Siang itu aku berada disebuah rumah temanku. Hari yang sangat cerah, secerah wajah orang-orang yang sedang mengobrol dengan tawa bahagia di sini.
Suasana yang ramai saat itu, membuatku terdiam. Memerhatikan orang-orang yang berada di sekelilingku.
Dan indra penglihatanku tertuju pada satu sosok anak laki-laki -dengan kaos lengan panjang belang berwarna merah dan hitam- yang sedang membelakangiku sambil terduduk, memerhatikan apapun yang terekam dalam bola mata indahnya itu, seindah sebuah pelangi yang muncul setelah gelapnya langit bergemuruh.
Aku di sini, terduduk tepat di belakangnya. Kemudian dia menoleh kearahku, menatap mataku dengan senyuman cerah. Berbanding terbalik denganku yang sedang mati-matian menahan detak jantung tak beraturanku sejak awal melihatnya.
Dan dengan tiba-tiba dia menggenggam tanganku. Aku terkejut setengah mati karena perlakuannya dan berusaha untuk bersikap biasa saja di depannya.
Aku hanya takut jika dia merasa risih dengan sikapku ini.
Lalu ia menunjuk ke sebuah lemari pendingin yang pintunya sedang terbuka. Aku pun mengikuti arah yang dia maksud. Ohh, lebih tepatnya ke arah sebuah minuman berkemasan kotak yang memiliki guratan sebuah nama seseorang.
Entah siapa nama orang itu, yang jelas itu adalah nama seorang wanita. Aku tidak mengenal nama itu, sangat asing bagiku karena untuk pertama kalinya aku membaca nama itu.
Aku tidak memperdulikannya, dan tetap terpaku pada sosok yang berada di depanku ini.
Demi tuhan aku sangat merindukannya. Dan juga- sangat mencintainya.
Kemudian dia membicarakan gurauan padaku tentang salah satu idol grup yang kusukai, lucas. Aku tidak mengerti mengapa ia mengenal lucas lalu bergurau tentangnya. Eum, gurauannya sangat tidak lucu.
Aku yang tidak tahu harus berbuat apa, hanya menanggapinya dengan tawa canggung sambil berkata "Apaan sih?".
Tak berselang lama, dia masih tertawa. Tawanya yang menjadi salah satu alasan aku menyukainya. Sebuah tawa dengan gigi gingsulnya yang selalu menjadi pusat perhatianku. Huftt, manis sekali. Aku menyukai semua yang ada pada dirinya.
Dan lagi-lagi aku dibuat melebur olehnya, seperti ada ribuan kupu-kupu di dadaku yang memaksa keluar. Dia mengapit pipi sebelah kiriku dengan jari telunjuk dan jari tengah miliknya yang ditekuk, sebanyak dua kali.
Aku hanya terdiam, berharap semua yang ia lakukan padaku bukanlah hanya sebuah mimpi. Aku benar-benar merindukannya, merindukan dalam artian sebenarnya, merindukan kedekatan kami yang telah merenggang selama 7 tahun tahun terakhir.
Lalu aku pergi keluar dari ruangan itu. Meninggalkannya untuk menormalkan detak jantungku, sekaligus untuk bergabung dengan kerumunan teman lamaku. Tidak baik untuk kesehatan jantungku jika berlama-lama di dekatnya.
Dan dia menyusuliku, menghadang jalan ke tempat tujuan utamaku dengan kedua tangannya yang terbuka lebar.
Huh? Dia ini kenapa sih?.
Aku tentu saja menyuruhnya untuk menyingkir dari hadapanku, namun dia tidak mengubris perkataanku sama sekali.
Semakin lama semakin dekat, benar-benar sedekat itu hingga ia hampir memelukku.
Aku jengah juga dibuatnya, dan memutuskan untuk menggodanya, kumajukan sedikit badanku kearahnya, kemudian memeluknya dengan gerakan agak- agresif.
Ia sontak terkejut dengan perlakuanku, hingga akhirnya memilih untuk pergi dari hadapanku dan membiarkanku bercengkerama dengan teman-temanku.
Aku tertawa puas melihat ekspresi keterkejutannya.
Sebenarnya dia itu kenapa? Apa dia pikir aku takut jika diperlakukan seperti itu?
Huhhh, lucu sekali anak itu.
Dan disaat aku sedang bercanda gurau dengan teman temanku, aku melihatnya.
Dia perlahan pergi meninggalkanku kearah dimana anak perempuan itu tinggal.
Anak perempuan yang memiliki segala yang tak kupunya.
Anak perempuan yang selama ini membuatku merasa kehilangannya.
Anak perempuan... Yang sangat ingin kuhilangkan dari kisahku dengannya.