6. Perihal Olim

179 48 1
                                    

Bintang dan Bulan Author ubah judul jadi "Patrick and Sabit" yaaa

Bulan merasa tiga hari yang ia lalui kemarin sangat tidak asik. Tidak asik karena berbeda seperti biasanya.

Jika biasanya pagi-pagi saat Bulan tiba di sekolah akan mendapatkan sapaan selamat pagi, dan waktu weekend akan ada chat yang mengucapkan sapaan manis, berbeda dengan tiga harinya kemarin. Apalagi keusilan seseorang yang malah Bulan rindu kan. Hal itu membuat ia uring-uringan sendiri.

Caca, teman sekelas Bulan yang duduk tepat di depan gadis itu sampai geleng-geleng prihatin. Kemarin, setelah apel Hari Senin selesai, ia tak sengaja mendengar Bulan yang menggerutu tentang anak kelas sebelah. Jika biasanya Bulan akan menggerutu tak suka, kemarin ia mendengar gerutuan Bulan yang merindukan lelaki itu. Siapa lagi kalau bukan Bintang.

"Lan, lo dipanggil Bu Ina. Disuruh nemuin dia di ruang guru," ujar Fahri memberi tahu.

Bulan yang tengah membaca dengan tak nafsu mengangguk singkat. Lalu ia membereskan buku-bukunya dan mengikuti kata Fahri tadi.

Sesampainya di depan ruang guru, Bulan mengetuk pintu kaca itu terlebih dahulu dan masuk.

"Permisi, Pak. Bu Ina nya ada dimana ya?" tanya Bulan kepada Pak Igun-guru penjasorkesnya, karena tak melihat Bu Ina di dalam ruang guru.

"Oh, Bu Ina... Tadi dia lagi ke toilet kayaknya," jelas Pak Igun. Ia membawa buku penilaiannya dan pamit kepada Bulan untuk mengajar. Sebelum pergi, ia berucap, "Lan, besok Selasa materi pelajaran Bapak bola basket, ya... Temen-temen kamu diingetin buat gak lupa bawa baju ganti." Dan hal itu dibalas anggukan Bulan.

"Bulan..." ujar Bu Ina yang tahu-tahu berdiri di belakang Bulan seraya menepuk bahu gadis itu dengan pelan.

Bulan berbalik badan. Ia menyalami tangan gurunya dengan senyum ramah.

Setelah Bu Ina mempersilahkan untuk duduk di kursi yang ada tepat depan meja nya, Bu Ina mulai membuka obrolan.

"Kamu sama Bintang sedang ada masalah?" Pertanyaan itu lah yang pertama kali Bu Ina ucapkan.

Bulan sedikit tersentak, namun ia tetap menggeleng. Mencoba meyakinkan guru fisika di depannya ini.

Bu Ina mengangguk. "Kalau begitu bisa tolong jelaskan kenapa Bintang tidak mau menjadi patner kamu untuk olimpiade satu bulan lagi?"

Bulan melongo. Bukannya ia tak mau menjelaskan, tapi adanya kata 'Olimpiade satu bulan lagi' membuat dirinya bingung. "Maaf, Bu sebelumnya. Tapi olimpiade apa ya, Bu? Saya gak tahu sama sekali tentang olimpiade itu."

Dahi Bu Ina mengerut. "Bukannya kamu sudah tahu?" tanyanya.

"Enggak, Bu... Saya belum tahu," jawab Bulan seraya menggelengkan kepalanya.

"Tapi Ibu sudah memberi tahu kamu, Bulan... Ibu sudah memberi tahu kamu lewat Bintang."

Bintang. Iya. Pasti lelaki itu dalang dari kebingungannya sekarang.

Lagian, Bulan heran. Satu seantero sekolah saja pasti tahu status Bintang dan Bulan yang selalu mencosplay sebagai Tom and Jerry. Kenapa coba Bu Ina malah menitipkan pesan penting itu kepada Bintang?

"Eee... Bu, kayaknya Bintang lupa ngasih tahu saya, deh," ujar Bulan.

"Masa, sih?"

"I-iya, Bu...."

"Tapi kalau Bintang lupa ngasih tahu kamu, pasti tadi dia bilangnya lupa, dong. Enggak kamu gak mau patner an sama dia."

Patrick and SabitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang