Membantu

2K 330 79
                                    

hari ini rumah keluarga gunandar lebih sepi dari pada biasanya, cuma ada rendi dan bu winda. bu winda entah kenapa masak banyak banget. rendi sih gak kaget juga, biasanya mamanya bakal naruh nasi kotakan di masjid sekitar.

pak chandra lagi kerja, dikta kerja kelompok, dan wian lagi ke rumah jefri nggak tau ngapain. yusril?, udah lepas dia, paling juga main ke sungai, kalau enggak ke rumah jujun main masak masakan. iteng juga dari semalam nggak pulang, nggak makan, gatau itu kucing kemana.

"sepi amat dah!," keluh rendi, duduk di kursi ruang tamu, terus ke dapur, lihat mama motong bawang, buka kulkas yang isinya cuma telur sayur, gak ada jajan.

"bantu mama sini bang!,"

"males nanti jadi wibu," bu winda mengernyit bingung.

"soalnya bau bawang!," tambah rendi lagi sambil menunjukkan muka tengilnya.

"mama sambel ya nanti mulutnya!,"

"heheh," rendi langsung balik lagi ke kamar buat cek hapenya. siapa tau ada yang ngajak main gitu?, berasa nolep banget rendi sekarang. setelah dia ngecek hape yang sepi notif, dia langsung balik lagi ke dapur buat ngobrol sama mamanya lagi.

"ma, iteng nggak pulang?," tanya rendi pas lihat mamanya goreng ikan tongkol di dapur.

"tadi pagi sih pulang bang, tapi nggak tau deh, musim kawin kan?," rendi mendengus susah banget kalau musim kawin, iteng bahkan akan lupa makan, sibuk ngadep kucing cewek yang mau dia kawinin.

"bang, beliin mama gula satu kilo ya di warung mbak sri?," rendi ngangguk. bu winda langsung naruh spatulanya di tempat minyak.

"ucil kemana ma?," tanya rendi.

"tadi sepedahan sama jujun di depan," jawab bu winda jalan buat ambil dompetnya yang ada di meja makan.

"yaudah mana ma uangnya?," bu winda langsung nyodorin uang lima puluh ribu satu lembar.

"ma, jajan ya?," bu winda mengangguk sambil tetap goreng ikan tongkolnya. rendi langsung ngacir aja, dibolehin beli jajan, siapa tau ketemu adeknya terus bisa pamer dijajanin sama mama.

pas baru aja melangkah keluar dari rumah, ngambil sandal swalow ijo yang udah lodok (melar) karena kaki rendi tuh kecil, tapi sendalnya di pake papa, gimana nggak melar coba karetnya. dia langsung cus aja buat ke warung mbak sri. di sebelah rumah pak edi ada iteng duduk. "iteng!, pulang!," iteng tetep nggak peduli. kucing oren putih itu tetap fokus dengan objek di depannya. siapa lagi kalau bukan kucing cewek warna putih bersih, dan mukanya cantik. ternyata itu pacar iteng.

"oalah bajingan, kucing aja dah ada pacar!,"

"jan zinah mulu kalian!," tambah rendi langsung jalan buat beli gula di warung mbak sri, takut juga sih kalau misal dia ngomong sama kucing terus ada yang lihat, bisa dibilang nggak waras anak ketiganya pak chandra, kasian.

"BELEEEE!!!," rendi memencet bel warung mbak sri, yang bunyinya kling klung assalamualaikum.

mbak sri yang barusan selesai nyuci itu langsung menghampiri rendi yang lagi milih jajan. "mba sri, gula satu kilo, terus sosisnya tiga, sama susu indomilek yang ini," ujar rendi.

"jadi dua puluh ribu dek rendi ganteng,"

rendi menyerahkan uang lima puluh ribu itu, terus dikasih kembalian tiga puluh ribu sama mbak sri. "makasih mbak sri,"

"sama sama sayang," rendi agak jijik sih tapi yaudah lah gapapa ya kan. mbak sri tuh udah tua, pamali kalau ngatain orang tua.

jalan pulang kerumah sambil berusaha membuka segel terkuat di dunia, apalagi kalau bukan segel sosis, dia lihat jujun sama adeknya lagi panggil kucing warna putih yang lagi di taksir sama iteng. "pus pus pus, sini makan tempe!," ujar yusril nyodorin tempe itu pada si kucing putih. namanya juga kucing mau mau aja lah orang dikasih tempe sama yusril dan jujun. iteng dari tadi nungguin kucing putih itu duduk langsung beraksi buat naikin badan si kucing putih.

Keluarga Suket Teki - wenyeol ft. Dy,rj,Ww,YuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang