II : Bertemu

122 21 6
                                    

Kedatangan seorang Cullen di Hogwarts memang tidak bisa diabaikan. Terlebih, seorang Harry Potter juga datang di tahun ajaran yang sama. Kami menjadi sasaran empuk untuk dibicarakan.

"Jadi kau? Putri kesayangan The Cullen?"

Aku mendongak dan mendapati seorang laki-laki bersyal hitam-kuning yang tengah menatapku.

Aku tau dia juga seorang Hufflepuff, tapi aku bahkan tidak tau namanya.

"Sorry?" balasku singkat.

"Ah, maaf. Perkenalkan, namaku Jacob."

Aku menggangguk kecil, "Aku Lob—"

"Lobelia Cullen, gotcha. Siapa juga yang tidak tau nama mu, Lobelia.."

Benar juga. Aku serasa seleb di sini. Jujur aku sama sekali tidak bangga. Rasanya aneh menjadi seseorang yang sangat diperhatikan oleh publik.

Setelah itu, Jacob dan aku berbincang ringan. Kebetulan sekarang masih jam istirahat dan kami berada di Aula Besar.

Secara singkat Jacob orang yang sangat ramah dan menyenangkan. Dia memiliki segudang topik pembicaraan, dari A-Z.

Satu fakta yang aku dapat dari dirinya, dia sangat tertarik dengan Quidditch. Dia bahkan berkata kepadaku bahwa permainan itu sebenarnya tidak bahaya. Kalau kita mengerti cara mainnya. Omong kosong, bagiku. Sudah banyak korban fisik bahkan jiwa akibat Quidditch.

"Lobelia," panggil Jacob. Aku menjawab nya dengan cara menatapnya balik.

"Aku suka bola mata mu."

"..cantik," lanjutnya sembari tersenyum.

          

❙❘❙❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙❙❘❙❚❙❘
Not The End
             
           

"Sepuluh poin dikurangi untuk Gryffindor, karena salah satu teman kalian berlagak sombong," ucap Prof Snape dengan tatapan matanya yang sangat khas itu. Dia juga sedikit menekan kata "teman".

Banyak yang takut kepada Professor Snape, karena tampang dan gaya bicara nya yang terkesan seram. Namun kupikir itu tidak bisa menjadi alasan mereka "tunduk" kepada Kepala Asrama Slytherin itu.

Omong-omong, orang yang membuat poin Gryffindor dikurangi adalah Harry. Dia tak memperhatikan penjelasan Prof Snape dan juga tidak dapat menjawab pertanyaan Prof Snape.

Professor Snape seperti memiliki dendam pribadi dengan Gryffindor. Ralat, dengan Harry Potter.

"Aku benar-benar tidak menyukai pelajaran Ramuan," celoteh Maria.

Dia memiliki nama yang bagus, Maria Rosemarie. Ibu nya seorang muggle, sedangkan ayah nya berdarah asli. Dan selama ini dia tinggal di dunia muggle, bersama dengan ibu nya yang dia pikir adalah bibi nya.

Dia baru mengetahui fakta bahwa ibu dan ayah nya masih hidup ketika dia menginjak umur 10 tahun. Di mana 1 tahun lagi dia dipanggil ke Hogwarts.

Maria bukan anak asrama Hufflepuff. Dia teman dari Pansy Parkinson. Jujur saja, aku tidak tahu yang mana Pansy. Aku hanya tau bahwa Pansy dari asrama Slytherin, sama dengan Maria.

Maria terus berceloteh mengenai Prof Snape dan mata pelajarannya. Jacob mungkin terlalu baik, jadi dia terus mendengarkannya dengan baik. Aku? Ah tidak, terima kasih. Aku malas untuk mendengar julidan orang lain. Lebih baik aku mencari—

Dia! Aku menemukannya. Sosoknya bersama beberapa orang lain yang dapat kupastikan sepantaran dengannya sedang bergurau di bawah pohon.

Aku terus menatap dirinya yang semakin tampan dan gagah sejak terakhir kali aku melihatnya.

Not The End [slow update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang