Suara gemuruh serta lebatnya hujan berhasil merusak seluruh rencana yang Jimin buat. Ia mengendarai mobilnya perlahan-lahan lantaran hujan nan lebat ini mengurangi ketajaman penglihatannya pada jalan.
Hari ini ia berencana akan menaiki sepeda disekitaran taman Yongdusan Park namun harus gagal dan berakhir dirinya terjebak ditengah guyuran hujan dalam mobil. Ia putuskan untuk berhenti karena tidak ingin mengambil resiko disaat hujan turun dengan derasnya.
Menepikan mobilnya di depan jejeran beberapa kios yang tengah tutup. Ia kemudian menyalakan penghangat mobil seraya berdoa agar hujan segera reda. Hingga disaat dirinya memperbaiki posisi duduk sebuah kilat petir menyambar. Sebuah suara nyaring yang memekatkan telinga itu nyatanya mampu membuat Jimin terkejut didalam mobilnya.
Bukan karena petir saja namun ia juga terkejut karena mendengar seperti suara teriakan yang berasal dari luar. "Suara siapa itu?" Gumamnya seraya menyipitkan manik menatap kepenjuru lokasi yang tengah diguyur hujan.
Hingga beberapa sekon kemudian ia menangkap seseorang terlihat terduduk dilantai dengan kepala menunduk di depan kios yang tutup "Siapa itu?" Tanyanya kembali dan mulai menurunkan kaca mobilnya sedikit berharap dirinya dapat melihat dengan jelas sosok tersebut.
Lima detik kemudian maniknya membola ketika mengenali sosok gadis yang tengah mengelap wajahnya dan... "Eoh, dia menangis?"
Tidak ingin membuang waktu lama Jimin keluar dari mobil dengan bermodal nekat menerjang lebatnya hujan untuk mendekati gadis itu.
.
.
*Jehan Pov
Aku langsung menangis setelah sebuah kilatan petir itu menyambar. Menunduk dengan kedua tangan yang kugunakan untuk menutupi kedua telingaku. Aku benci petir tapi aku menyukai hujan. Aku merapalkan doa semoga petir ini segera pergi dan menyisakan hujan saja.
Mengidap Astraphobia benar-benar membuatku tak bisa tenang ketika hujan turun dengan derasnya. Aku benci disaat cuaca yang seharusnya dingin dengan petrichor yang menenangkan malah menjadi ketakutanku.
*Astraphobia adalah fobia atau ketakutan ekstrem terhadap petir dan guntur.
Ku usap air mataku yang mengalir membasahi pipi seraya melirik kesekitar yang benar-benar terlihat berkabut lantaran hujan turun dengan derasnya. Udara disini juga kian terasa menusuk ditambah lagi pakaianku yang sedikit basah karena aksi nekatku tadi.
"Jika aku tetap dibawah pohon tadi mungkin petir sudah membunuhku" Gumamku seraya membayangkan nasibku tadi jika masih berada dibawah pohon besar tersebut.
Hingga detik berikutnya aku merasakan kehadiran sosok lain di sekitarku. Aku menoleh dengan perlahan dan mendapati lelaki itu tengah membungkukkan tubuhnya dengan nafas terengah.
.
.
*Jimin Pov
Aku berlari menerobos hujan dan tidak peduli jika pakaianku basah karena guyuran air. Aku berlari melewati lorong yang tidak jauh dari posisi Jehan. Yah, aku yakin dia Na Jehan dari proporsi tubuh serta potongan rambutnya aku bisa mengenali dia. Sedikit berhati-hati lantaran lantai yang kupijak cukup licin karena terkena cipratan air.
Hingga langkahku akhirnya terhenti tepat disampingnya yang masih berjongkok di sisi kursi. Kulihat ia menatapku dengan manik sembabnya serta tubuhnya sedikit mengigil. Aku menghela berusaha menetralkan nafasku yang memburu dan mulai menegakkan tubuhku.
"Apa yang kau lakukan disini?" Aku bertanya walau suaraku sedikit tersendat.
Jehan terlihat masih diam menatapku. Apakah aku terlihat aneh hingga membuatnya tidak menjawab pertanyaanku? "YA!! Kenapa kau hanya diam saja? Kau kenapa ada disini dan lagi kau baru saja menangis?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ETHEREAL
Fiksi PenggemarRyu Jimin dipertemukan dengan seorang gadis yang berhasil menghentikan aksi bunuh dirinya. Pertemuan yang tak disengaja tersebut membuat mereka saling mengetahui problematik kehidupan satu sama lain. Dari hal terkecil hingga menguak kebenaran yang s...