Chapter 6 ▪ Prajurit Itu Lagi

11 7 0
                                    

Chapter 6 ▪▪▪ Prajurit Itu Lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 6 ▪▪▪ Prajurit Itu Lagi

Avizo POV

Pagi yang cerah, aku sudah mengenakan seragam dan sepatu, tak lupa pelumas rambut untuk menjaga rambut tetap klimis dan segar. Dengan ceria, aku melangkah keluar kamar dan menuju ruang makan untuk bergabung bersama ayah dan ibu.

"Selamat pagi, ayah, ibu."

"Pagi juga, sayang"

"Pagi juga, Viz." Ibu menyiapkan piring dan kami sarapan dengan Hulps, kalian tau hulps? Itu adalah makanan tersedap selama aku bernapas. Secara bahasa sansekerta kuno, hulps diartikan kemanisan semu. Maka dari itu, hulps berisikan manisan yang nanti di celupkan pada saus asam pedas. Rasanya tidak perlu diragukan lagi. Hulps berbentuk bulat lebar dan tebal dengan tekstur kasar. Satu hulps sudah mampu mengenyangkan perut karena mengandung zat nutrisi yang lengkap.

Setelah sarapan, aku berangkat ke akademi dengan berjalan kaki, jaraknya tidak mengharuskanku memakai transportasi apapun. Untuk apa memakai jasa karpet terbang jika jaraknya dekat? Hanya membuang buang uang kan?

Tetapi, sepertinya aku berangkat terlalu pagi, kedai kedai masih dalam fase siap siap, para peri dan dwarf pun belum ada yang bekerja. Huft, kurasa tidak masalah pergi ke taman sebentar.

Tak banyak yang bisa dilakukan, aku hanya menikmati sepotong jagung rebus yang masih hangat, yang ibu bawakan tadi, bahkan ia membuatkan satu lagi untuk Liya.

Jujur saja, saat membahas pernikahan, aku merasa masih kecil. Di umurku yang menginjak 19 tahun ini, rasanya masih dini untuk melanjutkan hubungan ke arah yang serius. Bukan berarti aku tidak benar benar ingin Liya menjadi istriku nanti, hanya saja, aku juga masih banyak pikiran. Apa aku pantas menjadi suami? Apa aku sudah cukup mumpuni? Apa aku bisa konsisten dalam bekerja? Apa aku sudah cukup kuat? Kata ayah, pikiran seperti itu wajar untuk remaja seusiaku, yang perlu dilakukan adalah belajar, melakukan apa yang bermanfaat untuk masa depan.

Ah iya, mungkin kalian bertanya mengapa di umur 19 tahun, kami masih menuntut ilmu di akademi. Sebenarnya akademi yang aku singgahi ini termasuk sekolah swasta yang diperuntukkan untuk remaja remaja yang ingin melanjutkan keahliannya. Contohnya Jeyfir dan Nazir yang ingin mendalami dunia militer, Reo, Vhinta, dan aku di keahlian intelijensi, dan Rea beserta Liya yang ingin mempelajari lebih tentang jurnalistik.

Kurasa sudah cukup jauh perkenalan kali ini. Sekarang aku diam, jagung yang tadi siap dimakan hanya terambang di udara. Ada seseorang disana, ah bukan orang biasa, dia prajurit. Pria itu tak sengaja melihatku dan memperlihatkan raut terkejut, seperti melihat hantu. Ia mendekat dengan ragu, aku melihat ke kanan dan kiri, tidak ada siapa siapa, sudah jelas aku lah yang ia tuju, apalagi maniknya tidak berhenti menatapku. Daripada menunggu, aku berdiri dan mendekat,

"Ada perlu, tuan?" tanyaku sopan, dia membulatkan mata, aku tidak mengerti apa maksudnya.

"Ryz--"

Kota YadgaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang