40. Another Plot

898 184 56
                                    

Detik demi detik berlalu dan itu semakin membuat Vina tak sabar. Iya, dia sudah tak sabar mendengar kabar bahwa anak tirinya telah meninggalkan dunia. Namun, nyatanya sudah satu jam berlalu dan belum ada kabar apa pun. Apa Garda ingin menyembunyikan berita ini? Rasanya tak mungkin, bagaimanapun  juga ia adalah ibu tiri Anne yang harus mendapatkan kabar tentang Anne.

Sebuah dering di ponsel Vina berbunyi menandakan ada sebuah pesan masuk. Dibutakan oleh rasa ingin tahu akan kabar meninggalnya Anne, Vina membuka pesan WhatsApp itu meskipun nomor yang menghubunginya tak terdaftar di dalam kontaknya.

Tak ada satu pun huruf yang berada di sana, hanyalah sebuah video yang langsung membuat hati Vina mencelos. Sebuah Video dimana dia menutup wajah Anne dengan bantal, sebuah video bukti tentang upaya pembunuhan kejinya kepada sang anak tiri.

Belum juga Vina beristirahat dari keterkejutan itu, sang pemilik nomor tak dikenal itu menghubunginya. Bukan sekedar telepon, tapi video call.

Ada rasa ragu dalam diri Vina untuk menjawab panggilan itu, tetapi ia merasa ia harus menjawabnya agar ia bisa mengatasi masalah ini, ia harus membungkam pemilik nomor agar video itu tak menyebar tak peduli seberapa banyak uang yang harus ia keluarkan.

Namun, apa yang harus dilakukan Vina ketika orang yang menghubunginya adalah orang yang ada di video alias Anne sendiri.

"Halo, Mama Vina tersayang," sapa Anne dengan kostum pasien yang masih melekat di tubuhnya.

"Kamu— bagaimana bisa?" Vina tentu kaget, dia sudah memastikan sendiri bahwa alat pendeteksi jantung itu sudah menunjukkan bahwa Anne sudah meninggal, bagaimana bisa ia tampak begitu sehat dan apa itu di tangannya? Cilok? Sejak kapan pasien rumah sakit bisa makan cilok sembarangan? Ini pasti mimpi.

"Aduh, pipinya jangan digaplok gitu dong mama, nanti hasil botox-nya jadi jelek, terus pipinya mleyot."

Vina meringis kesakitan yang menandakan bahwa Anne benar-benar belum mati. Anak sialan itu masih hidup.

"Bagaimana bisa?"

"Aku mau cerita, tapi takutnya Mama nggak punya waktu buat kabur."

"Kabur?" tanya Vina bingung.

"Papa udah lapor polisi dan mungkin sekarang mereka bakal sampai ke sana. Duh sayang banget ya, Anne nggak bisa liat Mama ditangkap polisi pasti lucu banget."

Vina semakin panik setelah mendengar suara pintu rumah dibuka.

"Jangan dimatiin ya Ma! Biar aku bisa nonton Mama dari sini, aku kan belum pernah liat orang ditangkap poli—" Sayang sekali keinginan Anne tak terkabul karena Vina langsung mematikan ponselnya begitu saja.

-o0o-

Kehidupan Anne bagi Vina sudahlah berakhir sejak garis lurus di monitor pendeteksi jantung terlihat. Namun, kenyataannya ia tak pernah benar-benar berakhir.

Setelah Vina pergi dari kamar rawat inapnya, Anne menyingkirkan bantal dari wajahnya diikuti dengan seseorang yang keluar dari kolong kasur Anne yang sebelumnya tak terlihat dari luar berkat selimut yang sengaja dibuat menjuntai ke bawah.

Mungkin ada banyak pertanyaan bagaimana bisa Anne masih hidup sementara layar monitor sudah menunjukkan bahwa tak ada detak jantung yang terdeteksi.

Jawabannya adalah semua karena Lisa. Kabel yang terlihat menempel di dada Anne tak terhubung pada alat pendeteksi detak jantung yang dilihat oleh Vina.

Alat pendeteksi jantung yang dilihat Vina terhubung pada Lisa yang berada di bawah dan ketika Vina mencoba membunuh Anne, Lisa mencopot kabel itu dari area dadanya sehingga tak ada detak jantung yang terdeteksi. Begitulah bagaimana Lisa dan Anne bisa mengelabuhi Vina.

✅hopeless loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang