🌿22🌿

991 64 7
                                    

°•°•°•°•°•

Lulu membawa langkah kakinya keluar dari kerumunan pembeli di kantin. Gadis itu berhenti melangkah sejenak, dan mengarahkan pandangannya ke seluruh isi kantin. Hingga, pandangannya jatuh pada seorang gadis yang terlihat duduk sendirian di pojok kelas.

"Gue boleh duduk?"

Arlen mendongakkan kepalanya menatap Lulu yang tiba-tiba saja berada disampingnya. Bertanya dengan wajah datar kepadanya.

"Tentu," jawab Arlen singkat.

Lulu mulai mendudukkan dirinya tepat dihadapan Arlen.

"Cuma beli batagor?" Lulu menatap mangkok milik Arlen yang masih utuh isi batagor. "Masih utuh, ngga Lo makan?"

Arlen diam. Gadis itu menatap lurus pada batagornya dengan tatapan sayu.

"Tadi gue pingin banget batagor, gue kira sampe sini gue bakal makan ini batagor, tapi nyatanya abis beli gue malah ngga kepingin."

Lulu diam memperhatikan. Dari raut wajah Arlen, Lulu dapat melihat bahwa gadis itu sedang tidak nafsu makan.

"Makan, meski ngga doyan coba pakaian dikit dikit, Lo butuh banyak nutrisi Len."

Arlen menatap Lulu yang memakan sotonya dengan wajah datar dan tak perduli.

"Kenapa Lo duduk disini?" Tanya Arlen kemudian.

Lulu menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa? Ngga boleh?"

Arlen menggeleng pelan. "Ngga papa, cuma pingin aja gue nanya, lagian kursi lain juga masih banyak yang kosong kenapa Lo pilih duduk disini?"

Lulu terkekeh acuh, gadis itu memakan soto dengan gerakan pelan kemudian sedikit melirik Arlen yang menatapnya. "Ngga papa, pingin aja duduk disini, lagian hak asasi orang juga buat milih tempat duduk, kan?"

Arlen bungkam. Ia tak mampu lagi menjawab ucapan Lulu.

"Boleh duduk disini?"

Kedua gadis itu menoleh serempak, menatap Zio dan kawan-kawannya yang berdiri di samping meja mereka.

"Kenapa harus pula bilang, duduk ya tinggal duduk," serobot Andreas kemudian duduk di samping Lulu hingga membuat Zio mendelik padanya, namun tak disadari oleh Andreas yang masih asik menggerutu.

"Lo pada tau kagak? Semalem gue tuh maraton ngabisin episode Anime sampe gue ngga tidur."

Lulu menoleh cepat menatap Andreas, "Anime?"

Andreas mengangguk sebagai jawaban. Mulut cowok itu penuh dengan mie ayam, "gue pingin cepet-cepet selesai balik ke kelas terus tidur, ntar malem gue mau laju maraton lagi."

"Segitunya wibu." Decak Adlan yang kemudian mendudukkan dirinya di samping kanan Arlen, disusul oleh Viko yang duduk di samping kiri Arlen.

Sedangkan Zio, sibuk menggeser Andreas kemudian menyempil ditengah-tengah Andreas dan Lulu, ingat dia tak suka Lulu di dekati lelaki berkuman macam Andreas, ah tidak hanya Andreas mungkin semua jenis lelaki, hanya dia yang boleh mendekati Lulu karena gadis itu adalah istrinya.

"Lo nonton anime apa?"

Andreas menghentikan kunyahannya, menoleh kepada Lulu. "Kimetsu no yaiba."

Lulu mengangguk-angguk, "sampe episode berapa?"

Andreas awalnya mengernyit heran, kemudian ia menyadari sesuatu. "Ha, Lo nonton juga?"

Lulu mengangguk-angguk kecil, dan itu berhasil membuat Andreas tersenyum lebar. "anjir, gue udah sampe selesai, tinggal nonton movienya itu!"

Lulu menaikan sebelah alisnya, "Lo belum nonton?"

Andreas menggeleng, "kata teman-teman online gue, tuh movie mengandung bawang njir, ah gue jadi ragu mau nonton."

"Gue ada, kalo Lo mau nonton."

Andreas semakin tersenyum lebar, melupakan empat sosok lain yang menatapnya dengan tatapan berbagai macam jenis tatapan.

"Gue heran, sebenarnya apa yang menarik dari kartun tontonan anak-anak begitu?"

Andreas dan Lulu menoleh serempak. Apa tadi Zio bilang? Kartun tontonan anak-anak? Belum tau dia.

Andreas menggeplak kepala Zio hingga cowok itu meringis. "Apa Lo bilang njir? Tontonan anak-anak?"

"Loh salah gue dimana? Anime isinya animasi semua, jelas itu diperuntukkan untuk anak-anak, kan?" Zio menatap Lulu yang terdiam.

"Meski bentuknya animasi, tapi Anime, ada yang ngga cocok buat anak-anak." Sambung Lulu mengangguk-angguk kecil.

"Emang apa bedanya?" Kali ini Adlan yang berbicara.

"Kadang, anime ada yang mengandung violence, adegan dewasa dan lain-lain yang ngga cocok buat anak-anak," jawab Lulu atas pertanyaan Adlan.

"Ha? Iyakah?" Gumam Viko tak percaya.

"Ya coba aja Lo nonton Attack on Titan, nyaho lu disana kalo masih bilang anime itu tontonan anak-anak," Timpal Andreas dengan menggebu-gebu.

"Oke ntar gue nonton!" Zio berkata dengan api membara di matanya. Dia tak mau kalah dengan Andreas, ia juga bisa nonton Anime jika istrinya menyukai hal itu maka ia juga akan melakukannya.

Satu meja itu terlihat ramai karena perdebatan kecil antara Zio yang cemburu dan Andreas yang tidak peka atas kecemburuan Zio, serta guyonan yang dilayangkan oleh Viko kepada Arlen yang hanya diam dan merasa kikuk berada ditengah-tengah.

Berbeda di sisi lainnya. Zefa hanya diam menatap tanpa ekspresi ke arah meja Zio, dimana disana ada Lulu yang diam dan sesekali tertawa kecil menjadi objek perhatiannya sedari tadi.

Ting!

Zefa meraih ponselnya diatas meja. Sebuah pesan via WhatsApp masuk.

0858-xxxx-xxxx
Online

Lunaira, Lo dendam sama dia kan?
09.15

Lo siapa?
09.15

Lunaira, istri dari Fahzio,lo dendam sama dia kan?
09.17

Zefa tak mengerti apa yang ingin dimaksud kan oleh si pengirim pesan ini kepada dirinya. Iya, memang dirinya dendam pada Lunaira karena gadis itu telah merebut apa yang seharusnya menjadi miliknya. Yaitu Zio.

Belum sempat Zefa membalas pesan itu, Sebuah pesan kembali datang.

Gue bakal bantu Lo, balas dendam sama lunaira, temui gue di atap sekolah besok, see you my patner❤️.
09.20

Zefa terdiam. Setelah pesan terakhir itu, tidak ada lagi pesan yang datang. Aneh, haruskah Zefa menuruti pesan itu? Pesan yang dikirim oleh orang yang tidak ia kenal? Zefa ragu.

°•°•°•°•°•°•

Fyuuuhh..

Gimana sama part kali ini?

Udah ada bau bau kejahatan disini, wkwkwk.

So, kalian jangan lupa untuk vote dan komen ya. Satu vote dan komen sangat berharga loh.

Ehehe, sampai jumpa di part selanjutnya ya.. bye bye🏃🏃.

Good Or Bad Couple? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang