24| Adu Jotos

16.8K 1.5K 18
                                    

"Mia..."

"Apa!" Seruku galak. Aku sangat tidak membenarkannya kali ini. Apa katanya? Bertengkar?!

"Kamu harusnya ingat usia, Mas. Pinggangmu itu sedikit-sedikit sakit, itu tandanya bentar lagi kamu rematik!" Omelku tak henti-henti. Karena kesal, kutekan handuk berisi es batu di wajahnya yang lebam, supaya dia tahu kalau aku sedang sangat-sangat kesal.

Oh jangan ditanya. Dua minggu ini dia pergi tidak ada kabar sementara Bumi dengan segala perkembangannya begitu membuatku serba sigap. Kadang-kadang sakit, kadang-kadang rewel.

Dan sekarang bayi besar ini juga mau ikut-ikutan sakit?

Giliran susah, baru deh ingat pulang!

"Aku ga mau tahu ya! Besok pokoknya kamu bawa laki-laki yang namanya Ben itu kemari! Aku ga mau tahu, enak saja dia mukul-mukul kamu!"

"Lehernya digips Mia, nanti saja kalau sembuh,"

"Apa! Sampai separah itu?" Aku melotot tak tanggung-tanggung. Suamiku yang sudah tua itu bisa mematahkan leher juga?

"Kompres lagi, aku tidak mau ke kantor lebam-lebam," pintanya seenak hati.

"Kamu mukul orang, Mas?" Bisikku pelan, masih tak percaya.

"Hm,"

Aku terkesiap. "Kamu mukul orang?!" Ulangku lagi, dia mengangguk malas.

"Astaga!" Aku menarik tubuhku menjauh, terperangah. Oke, sekarang aku bak perempuan yang rendah intelijen, padahal kan aku lulus SMP.

Dih, lulus SMP aja bangga...

Kenapa juga aku harus lambat memahami kalau suamiku ini benar-benar habis bertengkar, adu jotos.

Kulempar handuk di tanganku sembarangan. "Aaa!" Teriakku sampai menggema di dalam rumah yang kosong melompong seperti tak bertuan. Kututup kupingku karena tidak percaya. Hei, suamiku benar-benar habis adu jotos?

"Mia! Ngapain kamu?" Mas Akbar kelihatan kaget.

"Kamu yang ngapain!" Sergahku. Apa-apaan dia?

"Jangan teriak, Bumi kalau bangun gimana?"

"Gimana gak mau teriak! Kamu kenapa bisa pukul orang sampai digips, hah?"

Mas Akbar memegang sudut bibirnya yang sobek, merintih saat tidak bisa berbicara dengan baik.

Pria yang sayang sekali punya istri selain aku itu ternyata bisa mematahkan leher orang? Benarkah?

Kasihan sekali pria bernama Ben itu...

"Mau ke mana kamu Mas? Aku belum selesai marah-marah!" Teriakku kesal ketika Mas Akbar melewati tubuhku dan berlalu pergi.

Jangan kira aku akan diam, karena yang kulakukan adalah mengikutinya dari belakang sambil mengomel tentang ini dan itu. Dan apakah dia peduli?

Tidak.

"Mas, aku lagi ngomong ini!"

"Iya, bicara saja, asal jangan terlalu nyaring," dia berbaring miring membelakangiku. Maksudnya, aku mengomel dan dia tidur, begitu?

Enak sekali!

"Mia!" Mas Akbar menggeram sakit saat kuhadang tubuhnya dengan tubuhku yang sepenuhnya masih dipengaruhi sisa-sisa kehamilan kemarin.

"Kamu jahat tahu, Mas!"

"Minggir dulu, ini badanku sakit semua,"

Aku mengangkat tubuhku, memberinya ruang gerak sedikit. Setelah memusatkan perhatiannya padaku, aku kembali marah-marah lagi.

SECOND WIFE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang