11 Februari 2019 Seoul, Korea Selatan
Evelyn POV
Aku berdiri menatap sebuah gedung sekolah didepanku. Ada setitik keraguan muncul dalam hatiku untuk melangkah lebih jauh, membuat detak jantungku bekerja dua kali lebih cepat dari yang semestinya. Bayangan buruk tentang hari-hari yang akan ku jalani disini mulai bermunculan, menghancurkan rasa bangga dan bahagia yang baru kurasakan beberapa hari sebelumnya.
Aku menutup kedua mataku sesaat, meyakinkan diriku jika semua akan baik-baik saja. Membuka mata secara perlahan dan tersenyum lebar sambil mengedarkan pandanganku— menatap sekeliling sambil menilai tentang lingkungan baru ini. "Relax Eve, bukankah ini yang kau nantikan?" Berbicara pada diriku sendiri. aneh? Ya memang.
Dengan mantap aku melangkahkan kaki menuju bagian dalam gedung ini. Dengan senyum lebar terkesan aneh aku menyapa orang yang melintas di sekitarku.
Ingin bertanya tapi malu, tapi jika tidak bertanya malah tersesat. Terkutuklah jiwa pemalu ku ini!
Sungguh, aku lelah terus berputar di gedung sekolah. Jiwa pemalu dan gengsiku terlalu tinggi sehingga membuatku terpaksa tidak bertanya pada orang di sekitarku. Bahkan sampai bel pelajaran berbunyi aku belum juga sampai pada tempat tujuanku— ruang guru.
"Sialan, apa aku bertanya saja? Eyy.. tidak! A-aku terlalu malu" Bodoh. Satu kata yang cocok untuk diriku.
Evelyn POV End
Author POV
Koridor sudah sangat sepi karena para siswa sudah masuk ke kelas masing-masing untuk menimba ilmu. Karena lelah Evelyn memutuskan untuk berhenti sejenak sambil menyandarkan tubuh berlemaknya di tembok.
"Hey kau! Tunggu!" Teriak Evelyn saat melihat siluet seorang laki-laki yang lewat diujung koridor. Tentu saja Evelyn sudah muak jika harus mencari ruang guru secara mandiri, jadi dia memutuskan untuk bertanya saja.
"P-permisi.. kau tau dimana letak ruang guru?" Orang yang ditanya ternyata sangat tinggi seperti slinderman, terpaksa Evelyn harus mendongkak untuk menatap wajahnya. Kan tidak sopan jika berbicara dengan orang tapi kita malah melihat kebawah.
Kedua bola mata Evelyn sontak membelalak saat menatap wajah orang itu.
Dia manusia?"Hey! Tunggu.. aku sedang bertanya padamu!" Evelyn menatap heran punggung laki-laki tadi. Dia sedang bertanya padanya dan laki-laki tadi malah mengacuhkannya. Tidak sopan!
Dengan perasaan kesal bercampur rasa lelah terpaksa Evelyn mengikuti langkah lelaki tadi. "Aku sedang bertanya padamu astaga.. bisakah kau beritahu padaku dimana letak ruang guru? Aku sedang malas meladeni orang tidak sopan sepertimu!" Lagi dan lagi lelaki itu tetap mengacuhkan Evelyn. Dan sepanjang jalan kenangan— koridor, Evelyn hanya mengumpat dalam hati. Aku.Sangat.Kesal.Padanya.
Tanpa Evelyn sadari lelaki tadi telah berhenti dan melirik padanya yang terus berjalan sambil melamun— mengumpat. Dengan sangat sopan lelaki tadi menarik kerah baju Evelyn dan membuatnya otomatis berhenti karena tarikan itu. "Ya! Dimana sopan santunmu sialan?!" Nah kan Evelyn jadi keceplosan.
Evelyn terlihat memberontak dan berusaha melepaskan tarikan lelaki itu pada kerah bajunya. Aku tercekik oke! Melihat tingkah Evelyn yang seperti cacing kepanasan lelaki itu hanya mendengus dan melirik Evelyn dengan sinis. Dengan dagunya yang sialnya sangat menggoda untuk dielus itu, dia menunjuk sebuah ruangan yang bertuliskan ruang guru. Seketika Evelyn berhenti dari aktivitas seperti cacing kepanasan dan menatap cengo pada lelaki tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝖢 𝖠 𝖲 𝖴 𝖠 𝖫 𝖤
Fantasy"𝗦𝗲𝘀𝘂𝗮𝗶 𝗷𝘂𝗱𝘂𝗹𝗻𝘆𝗮 𝗷𝗶𝗸𝗮 𝗱𝗶𝘁𝗲𝗿𝗷𝗲𝗺𝗮𝗵𝗸𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗜𝘁𝗮𝗹𝗶𝗮 𝗸𝗲 𝗜𝗻𝗴𝗴𝗿𝗶𝘀"