Pertemuanku denganmu pertama kali adalah saat aku mempersembahkan sebuah lagu di sebuah Kafe. Lagu dengan tema romantis selalu menjadi bagian dari keahlianku. Suasana yang nyaman dengan rintik hujan diluar ditemani dengan petikan gitar milikku dan bertepatan dengan malam minggu, membuat suasana semakin terasa romantis. Terlebih saat beberapa anak seusiaku bahkan dibawahku tengah duduk berpengan tangan bersama kekasih masing-masing. Pemandangan yang membuatku tersenyum simpul.
Namun entah kebaikan apa yang kulakukan dimasa lalu, tiba-tiba saja mata ini terarah hanya pada satu titik. Sosok yang duduk berdua bersama temannya itu, tertawa dengan tulus dan tersenyum dengan cantik melihat penampilanku.
Di atas panggung, pikiranku hampir tidak waras. Melihat makhluk secantik dirimu dari atas, membuatku leluasa melihat setiap jengkal wajahmu. Pemuda mungil dengan helai rambut biru itu begitu mencolok di bawah lampu berwarna kuning.
Walau nampak berbeda, nyatanya kau tak nampak aneh. Pemuda yang tak kuketahui namanya itu seperti bintangnya malam ini. Setiap mata tertuju padamu dan entah kenapa aku jadi sedikit marah. Hanya sedikit, karena aku tahu kita bahkan tak punya hubungan khusus. Kenal saja belum, oh malangnya nasibku.
Di penampilan keduaku malam itu, aku merasa sedikit kesal. Kenapa Tuhan begitu tak adil padaku? Bisa-bisanya setelah ia mempertemukanku dengan sosok secantik dirimu, tak lama berselang aku malah kehilangan dirimu.
Lalu, hari-hari berikutnya aku tak lagi menemukanmu dimanapun. Bayang-bayang wajahmu yang mengulas senyum lembut saat menatapku benar-benar membuat sesuatu dalam hatiku membuncah. Aku merasa setiap memikirkanmu, bunga-bunga bermekaran disekitarku.
Apa ini yang dinamakan jatuh cinta?
Oh, selain mendapatkan penghasilan dari panggung ke panggung Kafe. Aku juga sesekali menyanyi di jalan, persis seperti pengamen jalanan. Memberikan beberapa lagu yang membuat orang-orang merasa terhibur. Dan aku mendapatkan tepuk tangan yang meriah juga pundi-pundi uang.
Tapi ternyata saat itu, Tuhan mendengar doaku. Kau kembali hadir dalam pertunjukkanku. Walau saat itu aku sedang berdiri dengan gitar yang kupegang sembari bernyanyi, aku bahkan tak tahu bagaimana rupa wajahku yang tersengat matahari. Namun kau tetap tersenyum sembari bertepuk tangan.
Bukannya aku tak bersyukur, tetapi tepuk tangan darimu adalah apresiasi terbesar selama hidupku. Setelah orang tuaku yang telah tiada pastinya.
Dan untuk kali ini, aku tak ingin kehilangan kesempatan lagi. Meninggalkan gitarku disana, aku segera berlari mengejarmu yang menghilang dibalik kerumunan penontonku. Tapi lagi-lagi Tuhan berbaik hati padaku, sepertinya aku akan rajin ibadah dari sekarang. Buktinya aku berhasil memegang tanganmu.
"Eh?!"
O-ow, wajah terkejutmu benar-benar sangat menggemaskan. Aku tak tahu bahwa ada makhluk seperti dirimu. Cantik, lembut, dan imut, semuanya ada pada dirimu. Hingga aku berpikir apa sebaiknya aku mundur saja ya? Ah, aku merasa tidak percaya diri.
"Maaf, apa aku tidak cukup membayar penampilanmu tadi?" Tanyamu yang membuatku tiba-tiba saja terkekeh. Melihatmu memberikan uang saja aku tak lihat, melihat wajahmu sepanjang hari saja sudah lebih cukup bagiku.
Kau terlihat menelengkan kepala sembari mengerutkan keningnya. Dan aku hanya bisa meremas tanganku karena merasa gemas. Makhluk ini, bisakah aku mengurungnya saja di dalam kamarku sepanjang hari?
"Bukan, aku hanya ingin meminta nomor teleponmu."
"Aaaa~"
Aku mengulas senyum kecil, bermaksud menarik perhatianmu dengan lubang cacat yang kupunya. Dan sepertinya berhasil, aku menangkap basah dirimu yang terpesona denganku. Walau harus berakhir kau yang tersipu malu, ah aku jadi tak tega. Wajahmu bahkan memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERGI UNTUK KEMBALI [CHANBAEK ONESHOOT]
FanfictionChanbaek Oneshot, special ver Chanyeol pergi bukan untuk menghilang namun untuk kembali. WARN! CHANBAEK AREA! Boyslove, yaoi, shouneun-ai, gay homophobic? please don't read