Sirius Star Part 1

218 6 0
                                    

HaPPy ReaDing Guys :)

Title : Sirius Star
Author : Nurul Fadhilah Suardi
Theme : Persahabatan, Cinta dan keluarga
Inspiration by : Novel Separuh Bintang & Jingga untuk matahari

~No Copas
~No Maling
~No Edit
~No ngaku2

Hastag : #Episode_1

Sirius Star

Tujuan dari semua kehidupan.... Hanya Dia yang tahu.....

JARUM jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Bintang-bintang mulai menunjukkan sinarnya setelah hujan mulai berganti menjadi gerimis kecil. Tapi jendela kamar itu masih terbuka, menunjukkan dengan jelas wajah penghuninya yang masih sibuk komat-kamit menghafal. Buku dengan tulisan BIOLOGI besar-besar di sampulnya tergenggam di tangannya. Sesekali dia melirik ke arah tulisan di buku itu, tapi selebihnya matanya jelajatan melihat bintang-bintang melalui jendela kamar. Karena gerimis, dia malas beranjak ke balkon. Lagi pula hari ini bintang tidak begitu terang sinarnya, tidak bagus. Angin malam yang sepoi-sepoi sesekali mengibaskan rambut hitamnya yang lurus sebahu. "Huuff... Akhirnya selesai juga," gumamnya seraya menutup buku dan meletakkannya di meja belajar. Saat ingin berbalik, pandangannya menyapu sekilas sebingkai foto yang terpajang di meja belajarnya. Dia mengambil foto itu dan membawanya ke ranjang. Sesaat pandangannya menerawang jauh. Jauuhhh ke masa lima tahun silam. Ada empat sosok dalam foto itu. Foto sebuah keluarga yang terlihat sangat bahagia. Di tengah-tengah, seorang bocah laki-laki berdiri . Itu dirinya saat berumur sebelas tahun. Terkadang dia sering merasa iri pada dirinya sendiri di foto itu. Dia masih bisa tersenyum bebas dan tertawa lepas tanpa beban. Entah sejak kapan dia lupa rasanya punya keluarga yang bahagia. Di sebelahnya berdiri sesosok wanita dengan tubuh kurus dan kelihatan pucat. Namun, senyumnya tidak dapat memungkiri perasaan tulus yang yang terpancar dari sosok seorang bunda. Seorang bunda dengan senyum emas dan hati seindah pelangi. Bunda terbaik yang pernah dia miliki. Lalu sesok bocah laki-laki yang menyerupai wajahnya yupzt itu kembarannya. Pandangan yang begitu ramah, begitu hangat. Seorang yang telah menempatkan dirinya lebih daripada sekadar seorang kakak. Sebuah cinta yang telah mengisi kotak hatinya yang terdalam walaupun kemudian berubah menjadi mimpi buruk sepanjang masa. Mereka.... Dua orang yang paling dicintainya, dua orang yang selalu bilang sangat mencintainya. Tetapi mereka jugalah yang meninggalkannya pergi jauh entah kemana. Terakhir, sosok pria yang paling dewasa di foto itu. Sosok dengan kehangatan seorang ayah. Sosok yang membawanya bermimpi menjadi putri kecil dengan baju dan istana indah. Namun, sosok itu mereka jugalah yang pergi meninggalkannya. Pergi jauh.... Lebih jauh dari embusan angin dan bentangan awan. Ayahnya telah menemukan tangga.... Ke surga.

Dia mendesah. Senyum sinis tersungging di bibir cowok itu. "Foto yang menipu," gumamnya. Dia beranjak dari tempat tidurnya, meletakkan kembali foto tadi di meja belajar. Sesaat dia tercenang, sebelum akhirnya setetes air bening mengalir melintasi pipinya.”Karel......" Ketukan dan panggilan dari arah pintu membuat Karel buru-buru menghapus air mata dan merapikan rambut di depan cermin, sebelum melangkahkan kaki membukakan pintu.

