3. Yang Terlewatkan

645 54 14
                                    


















"Aku beruntung memiliki kamu."

🌷🌷🌷

















"Dilihatin melulu,"

Kala menoleh bersamaan dengan tangan kirinya yang semula tertahan di udara terjatuh ke atas meja rias manakala dia menemukan Lisa tengah mengintipnya dari balik pintu.

"Masih belum percaya lo udah jadi tunangannya orang?"

"Apaan sih." Kala terkekeh, pipinya bersemu merah. Membiarkan adiknya itu masuk lalu menjatuhkan diri sampai tengkurap di atas ranjangnya sementara dia duduk di kursi rias.

Untuk sesaat hening.

Keduanya hanya saling menatap dalam diam sampai kemudian terkekeh bersama-sama.

"Lebay ya gue? Udah seminggu tunangan masih belum move on."

"Nggak kok, justru gue senang lihatnya."

Sempat memerhatikan lagi tangannya dimana cincin tunangannya bersama Langit tersemat di salah satu jarinya, Kala menatap Lisa yang juga menatapnya serius.

"Gue senang lihat lo akhirnya bahagia."

"Sama seseorang yang memang pantas mendapatkan lo."

Hening lagi.

Lisa menatap Kala hangat sementara cewek itu terlihat sedikit gusar.

"Tapi Lis, menurut lo...gue pantas mendapatkan Langit?"

"Hah?"

Lisa segera mengubah posisinya jadi duduk, memeluk bantal lalu menatap Kala dengan dahi yang mengkerut.

"Lo tahu kan kalo gue pernah skizo, ditambah gue juga ninggalin Langit gitu aja empat tahun lalu. Gue menyakitinya. Jadi apa gue pantas buat di-"

"Lo lebih dari sekedar pantas Kala." Sela Lisa tegas.

"Kalau urusan disakiti dan menyakiti, gue rasa kalian berdua itu sama. Sama-sama pernah saling menyakiti sama-sama pernah saling disakiti. Tapi buktinya sekarang lo berdua bisa melewati itu kan? Jadi impas."

"Tapi mungkin, Langit bisa aja nemuin cewek yang lebih baik dari gue. Lebih segala-galanya dari gue."

"Emang bisa," Sela Lisa lagi yang kali ini berhasil membuat Kala sedikit tersentak.

"Tapi yang Langit sayang itu cuma lo. Dan dia gak bisa menemukan lagi cewek kayak lo di luaran sana. Cuma lo satu-satunya."

"Masa? Gue jadi GeEr nih."

"Lo kayaknya harus dikawinin dulu baru percaya."

Kala terkekeh nyaris tertawa sementara Lisa memutar bola matanya tak habis pikir.

Sampai kemudian ponsel Kala yang terletak di atas nakas di samping ranjang membuat Lisa beranjak pamit dan sempat-sempatnya mengedipkan sebelah matanya pada Kala.

"Selamat berteleponan manja dengan calon kakak ipar gue."

Sementara Kala hanya menanggapinya dengan gelengan kepala sebelum meraih benda pipih itu dan mendekatkannya ke telinga.

KEDUA KALINYA ✔️ SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang