TARGETED
05101804 || The Best Moment In My Life
'best ˈmōmənt'
'kamu selalu menganggapnya terlalu serius dan akhirnya aku terluka.'
Sudah tiga bulan setelah aku mengungkapkan perasaanku kepada Jungkook dan sejak itu dia menjadi semakin melekat padaku, dan aku tidak mempermasalahkannya sama sekali. Tidak hanya itu, dia bahkan mulai mengunjungi ibuku lebih sering daripada aku dan aku tidak merasa nyaman tentang itu.
"Dia jauh lebih perhatian daripada kamu, dia bahkan mengunjungiku setiap minggu sementara kamu tidak bisa melakukan itu."
Ibuku terus mengomel padaku selama ini tetapi cara dia menatapku setiap kali aku mengunjunginya terlalu menyeramkan bahwa aku tidak bisa membantu tetapi memintanya untuk berhenti menatapku seolah-olah dia sedang merencanakan sesuatu untuk melawanku.
"Apa yang kamu bicarakan? Aku ibumu yang manis dan aku tidak akan pernah merencanakan sesuatu yang buruk terhadapmu," katanya dan aku terkekeh ketika dia menggunakan kata 'manis', dia tidak tahu betapa menakutkan penampilannya setiap kali dia marah padaku.
Tapi tunggu sebentar, apa maksudnya?!
"Jadi, ibu telah merencanakan sesuatu, bukan?"
Dia mulai tergagap tanpa henti. Dia masih tidak bisa berbohong atau mengatakan yang sebenarnya, jadi aku memutuskan untuk melupakan topik ini dengan menanyakan lebih banyak tentang dirinya dan seberapa baik dia akhir-akhir ini.
Setelah kunjungan yang aku lakukan, aku pulang ke rumah karena hari sudah mulai larut. Namun, ibu tidak ingin melepaskanku, kapan pun aku ingin berdiri dari sofa hanya mengambil dompet dan pergi keluar rumah , ibuku tiba-tiba memikirkan topik lain dan mulai membicarakannya selama berjam-jam, aku tidak pernah tahu bahwa ibu begitu banyak bicara, tapi aku juga tidak pernah tahu kalau dia begitu pandai menggoda. Dia tidak berhenti menggodaku tentang bagaimana hubunganku dengan Jungkook berubah dari buruk menjadi sangat baik.
Saat aku sampai di rumah, semua lampu dimatikan, Jungkook pasti sibuk karena dia masih bekerja sampai larut malam. Kubuka pintu depan rumah, mencoba nyalakan lampu tapi masih gelap.
Apa ada yang salah dengan aliran listrik hari ini?
Dan seperti yang aku pikirkan, itu masalahnya, sudah sangat larut dan sangat gelap. Aku harus menunggu sampai pagi jika ingin memperbaiki masalah ini. Namun, bagaimana aku bisa naik ke kamar jika aku tidak bisa melihat apa-apa?!
Hal pertama yang aku lakukan adalah mencari dinding dan berjalan perlahan agar aku tidak terjatuh atau tersandung sesuatu. Langkah demi langkah, aku akhirnya bisa mencapai tangga dan naik ke kamar selambat dan secermat mungkin dan mulai menghitung kamar untuk memastikan bahwa aku benar-benar memasuki kamarku sendiri.
Aku membuka pintu dan mulai melambaikan tangan di udara, menyentuh benda-benda yang ada di jalan dan mencoba untuk melepaskannya tetapi tiba-tiba, sebuah lengan melingkari pinggangku dan tangan yang lain ada di mulutku, mencegahku untuk membuat suara. Aku memukul perut orang itu sebagai refleks dan aku mendengar orang itu mengerang karena betapa sakitnya pukulan itu, satu-satunya masalah adalah suara itu terlalu akrab.
"Ingatkan aku untuk tidak pernah bercanda denganmu, kamu selalu menganggapnya terlalu serius dan akhirnya aku terluka," kata Jungkook. Di sini erlalu gelap sehingga aku tidak bisa melihatnya sama sekali.
"Ada apa dengan listrik hari ini? Apa itu perbuatanmu?" Aku bertanya.
Jungkook mencemooh. Aku mendengar dia bergerak mendekatiku dan dia tiba-tiba menjentikkan dahiku. Bisakah dia melihatku? And why he hit me?!
"Apakah listrik lebih penting daripada aku? Mengapa kamu bertanya tentang sesuatu yang tidak penting, kamu lupa bahwa kamu memukulku beberapa detik yang lalu, heum?"
Aku mengangkat bahu sebagai jawaban, tapi kemudian aku ingat saat itu gelap dan Jungkook toh tidak akan melihatnya. Tanpa berkata apa-apa, Jungkook meraih tanganku dan mulai menyeretku keluar kamar dan turun.
"Apa kamu tahu betapa sulitnya naik ke kamarku dan sekarang kau membawaku turun lagi?" Aku berkata.
Dia hanya menyuruhku diam sambil terus menyeretku bersamanya sampai kami mencapai meja makan yang dihias dengan baik dan beberapa lilin adalah satu-satunya sumber cahaya. Terlihat romantis sehingga aku tidak bisa berkomentar.
Aku terkejut mengetahui bahwa Jungkook menyiapkan makan malam dan dia bahkan berpikir untuk mengaturnya sedemikian rupa, aku pikir dia tidak akan pernah bisa melakukan hal-hal seperti itu mengingat betapa sibuknya dia. Bagian yang paling menakjubkan adalah dia mengikutiku sedaritadi sampai menuju kamar dan dia hanya melihat aku bergerak seperti penguin untuk memastikan bahwa aku tidak akan tersandung.
Setelah kami selesai makan, kami mulai berbicara sebentar tetapi kemudian Jungkook berhenti tiba-tiba dan berdiri dari tempat duduknya, tangannya di belakang punggungnya. Dia berjalan ke arahku, dan seperti setiap adegan klise, dia berlutut di depanku dan mengeluarkan sebuah kotak kecil dan membukanya, sebuah cincin bagus ada di dalamnya.
"Na, maukah kau menikah denganku?"
Aku kehilangan kata-kata dan merasa sangat bahagia, pipiku panas dan tiba-tiba aku merasa haus, alih-alih menjawabnya, aku mengambil segelas air dan meminumnya sekaligus dan itu membuatku tersedak, Jungkook berdiri dengan cepat dan mulai menepuk punggungku.
"Kamu benar-benar tidak tahu bagaimana bersikap romantis, bukan?" celetuknya.
Aku terbatuk-batuk dan tertawa pada saat yang bersamaan. Setelah aku mengambil napas, aku melingkarkan kedua lenganku di leher Jungkook dan tersenyum bahagia.
"Yes, Jungkook. I would love to marry you."
KAMU SEDANG MEMBACA
TARGETED || JUNGKOOK FF [Translate] [END]
AksiyonKami berdiri berhadapan satu sama lain dengan mata yang memicing tajam. Salah satu tangan kami sudah menggenggam masing-masing senjata. Mencoba membuktikan bahwa keadaan saat ini benar-benar serius. Seriously, ini tidak akan pernah berakhir, kecuali...