Tadi si Hesni ama Cindy lagi gila. Makanya jadi gini," jawab Ara.

"Keluar yuk!" ajak Rangga.

Ara mengernyit menatap Rangga. "Kemana? Kenapa?"

"Beli makan. Karna gue laper," jawab Rangga memangku wajahnya.

"Traktir." Ara beranjak membuka pintu apartment namun terhenti karena Rangga menahan tangannya.

"Pakai jaket dulu," ucap Rangga menyodorkan jaket hitam milik Ara yang terletak di meja tadi.

"Makasih!"



Oke gue buat cerita baru
Cerita lama ilang ditelen wattpad wkwk
Gue sedih si special services ilang gitu
Tpi move on aja


2244

2931

ARANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang