17. Au Revoir (Goodbye)

673 98 65
                                    

Castle of Glass

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Castle of Glass

17. Au Revoir (Goodbye)

.

.

.

Enjoy

.

.

.

Memejamkan mata dan menikmati hembusan angin mengusik permukaan wajahnya, udara terasa lebih ringan dan lebih segar. Matahari membuat rona indah di permukaan langit menciptakan keindahan tersendiri untuk menutup hari yang melelahkan ini.

Menghirup lebih banyak oksigen yang berlomba masuk pada paru-paru, dirinya menyukai tempat luas. Seperti kebebasan yang membuat langkah semakin lebar menapaki apapun yang sudah ia susun dalam benaknya. Kaki-kaki mengantung setelah melepas sepatu dengan kaos kaki, menikmati dinginnya udara yang mulai menyentuh permukaan kulit.

Tujuh belas tahun berlalu dalam kenangan kelam yang tidak bisa ia singkirkan dari mimpi-mimpi buruknya, membuat rasa takut selalu menyelimuti setiap mata yang tertutup. Membuat pertahan akan rasa sakit dengan berdalih menutup diri dari orang-orang sekitarnya. Berada di antara orang-orang baru dan juga ruangan gelap membuatnya kembali memutar kembali rasa suram itu.

Di diagnosis memiliki penyakit mental atas kenangan buruk yang ia dapatkan bahkan ia masih menginggat dengan jelas setiap perkataan orang-orang yang selalu menyudutkannya.

Apa penderitaan ini salah dirinya?

Apa rasa sakit ini ia ciptakan sendiri?

Lalu bagaimana orang itu menyalahkannya atas kesalahan yang bahkan tidak pernah ia perbuat, nyatanya kesalahan terbesar dari semua ini adalah sebuah keegoisan akan pengakuan orang-orang atas kesempurnaan.

Terlahir dari keluarga yang sempurna di mata kebanyakan orang menuntut setiap penghuni istana untuk terlahir sempurna tanpa celah yang bisa menjadi kelemahan dimata orang-orang. Ia tau saat kesakitan itu datang, bukan kata penyelamat yang diberikan, tapi sebuah pelepasan pada sebuah kegagalan. Membiarkan kehilangan lebih baik daripada menerima kelemahan.

Masih terpantri dalam ingatannya saat Ayah nya mengatakan lebih baik membunuh dirinya dari pada membiarkan orang-orang itu membuat kegaduhan lebih banyak dengan melibatkan dirinya. Dari keegoisan itulah rasa sesal datang, apapun yang berusaha Ayah nya capai tetap menjadi kegagalan untuknya.

'Apapun keinginanmu tidak akan aku kabulkan, walaupun kau mengancam akan membunuh Putraku. Itu tidak berguna sama sekali'

'Kau pikir itu cukup untuk mengancamku. Terserah apapun yang akan kau lakukan, aku tidak peduli'

Jika saja celah itu tidak tercipta mungkin namanya akan berada di atas batu nisan dan dilupakan begitu saja. Namun nyatanya kesakitan itu tetap berada disana dan membuat hidupnya seperti mati dengan perlahan. Mungkin memilih mati dengan cepat adalah pilihan yang terbaik, sekali lagi kemantian yang ia inginkan itu sudah pernah ia coba beberapa kali dan gagal.

✔Castle Of GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang