087865XXXXX
Aoi, kapan saya bisa ketemu sama kamu?
Aoi menatapnya sekilas, jemarinya kemudian bergerak lincah. Ia lalu memblokir kontak tersebut.
Ia kemudian menyimpan ponselnya, matanya menatap sekeliling kelasnya. Tidak ada yang menarik, tapi Aoi sedang gabut saja.
Kelasnya sepi, mereka semua mungkin sedang asyik berada di luar. Hari ini SMA Pelita sedang ada acara bazar buku jadi KBM ditiadakan.
Sembari menyenandungkan lagu yang sedang ia dengar Aoi melangkah keluar. Koridor lantai dua juga terlihat sepi, hanya ada beberapa murid di sana, dari yang halal dilihat sampai yang haram ada di sana.
Aoi berhenti melangkah ketika matanya tak sengaja melihat sepasang manusia yang sedang mojok.
Mereka tampak asyik sampai tak menyadari kehadirannya. Aoi mengurungkan niatnya yang hendak ke rooftop, dengan kesal Aoi melangkah ke dalam kelas tapi baru saja ia masuk ke dalam kelas Aoi menghentikan langkahnya karena seseorang dari arah berlawanan juga langsung berhenti.
Mata mereka untuk kesekian kalinya beradu. Tidak ada yang menarik bagi Athala maupun Aoi. Untuk saling bertegur sapa pun sepertinya mereka enggan dan akhirnya dengan perasaan kesal setengah mati Aoi kembali berbalik meninggalkan kelasnya dan berdiri sambil menatap betapa banyaknya manusia di bawah sana dengan bermacam kegiatan.
Mata Aoi tertuju pada salah satu penjual, dengan segera Aoi berjalan turun ke bawah.
Tatapan Aldrian terus mengawasi kemana sosok Aoi berjalan. Ia tersenyum tipis tatkala sosok cewek bermata sipit itu berjalan ke sebuah penjual komik.
"Habis dari mana, Tha?" pertanyaan dari Josep membuat Aldrian menatap Athala yang baru saja datang bergabung bersama mereka.
Sepertinya Aldrian terlalu sibuk dengan dirinya sendiri sampai ia lupa kalau sedari tadi ketua baru mereka itu tidak ikut bergabung bersama mereka.
"Keliling doang."
"Nggak nyebat kan lo?" Eros—sahabatnya melontarkan pertanyaan bodoh.
"Wes santai bro, kan cuma nanya," celetuk Lian karena Athala memplototi Eros.
"Bodoh kalian!" seru cowok bertubuh tinggi yang sama dengan Athala.
Kendra—cowok tersebut menggeplak kepala tiga sahabatnya.
"Iye deh iye pinterrr." Eros menjitak kepala Kendra.
"Mulai deh lo pada, nggak bisa sepi apa," protes Aldrian membuat mereka seketika terdiam.
"Bentar lagi gue lulus. Itu—" Aldrian menunjuk pada sosok Aoi yang sedang sibuk melihat-lihat komik.
"Dia adek gue, orangnya memang agak keras dan susah buat diatur, tapi gue tau dia baik. Kalau gue udah nggak ada di sekolah ini tolong jagain dia buat gue," lanjut Aldrian berpesan pada anggota Batavia lainnya.
"Seriusan bang dia adek lo?" Josep bertanya serius.
Aldrian mengangguk serius.
"Gue fikir lo cuma bercanda doang, kirain adek-adekan kan?" Aldrian tertawa mendengar perkataan Kendra.
"Gue serius bro."
"Tapi kok nggak mirip?" celetuk Athala yang diangguki anak-anak Batavia lainnya.
"Gue sebenarnya mau nanya begitu, cuma nggak enak," ungkap Eros menggaruk tengkuknya.
Aldrian tersenyum, "Wes santai aja bro. Gue sama dia emang beda yang ngelahirin tapi masih satu bokap. Dulu bokap sempat nikah lagi dan ngehasilin Oyi, tapi pas Oyi kecil nyokapnya udah nggak ada."
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA [SGS#2]
Teen FictionSegal series 2 Kita dilahirkan berbeda untuk bisa saling menyempurnakan.