i am please

7 3 1
                                    

Di gedung yang berdiri besar berisi kan para perawat medis mereka melangkah kan kaki nya yah! Siapa lagi kalau buka laki laki dengan headband hitam berlambang kepala tangan diselimuti api dengan gadis berambut pendek di sampingnya.

" Gimana keadaan bang Ravi?" Tanya nya pada Bara dan teman teman lain yang sedang menunggu keputusan dokter dengan wajah tegang dan cemas.

" belum tau Goo dokter belum keluar, ya mudah mudahan baik baik aja."

" Amin" balas mereka dengan penuh harap.

" Eh ada Zia, manis deh." Sapa Rigan sambil mendekati gadis itu.

" Dikira gua gula apa! "  Sarkas sebagai respon dari sapaan lelaki hiperaktif tersebut.

" Ehh, galak Amat neng, jadi pacar Abang Rigan yang bapak nya juragan singkong mau enggak." Goda nya lagi, terlihat raut wajah Figoo mengisyaratkan tidak suka dan menyuruh Rigan berhenti.

" Gak!" Ketus Zia.

" Nanti tiap hari makan singkong terus Lo masak gak mau." Tambahnya.

" Udah Gan lu gak liat muka Figoo udah kek mau meledak gitu." Ucap bara sambil merangkul pundak Rigan.

" Iya lu Gan, makanya jangan zomblooo huh." pungkas Septian dan Maykel.

" Sssttt. Kalian ngebully Rigan Mulu kerjaan nya, dia itu bukan nya jomblo tapi emang gak ada yang mau." Ucap Yudha yang berhasil membuat semuanya tertawa tak terkecuali Zia dan Figoo .

" Sa'elah tidak gua kira lu mau ngebela gua."

Tak beberapa lama dari lelucon kecil itu ruangan serba putih dengan penuh peralatan medis itu pun terbuka, menampilkan sesosok lelaki berbaju kemeja hitam selimuti jas putih di tubuhnya.

" Gimana dok keadaan temen saya?." Tanya Yudha mendekati dokter tersebut.

" Keluarga nya ada?." Tanya nya balik.

" Kami semua disini keluarganya dok" jawab Figoo dengan tegas diikuti Zia yang menggelus lembut pundak Figoo memberi kesabaran, entah mengapa Zia jadi perduli dengan perasaan lelaki itu, apakah cinta itu sudah mulai tumbuh? Atau hanya rasa kemanusiaan saja yang ada pada dirinya?

" Jadi begini pasien yang ada didalam tidak papa."

" Alhamdulillah." Sambung mereka dengan nada dan raut wajah gembira.

" Tapi luka tusuk yang ada di bagian perut nya agak dalam tapi sudah kami jahit pasien harus dirawat dengan teliti hati hati dan benar agar luka bekas tusukan nya tidak membusuk atau pun bertambah parah."

" Boleh kami masuk dok?"

" Boleh, tapi jangan banyak berinteraksi,Pasien butuh istirahat kalau begitu saya permisi."

Semua anak gellary memilih memasuki ruangan kecuali Figoo, Zia menarik nya untuk tetap duduk di bangku rumah sakit yang ada di depan ruangan Ravi.
" Kenapa Zi hmm?" Tanya nya sambil menyeringit kan alisnya.

" Ravi kena tusuk?." Tanya nya. Figoo mengganguk mengiyakan pertanyaan nya.

" Berarti luka lebam lo ini karena lo juga berantem?" Tanya nya lagi dan di angguki lagi.

" Kenapa hmm?" Tanya nya sambil mengelus lembut kepala Zia.
Mengapa Zia diam saja tanpa melakukan perlawanan seperti biasanya? Apakah ia mulai merasakan kenyamanan? Atau hati nya sudah luluh.

" Tapi kenapa kok Lo gak tusuk juga? Terus kenapa temen temen Lo yang lain gak luka juga?"

"Ya karena gua jagoan. Lo udah mulai cerewet ya" Figoo tersenyum geli.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FigooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang