Chapter ▪▪▪ Wajah dalam Suara
Gadis itu tengah menabur roti di kolam ikan. Rambut sebahunya diikat dalam satu gelungan dengan pita panjang warna merah yang mencerminkan sosok gadis remaja penuh semangat dan gairah. Baju hazhi yang dipakainya sangat cocok dengan tubuh mungilnya. Hazhi adalah baju dress selutut dengan corak abstrak, hazhi pun dibuat dalam berbagai gaya, ada yang tanpa lengan, ada yang lengannya terbuka hingga menampakkan bahunya.
Namun, gadis dengan netra coklat cerah itu tidak memakai hazhi yang mengundang nafsu. Ia mengenakan hazhi yang menutupi bahu dan seperempat lengannya, tidak ada belahan di paha kanannya seperti kebanyakan remaja, corak yang tergambar pun terlihat sangat sederhana, abstrak namun membuat garis garis berkelok yang memanjakan mata.
"Katakan siapa namamu!" Ujar seseorang tiba tiba, leher gadis itu ditodong forgo yang mengkilap hingga tidak dapat berkutik. Ia merutuki diri sendiri yang memilih tempat jarang orang.
"Cepat!!" Gertak suara itu, si gadis pun ketakukan. Suara itu terdengar sangat mengancam.
"A-altharliya"
"Altharliya ya?" Ujar seseorang di belakangnya itu. Liya merasakan sentuhan di bahu kirinya, sentuhan yang tidak wajar, halus namun sangat membangkitkan satu emosi yang menyesatkan.
Todongan itu belum lepas, hingga Liya dapat merasakan dagu yang bertumpu pada bahu kirinya, ada hembusan nafas yang membuatnya geli.
"Bermain lah denganku, sayang." Jantung Liya seolah berhenti berdetak. Suara itu terdengar sangat menggoda.
"J-jangan m-main main ..." gadis itu bergetar ketakutan, nafasnya tercekat saat jari jari sosok di belangkangnya itu mengelus leher jenjangnya.
"Jangan m-macam m-macam!!"
"Kita akan bermain main di malam festival ini. Bukankah itu menyenangkan, hm?" Todongan itu melonggar dan lepas. Sosok tadi menjauh, Liya pun berbalik dengan cepat dan menendang keras tepat di perut si pelaku.
"Arrgghh.. sialann... aku dapat tendangan dari gadis manis sepertimu," ringisnya. Kini, suara menakutkan itu terdengar sangat menyebalkan. Bahkan Liya sampai teriak di depan wajah orang yang baru saja ia tendang itu.
"AVIZO YANDASA ...!!!!" Liya merasa sangat kesal setelah dijahili oleh pemuda bermarga yandasa itu. Namun, ia juga menahan tawa saat melihat Avizo memakai hedo. Baju adat tersebut hanya dipakai oleh orang yang sudah berstatus suami, modelnya pun sangat tidak cocok dengan gaya remaja, bahkan akan terlihat seperti bapak bapak yang akan menghadiri acara nikahan. Wajah Liya memerah karena menahan amarah sekaligus tawa.
"Jangan tertawa, aku sedang kesakitan!" ujar Avizo sambil membungkuk memegangi perutnya yang nyeri. Liya berkacak pinggang sambil tertawa.
"Dalam rangka apa kau memakai hedo? Kekurangan gura hah??" Liya masih tergelak. Dandanan Avizo terlihat seperti pria dewasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kota Yadgara
FantasyBlurb Avizo Yandasa, pemuda biasa yang masih duduk di bangku akademi. Sosok yang sangat ceria, bersahabat, dan konyol. Hari harinya dipenuhi dengan kebahagiaan dengan orang tua beserta teman temannya. Namun, semua seolah musnah setelah adanya kasus...