Karel mengangguk pelan begitu melihat sosok di depannya ini. "Masuk, Oom....," ujarnya seraya mundur beberapa langkah memberikan jalan, dan kembali menutup pintu saat sosok itu sudah duduk di sofa di sebelah tempat tidur. Karel tersenyum lalu ikut duduk. "Kamu suka sama kamar kamu?" tanya pria itu. Karel mengangguk. "Suka, Oom." Jelas aja suka, gimana nggak suka sama kamar yang besarnya aja empat kali lipat besar kamarnya yang dulu. Bukan hanya lebih besar, isinya juga lebih banyak. Kamar Karel tepat berada di sudut kiri lantai dua. Di tengah-tengah kamar terdapat double-bed, berseprai biru dengan motif kotak-kotak, di sebelah kirinya ada meja belajar superbesar berbentuk huruf L. Lengkap dengan dengan laci-laci dan rak buku. Di sebelah kanan tempat tidur masih ada sofa yang superempuk, lengkap dengan boneka-boneka. Di depan sofa bertengger dengan gagah sebuah TV flat ukuran 34 inch berikut DVD/VCD/CD player dan mini compo. Di sekeliling sofa dan tempat tidur tergelar permadani yang kalau diinjak kakimu akan tenggelam beberapa senti saking tebalnya. Di sebelahnya ada pintu menuju kamar mandi. Dan dinding di bagian kanan, yang letaknya bersebelahan sengan sofa, terbuat dari kaca dengan pintu geser yang juga dari kaca, untuk menjadi pemisah antara kamar dan balkon. Dari sofa itulah, Karel  selalu menghabiskan malamnya memandangi bintang-bintang. Di langit-langit kamarnya pun banyak bertempelan bintang-bintang dan bulan glow in the dark. Coba aja, dengan kamar seperti ini mana bisa Karel nggak bilang suka. Pria tadi adalah Susanteo kerapnya dipanngil Teo. Dia ayah angkat Karel sejak tiga minggu yang lalu. Sejak Papanya meninggal tiga bulan yang lalu, Karel diangkat anak olehnya. Tidak jelas apa alasannya dan apa hubungan Teo dengan keluarganya. Karel pun baru bertemu dengannya sekali ini. Pria itu hanya bilang bahwa dia teman lama mamanya. Karel memang sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Kakek dan nenek sudah tidak ada. Papanya anak tunggal, jadi tidak punya saudara. Satu-satunya saudara mamanya sudah meninggal sejak Karel belum lahir. Sulit baginya menerima semua kenyataan yang tergelar di hadapannya sekarang ini. Sejak perceraian orang tuanya, Mama dan Saudara kembarnya pergi dari rumah setelah perceraian itu, berlanjut kematian ayahnya 3 Bulan yang lalu, Karel benar-benar sebatang kara. Sehingga saat ada sesosok pahlawan yang menawarkan rumah, makanan, pakaian, uang, dan segala kebutuhan lainnya, mana mungkin Karel menolak. Apalagi saat ini dia hanya seorang anak berumur emam belas tahun. Belum lulus SMA, mana bisa cari kerja? Teo sendiri seorang pria berusia 48 tahun. Pekerjaannya direktur sebuah industri teksil. Dengan perusahaan yang sudah bertaraf internasional, tidak mengherankan kalau dia jarang ada di rumah. Sering bepergian ke luara kota maupun ke luar negeri, mengurus anak-anak perusahaannya, yang sudah menjadi makanannya selama dua belas tahun ini. Jangan heran kalau dalam satu tahun dia hanya berkunjung ke Indonesia (ke Jakarta tepatnya) sekali-dua kali saja. Itu pun paling satu atau dua minggu. Istrinya, juga tidak ada bedanya. Dia lebih pantas disebur wanita karier daripada seorang istri. Sifatnya sangat tegas, berkarakter, elegan, benar-benar mencerminkan wanita kelas atas. Hanya saja, dia tidak pantas disebut ibu yang baik. Kesibukannya dalam mengurus bisnis tidak ada bedanya dengan Suaminya. Walaupun tidak sampai harus terus-menerus ada di luar negeri, dia jarang sekali ada di rumah. Makanya, Karel sendiri sebenarnya merasa sangat bingung dan heran. Seorang pengusaha kelas

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sirius Star*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang