Part 10 || Satu Misteri

117 15 0
                                    

Rumah keluarga Smitt menjadi sangat sunyi. Sang Nyonya Smitt selalu melamun dari kemarin. Kenyataan sang putri adalah pemimpin mafia, sungguh membuatnya terpukul. Anton pun tak kalah dari itu. Kemarin, egonya baru saja turun sedikit. Namun, setelah mendengar pernyataan Alexa, maka kebenciannya semakin besar. Hal itu diperlihatkannya dengan selalu membicarakan fakta tersebut di depan sang istri.

Berbeda lagi dengan Rain yang masih belum mengetahuinya. Tuan Muda Smitt itu tidak sedang berada di rumah dari lima hari lalu, melainkan di rumah temannya. Kerja kelompok yang ia tekuni dari pagi, bahkan belum berakhir saat malam hari. Jadi, Rain memilih menginap saja hingga hari ini. Dan, ia juga belum mendengar kabar tentang Alexa yang masuk rumah sakit.

Sudah empat hari lamanya Hani terus termenung. Air matanya juga sesekali menetes. Bahkan, sampai terisak, Anton saja kadang terkejut. Jika ada orang lain di rumah itu, mungkin sudah menganggap Hani sebagai orang gila. Yang mana ia tiba-tiba menangis, lalu diam sendiri tanpa ada yang menenangkan.

"Bi, tolong ajak Nyonya bicara. Dia tidak bisa seperti itu terus, alihkan pikirannya. Mengerti?" ujar Anton pada Bi Inah, sang asisten rumah tangga.

"Baik, Tuan," jawab Bi Inah dengan patuh.

"Saya ke harus ke kantor. Kalau nanti Rain datang, jangan ceritakan apa pun. Kalau dia bertanya tentang Nyonya, cukup jawab tidak tau saja," imbuh sang Tuan Smitt.

"Baik, Tuan." Setelah mendapat jawaban itu, Anton beranjak ke sang istri. Mengecup singkat pucuk kepala wanita itu. Kemudian, diusapnya rambut yang hanya sampai punggung itu. Lantas, barulah ia berangkat ke kantor.

Anton sebenarnya merasa sedih dengan keadaan istrinya. Baru beberapa hari wanita itu senang karena bisa berkumpul dengan sang putri. Namun, empat hari lalu, wanita itu malah dikejutkan dengan fata tersebut. Di mana keadaannya menjadi sangat buruk.

Di luar rumah, saat baru ingin masuk ke mobil, Anton bertemu dengan Rain. Tuan Muda Smitt itu enggan menatapnya lama, hanya sekilas. Namun, terlihat sekali bahwa Rain nampak heran dengan ekspresi lesu miliknya. Maka dari itu, Rain berhenti dan menatap sang ayah.

"Apa kau mengalami kalah tender? Atau kebangkrutan? Ada apa dengan wajahmu pagi ini? Biasanya, kau akan menampilkan wajah datar dan angkuh, tapi pagi ini kau terlihat sedih," ujar Rain dengan sinis. Tatapannya juga tajam dan tersirat kebencian. Anton rasanya telah gagal menjadi ayah bagi Tuan Muda Smitt itu.

"Jangan keterlaluan, Tuan Muda, kau masih tinggal di rumahku. Jadi, jangan melewati batasan!" ancam Anton. Rain terkekeh, dia benar-benar benci kalimat Anton

"Orang tidak waras!" gumam Rain. Lantas, pria itu masuk ke rumah, meninggalkan Anton yang juga masuk ke mobilnya. Mobil itu lantas dibawa melaju oleh sang sopir. Di kursi belakang, Anton membuka ponselnya. Banyak pesan dari sang sekretaris, mulai dari jadwal pertemuan hingga makan malam bersama kolega yang tertunda empat hari lalu.

🥂🥂🥂

Glen Hospital, banyak yang bermimpi bisa bertemu dengan pemiliknya. Katanya, rumah sakit itu didirikan oleh Tuan Raw, namun dihadiahkan pada sang adik perempuan. Di mana adiknya itu masih bersekolah. Orang-orang juga tahu, bahwa adik tuan Raw itu masih belia, dan sekarang juga masih SMA. Jadi, mereka berpikir akan menemui, lalu berbincang perihal bagaimana seorang gadis muda bisa mengelola rumah sakit sebesar itu. Namun, harapan mereka belum pernah terwujud.

Di balik layar kesuksesan Glen Hospital, nyatanya bukan hanya Alexa yang mengelola. Melainkan Naufal, Arga, dan juga beberapa anggota DOD yang berpengalaman. Tidak ada yang pernah sadar juga, jika keluarga mereka sering dirawat bersamaan dengan anggota DOD yang dirawat pula.

Behind The Darkness [#MG2]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang