15. Midnight Birthday Blue

380 161 29
                                    

Annyeong yeorobun budayakan vote & komen setelah membaca ya 😄 jangan lupa share cerita ini ketemen temen kalian ya yeorobun 😁

Happy reading...

Part 15. Midnight Birthday Blue

Harapkan ku cuma satu, bisa bersamamu hingga akhir hayat ku.

•Dear Blue•

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul tepat tengah malam, yang artinya sekarang sudah masuk tanggal 5 April, dimana pada tanggal tersebut adalah tanggal ulang tahun Biru yang ke delapan belas tahun.

Yoshi dan Sinta membuka pintu kamar Biru dengan perlahan-lahan supaya tidak membangunkan Biru yang sedang tertidur. Ditangan Sinta sudah ada sebuah kue tart dengan lilin yang berbentuk angka delapan belas.

"Satu... Dua... Tiga... "

"Happy birthday to you... Happy birthday to you... Happy birthday happy birthday, happy birthday to you... "

Suara nyanyian dari Ibu dan Kakaknya itu membuat Biru terbangun dari tidurnya. Ia nampak terkejut melihat Ibu dan Kakaknya membuatkan dirinya kejutan seperti ini.

"Happy birthday my brothers." Yoshi memeluk adiknya itu dengan penuh kasih sayang.

"Makasih Kak."

"Happy birthday honey." Sinta mengecup pucuk kepala Biru.

"Makasih Bunda."

"Ayo tiup lilinnya, tapi sebelumnya make a wish dulu." ujar Yoshi, lalu Biru segera memejamkan matanya.

Tak berapa lama kemudian, Biru membuka matanya lalu meniup lilinnya sampai mati. Yoshi bertepuk tangan lalu merangkul bahu adiknya itu.

"Mau hadiah apa nih buat ulang tahun yang ke sweet eight teen?"

"Aku gak mau hadiah apa apa kok Kak, kalian ngasih aku kejutan aja aku udah seneng banget."

Sinta tersenyum mendengar jawaban dari putra bungsunya itu, ia tidak menyangka bahwa Biru sudah dewasa padahal sepertinya baru kemarin ia mengajari Biru berjalan. Namun sebuah air mata lolos dari pelupuk matanya.

Ia gembira sekaligus sedih karena selama delapan belas tahun Biru hidup, putranya itu tidak pernah merasakan definisi bahagia yang sebenarnya. Ia tidak bisa menjadi anak anak normal lainnya, dari kecil sampai sekarang, hanya rumah sakitlah yang menjadi langganan setia Biru.

Anak kecil yang seharusnya ada ditempat bermain, namun Biru harus bolak balik kerumah sakit. Ada kalanya ia merasa lelah dengan ketidakadilan yang harus dihadapi oleh putranya, tetapi senyum putranya itu kembali memberikan dirinya semangat bahwa ada secerca harapan untuk Biru terus hidup.

"Bunda kenapa nangis?" Mendengar pertanyaan dari Biru, Sinta langsung menghapus jejak air matanya.

"Bunda gak apa apa kok sayang, Bunda cuma terharu aja."

"Bunda pasti mikirin Biru kan?"

"Kamu janji ya, kamu gak bakal ninggalin Bunda... Bunda cuma punya kamu sama Yoshi. Kalo kamu ikutan pergi juga, Bunda sama siapa?" Suara Sinta berubah menjadi parau.

Dear Blue [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang