Bagian 2

3 0 0
                                    

Hai readers.
Maaf kalau di bagian sebelumnya ceritanya masih belum tau mau dibawa kemana. (hubungan kita.. plaak)

Awalnya memang cerita ini mengisahkan beberapa mantan Riszkya Giana. Dan liku-liku hidupnya sebelum sampai ke part inti. Uhuk, uhukk.

Bagian kali ini udah keliatan dikit alurnya. Jangan heran kalau banyak sekali tokoh yang di hidupkan di cerita ini. Maklum biarkata ini cerita fiksi tapi masih ada unsur realitanya. Kalau sekiranya ceritanya kepanjangan, readers boleh protes minta di skip aja yuag.. damai aja deh.. Bruumm.. brumm. Mulai baca lagi. Warning!.. typo merajalela.

***

Langkah gontaiku menuju kelas kuliah terhenti begitu aku mendengar ada yang memanggilku.
"Oi bang Riz, jangan ngengkang aja ga liat kiri-kanan. Tungguin dong"

Yups.. itu dia sesosok mahluk halus tapi hidup di kampusku, namanya Fahmi.
Temen gecor yg bisa dibilang sebelas duabelas dengan aku. Alias doyan chasbon, maklum kantong anak kuliahan kalau udah bulan tua pasti kempes.

Dan biasanya temen yang sering ku mintai cashbon itu kalau ga Adriana ya Fahmi inilah orangnya. Hahhh.. lagi-lagi aku bakalan galoon seharian kalau inget entah kapan lagi aku bakal ketemu sama gajah dongok itu..

"Bang, kok malah bengong?" Aku tergagap begitu Fahmi menepuk bahuku.

"Hahhh.. gak kok.. cuma inget sesuatu aja". Kilahku..

"Lagi ada masalah apa bang?" Jangan heran kalau temen~temenku selalu memanggilku bang. Karena penampilanku yg rada maskulin tapi gak selamanya ya, Karena jika kekampus aku memang lebih senang menggunakan jeans sepatu kets, kemeja atau t'shirt berlapiskan kardigan atau jaket hodie. Dengan berselempangkan jilbab sekenanya saja.

Sebenarnya gaya penampilanku ini dilarang keras di kampusku. Apalagi FKIP jurusan sastra bahasa. Bukan jurusan SGO seperti yang di ambil oleh Adriana, dan jurusan awal Fahmi sebelumnya, jangan tanya kenapa tiba-tiba fahmi juga malah melenceng dari jalur dan pindah ke jurusanku. Itu sesungguhnya cerita yang teramat panjang. Oke kembali ke topik.

"Humzz.. ga ada masalah apa~apa. Kurang fit aja aku".

"Eleee... aku tau bang, ke pasti lagi galon kan? Gegara adriana pindahan ke Palembang?" Serunya sambil meletakkan tangan di bahuku dan kami meneruskan perjalanan ke kelas.

"Ke tau darimana? Adriana yang kasi tau?"

"Ia bang, seminggu yang lalu dia bilang giu ke aku, kalau dia mau pindahan".

"Dan dengan sengaknya ke juga sama ya ama Adriana, tega~teganya ga cerita sama aku. Aku di anggap apa coba?" Kali ini nada suaraku langsung meninggi. Tak sadar orang orang disekitarku sudah memperhatikanku.

"Eiishh.. sabar bang, ya aku ga tau" "Gak tau ke bilang?" Kudorong badan Fahmi ke tembok dengan siku ku, hingga posisinya pun terjepit.

"Ga usah bohong ya. Kalian itu sama aja. sok, sok an ga tega tapi secara ga sadar yang kalian lakuin ke aku lebih sadis tau? Apa itu yang namanya temen?" Aku mendengus segera beranjak meninggalkan Fahmi.

"Ooii bang, bang tunggu dulu dong. Fahmi berusaha mengejar menyusul langkahku.

"Oke, oke.. aku akui bang, aku tau aku juga salah karena setuju aja waktu adriana bilang jangan kasi tau ke bang. Tapi sebenernya adriana juga gak ada niat kasi tau aku. Aku waktu itu juga lagi ada di biro saat abahnya Adriana ngelengkapi file kepindahan Adriana ke Palembang. Jadi aku sempet denger gitu deh namanya Adriana disebut~sebut. Ya begitu aku ketemu sama dia langsung aku tanyain ke dia, eh malah di bilang aku ga boleh kasi tau ke bang. Katanya dia gak sampai hati bang. Kalian temenan dah dari lama banget kan? Pasti ke sedih kan?". Cecar Fami berusaha menjelaskan, sementara aku mendengarkan dengan acuh.

Cubing,, Rights?? Remake.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang