Author POV
Dunia Cahaya. Sesuai namanya, dimensi paralel satu ini selalu disinari cahaya sang surya setiap waktu. Curah hujan di daerah ini tidak sebanyak yang ada di dunia paralel lainnya, bahkan, mereka harus mengembangkan teknologi untuk membuat awan buatan agar mendapatkan hujan di beberapa distrik, terutama di pusat pemerintahan yang memang lebih sering dihiasi langit biru tanpa gumpalan putih seperti kapas. Meski begitu, suhu di dunia paralel ini stabil—tidak terlalu panas, apalagi terlalu dingin.Setelah mengantar Pangeran Elios, Putri Anna, Tuan Lucius, dan tiga bocah petualang menuju Dunia Bayangan, pria tua paruh baya dengan tubuh tegap itu kembali ke istana, memutuskan untuk pergi mengurus suatu hal yang memang akan menyita waktunya. Mungkin hingga para penumpangnya akan menghubunginya kembali untuk dijemput.
Tidak akan ada yang menduga kalau ia sudah menginjak kepala sebelas (iya, 110+ tahun) jika melihat fisiknya yang masih kuat, tubuhnya yang tegap, dan jauh dari yang namanya alat bantu berjalan ataupun tubuh gempal dan perut buncit.
"Pak Lilang!"
Orang yang dipanggil menoleh setelah melepas topi yang dikenakannya, memperlihatkan rambut putih yang dicukur pendek dan tertata rapi. Saat melihat pemilik suara tadi, sebuah senyuman menghias wajahnya, membuat kerutan-kerutan tipis di dahi dan pipi terlihat jelas.
Pak Lilang segera mengusir senyumnya itu saat sosok pemilik suara mendekat, digantikan dengan satu alis yang terangkat dan bibir yang mendatar. "Ada apa lagi?"
Pemilik suara itu memiliki postur tubuh yang sedikit gempal, rambut pirang yang dicukur pendek dan kulit coklat tan hasil terbakar sinar matahari tanpa perlindungan tabir surya. Ia menarik nafas berkali-kali dengan kedua tangan bertumpu di atas lutut. Dapat dipastikan ia sudah berlari seperti peserta maraton entah dari tempat apa untuk bertemu si PiKoda.
"Hah... Hah... Akhirnya, saya menemukan Anda!" Pria pirang itu segera berdiri tegap, memberi hormat. Dua bola mata birunya memberi tatapan dengan api semangat yang membara.
"Akan kuulangi sekali lagi pertanyaanku: Ada apa lagi?" Pak Lilang mulai berjalan menjauh dari pesawat amfibi. Si pirang mengikuti langkahnya sampai keluar dari area transportasi khusus kerajaan. Saat kembali disiram cahaya matahari yang lumayan terik, Pak Lilang menunduk sejenak, lalu melihat pemandangan di sekitarnya.
Meski terletak di tengah-tengah kota pusat, tempat ini cukup spesial karena masih memiliki pemandangan hijau yang alami, dan tidak diganggu sejak awal pembangunan kerajaan. Hamparan rumput hijau yang menyejukkan mata, ditambah dengan banyaknya pohon-pohon setinggi enam meter hingga delapan meter yang menambah suasana asri. Angin berhembus melewati setiap ranting dan dedaunan, lalu menyapa wajah Pak Lilang dan si pirang yang ikut menikmati pemandangan di depannya. Ia merasa ragu untuk mulai buka suara saat Pak Lilang melakukan itu.
"Oke, kau boleh berbicara sekarang." Pak Lilang tersenyum tipis, menoleh ke si pirang.
"Ah, baiklah." Si pirang berdeham pelan, lalu menghembuskan napas pelan. "Kami mendapatkan info terbaru tentang 'Para Perampok Padang Pasir' di wilayah perbatasan."
Kedua mata Pak Lilang membulat mendengar hal itu. "Kalian sudah mendapat info baru lagi?"
Si pirang mengangguk. "Ya, itulah sebabnya saya segera berlari dari markas utama ke area ini untuk menemui Anda dan memberi info terbaru itu!"
Jarak antara markas dan tempat ini hampir enam kilometer... Aku tidak tahu harus menganggap hal itu menakjubkan atau mengerikan. Mungkinkah usia yang tidak muda lagi membuatku berpikir seperti ini?
"Kurasa generasi muda sepertimu tidak terlalu berbeda dengan generasi tua sepertiku."
Si pirang menatap heran, satu tangan menggaruk sisi kanan kepala yang tidak gatal. Melihat hal itu, Pak Lilang segera memintanya menjelaskan informasi yang dibawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TMA Series 2: ILUSI
Aventura**BACA BUKU PERTAMA "TMA 1: TANAH" TERLEBIH DAHULU AGAR MENGETAHUI JALAN CERITA LEBIH BAIK** • Setelah Lucius kembali, semuanya berubah. Beritanya dengan cepat tersebar ke penjuru dunia paralel lainnya, membuat banyak belah pihak yang mulai menafsir...