❤️17 Pindah

15.5K 2.6K 63
                                    

Aku tidak bisa menolak saat Abimanyu memaksa untuk tetap memintaku pindah ke apartemennya. Sebenarnya tidak enak karena aku tidak mau membuat repot Abimanyu. Tapi aku melihat sisi lain Abimanyu dia keras kepala kalau sudah mengharuskan sesuatu. Secepat kilat dia mengatur semuanya, bahkan membereskan barang-barangku dengan menyuruh orang. Aku cuma tahu pindah saja.

Aku sempat malu saat berpamitan kepada tetangga karena mereka mengira Abimanyu sudah menjadi calon suamiku. Lain halnya dengan Icha yang langsung antusias begitu melihat apartemen Abimanyu satu hari sebelum pindah. Dia senang karena ada kolam renang di dalamnya. Apartemen Abimanyu begitu mewah dan aku makin merasa minder.

"Selamat datang. Barang-barang kamu dan Icha sudah tertata rapi di  dalam kamar."

Aku memang tidak mempunyai barang lain, hanya baju dan beberapa barang seperti foto-foto ku dan Icha saja. Semua sofa dan almari bahkan tempat tidur adalah milik pemilik rumah sebelumnya.

"Mas... Aku masih enggak enak. Nanti kalau Ibu tahu gimana?"

Pagi ini, Abimanyu sudah menjemputku setelah mengantar Icha ke sekolah. Aku resmi pindah ke apartemennya.

Abimanyu menatapku dan kini menarik tanganku untuk masuk ke dalam apartemennya. Canggung. Itulah yang aku rasakan.

"Besok, kalau kita menikah ini semua milik kamu. Jadi itung-itung latihan dulu buat menyesuaikan di sini."

Ucapannya tentu saja membuat pipiku terasa panas. Kenapa dia selalu bisa menghangatkan hatiku?

Dia lalu menarikku untuk masuk ke dalam. Merangkul bahuku dan menggiringku untuk menelusuri apartemennya. Kemarin memang sudah ke sini tapi aku memang belum mengetahui lebih banyak.

"Icha pasti seneng, punya tempat tidur sendiri."

Dia menunjukkan kamar di sebelah kamar utama. Ternyata itu kamar untuk Icha. Bahkan sudah ada pernak pernik kamar untuk anak cewek.

"Ini Mas yang milih?"

Seprainya pun bergambar Frozen. Abimanyu menganggukkan kepala dan kini duduk di tepi kasur.

"Aku yang beli dan bayangin Icha pasti seneng banget kalau lihat. Bakalan jadi surprise buat dia."

Aku ikut duduk di sebelahnya dan menatapnya lekat.

"Kenapa Mas begitu baik?"

Abimanyu tersenyum dan kini menggenggam jemariku.

"Karena aku cinta kamu."

Sekali lagi Abimanyu makin membuatku merona. Padahal aku sudah berjanji untuk membatasi hatiku ini setelah perceraian. Aku masih belum ingin membuka untuk pria lain. Tapi kenapa Abimanyu tidak bisa membuatku mengabaikan perasaannya?

Suara perut lapar membuat aku akhirnya terkekeh. Abimanyu menggaruk-garuk kepalanya.

"Lapar?"

Dia seperti anak kecil yang tertangkap basah ingin sesuatu. Anggukannya terlihat begitu polos.

"Aku masakin mau?"

"Mauuu."

*****

Akhirnya aku memasakkannya menu sederhana kesukaan Icha. Sayur orak Arik dan tempe goreng. Sederhana tapi enak. Icha paling suka kalau aku memasakkan ini. Kami sudah duduk di meja pantry dan berhadapan. Abimanyu tidak menunggu lama dan langsung menyantapnya.

"Enak?"

Dia menganggukkan kepala dan mengacungkan dua jempolnya. Lucu.

"Kalau Mas mau, aku juga bisa buatin sarapan tiap pagi atau makan siang atau makan malam. Bilang aja kapan pun Mas lapar."

Dia meneguk air putih yang tersedia lalu membelalakan matanya saat mendengar ucapanku.

"Serius?"

"Iya."

Abimanyu tersenyum lebar "Makasih ya calon istri."

Tuh kan, dia itu rasanya tiap omongannya mengandung gula yang membuat aku selalu tersenyum.

"Icha pulang jam berapa?"

Dia menatap jam yang melingkar di tangannya.

"Masih nanti jam 2, ada ekstra kurikuler drum band. Icha kepilih gitu."

"Wah emang pinter ya."

Pujiannya membuatku tersenyum. Lalu dia beranjak berdiri dan mengulurkan tangan untuk menarikku berdiri.

"Udah selesai kan? Aku mau tunjukkan sesuatu lagi."

Aku menurut saat dia mengajakku ke bagian samping yang menghubungkan langsung dengan kolam renang indoor. Ada balkon yang kini membuatku takjub. Pemandangan gedung-gedung tinggi sangat indah bagiku.

"Kalau malam lebih indah lagi. Tapi Icha jangan diajakin ke sini ya? Tinggi banget ini."

Abimanyu sudah melingkarkan tangannya di pinggangku saat aku sedang menatap pemandangan di sini.

"Mas..."

"Ya?"

"Ibu kapan pulang dari Singapura?"

Sudah lama aku ingin menanyakan hal ini karena Abimanyu sepertinya selalu menghindar tiap kali aku bertanya. Dia tampak menghela nafasnya dan tidak suka dengan pertanyaanku.

"Ehmm Ibu masih perlu kemoterapi di sana lebih lama."

"Owh..."

Hanya itu jawabanku. Abimanyu sepertinya memang tidak bisa diusik lagi. Ada sesuatu yang disembunyikannya.

"Mbak Sinta masih di sana?"

Kali ini Abimanyu menggelengkan kepala.

"Dia udah balik kok. Kan dia juga harus kerja."

Jawabannya membuatku menganggukkan kepala lagi. Abimanyu menepuk kepalaku dengan lembut.

"Kamu nggak usah mikirin itu lagi. Biar aku saja yang mikirin."

Ah kenapa semuanya tetap sulit bagiku? Di saat sepertinya aku sudah menemukan orang yang cocok dan peduli denganku halangan tetap saja ada.

"Mas juga jaga kesehatan ya? Nggak usah mikirin aku dan Icha. Aku kuat kok, aku ini wonder woman."

Aku mencoba bercanda karena percakapan kami sepertinya terlalu serius. Abimanyu menatapku sebentar tapi kemudian mengulas senyumnya.

"Iya, calon istriku ini emang wonder woman. Makanya itu yang buat aku jatuh cinta sama kamu."

Bersambung

Hujan nih yang anget anget dulu yaa... Votement ya

Repihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang