[15] SUNSHINE AFTER RAIN

17 3 0
                                    

“Za, bikinin gue makanan dong, Gue lapar.” Sambil mengelus wajah Erza dan mencium pipinya sebagai ucapan terima kasih dari seorang Putra untuk Erza.

Erza yang tak siap dengan “Serangan Siang bolong” ala Putra, hanya bisa menunduk malu untuk menyembunyikan semburat merah di wajahnya yang putih bersih.

“Iya. Gue ke dapur dulu yah.” sambil berdiri dan membawa baskom serta obat-obatan dan secepat kilat pergi ke dapur sebelum wajahnya semakin merah, mengalahkan kepiting direbus tujuh hari tujuh malam

Putra yang melihat tingkah Erza yang pengen ngilang itu, hanya tersenyum simpul sambil rebahan dan menatap langit-langit kamar, berharap ada sepercik kenangan yang disembunyikan, terpampang jelas di langit-langit kamar yang kusam dan penuh jaring laba-laba itu.

“Kayaknya gue bisa ingat sama Lo Za. Tapi gimana caranya supaya gue beneran ingat sama lo? masa gue harus bonyokin wajah lagi? Entar ilang wajah ganteng gue.” Sambil menatap tajam langit-langit kamar, dia bergumam narsis yang dijamin buat Erza muntah darah.

Sementara Putra asyik rebahan di kamar, Erza malah asyik sibuk wara-wiri mencari bahan makanan apa yang bisa dia masak, sekalian menghilangkan debaran jantung yang marathon karna ulah Putra.

“Kayaknya gue harus jauhin tuh kunyuk deh! Sebelum gue mati muda karna jantung gue dag dig dug mulu!.” Sambil mengomel panjang lebar dan senyum yang selalu tersungging di bibirnya yang tipis setiap dia teringat perlakuan Putra kepadanya, seperti seorang Putri yang selalu diimpikan oleh banyak cewek seumuran dirinya yang di selamatkan oleh Pangeran Tampan.

Selama setengah jam “perang” didapur, akhirnya kelar juga masakannya, hanya semangkok mie goreng, namun dicampur dengan bumbu-bumbu kesengsem dan malu-malu ala cewek kesengsem, bikin rasanya misterius.

Tok…tok…tok… bunyi ketokan pintu membuyarkan lamunan Erza akan Putra. bergegas dia lari menuju pintu dan tersenyum ketika dia membuka pintu, Nanda tersenyum manis, namun wajahnya terpampang jelas agak bingung.

“Eh Nand, ada apa?.” Dengan wajah heran melihat Nanda kebingungan sambil mengacak rambutnya yang agak panjang dan ikal itu.

“Eum…Anu… Putra mana Za? gue mau ngambil sepeda yang dia pinjam, Udah ditagih ama yang punya.”

“Oh… sepeda itu yang lo maksud? Ada tuh dikamar, mau gue panggilin?.”

“Yup. Gak usah Za, gue bentar aja kok. by the way, lo kapan pulang?.”

“minggu depan Nand, kenapa?.”

“Enggak, gue kangen aja entar sama lo. hahaha…” sambil tertawa memamerkan giginya yang putih.

“Hahaha… apaan sih lo. eh, masuk yuk.” sambil mempersilahkan Nanda masuk dalam rumah.

merasa tak enak, akhirnya Nanda masuk dalam rumah dan duduk diruang tamu. Erza pun langsung masuk dapur untuk bikin minuman dan keluar lagi sambil membawa minuman yang dia bikin lalu duduk berhadapan. dan sebentar saja, mulai terlibat obrolan seru.

“Eh Nand, lo cerita dong soal hidup lo gitu. lo masih playboy gak?.” tanya Erza diselingi tawa  karna dia penasaran dari dulu, siapa yang jadi pacar Nanda sekarang, mengingat statusnya waktu SMP adalah playboy cap Komodo.

“apa yang harus gue ceritakan Za? wah… Sorry Za, gue sekarang setia sama satu cewek.” curhat Nanda yang membuat Erza semakin penasaran.

“Wah… siapa cewek yang ketiban sial pacaran sama lo?,” Tanya Erza sambil menghindar ketika bantal kursi tamu melayang gemas kearahnya.

“Bukan pacaran sih, Gue naksir sama dia, tapi gak tau deh gimana perasaan tuh cewek. soalnya dia rada-rada cuek gitu. dan, dia sahabat gue sejak SMP.” Sambil mengucapkan kata terakhir itu, dia menatap Erza dan tersenyum manis, membuat gadis itu salah tingkah.

TRAZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang