Part 18 - Port of love

772 47 0
                                    

Sudah lama hatiku berlayar namun belum juga menemukan pelabuhan yang tepat untuk ku singgahi. Dan kini aku telah menemukan pelabuhan yang tepat, yaitu dirimu.

Mario menceritakan beberapa rahasia yang telah ia pendam sendirian dalam hidupnya, baginya mempercayai seseorang itu tidaklah mudah. Beberapa dari mereka membocorkan rahasia yang menjadi bagian penting saat terjadi perseteruan, itulah mengapa Mario lebih memendam rasa sakit dan bahagia sendirian tanpa perlu membaginya, jika ia membaginya siapa juga yang memperdulikannya?

Iya, Lili adalah wanita muda dan lugu yang terjebak dalam rumitnya kehidupan keluarga ini. Ia berharap jika saat ia menikah, dirinya akan menemukan sosok pangeran yang di kagumi oleh wanita-wanita yang membaca cerita dongeng. Bertemu pangeran tampan dan menjadi putri kerajaan besar. Tertawalah, sepertinya khayalannya tak akan pernah menjadi kenyataan jika tujuh bulan pernikahannya saja belum ada rasa-rasa kebahagiaan yang muncul dalam hidupnya.

Wanita itu tidak bisa pergi walau lelaki yang menikahinya tidak mencintainya bahkan beberapa kali mengatakan untuk bercerai darinya, namun wanita itu tidak bisa seenaknya menandatangi surat perceraian yang diajukan oleh Mario beberapa hari lalu saat dirinya melangkah pergi ke taman Mawar. Karena baginya ia sudah menganggap keluarga besannya ini menjadi keluarganya sendiri yang harus dia jaga agar selalu tentram terlebih ia berharap adanya kebahagiaan di kediaman Relegan ini.

Mario membersihkan diri sehabis pergi berjalan-jalan dengan wanita yang sudah bisa ia anggap sebagai istrinya itu, lelaki itu keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju lemari. Ada dua lemari di dalam satu kamar, satu untuk Mario dan satu lagi untuk Lili. Karena, lelaki arogan itu masih bersikukuh dengan perkataannya saat malam pertama pada waktu itu bahwa ia tidak akan membiarkan bajunya dan baju Lili berada dalam satu lemari, sebab ia tidak akan terima jika bajunya yang mahal terkontaminasi dengan baju murah Lili.

"Saya sudah selesai membersihkan diri, kamu bisa menggunakan kamar mandi sekarang." Mario menatap Lili yang sedang mengalihkan pandangannya menatap objek lain karena ia tahu bahwa Lili tidak bisa melihat Mario dengan keadaan seperti itu, tidak ada sehelai benang yang menutupi dada bidang Mario dan hanya handuk yang membalut pinggang Mario.

"Iya Mas,"

"Mas, baju-baju kamu sudah aku setrika dan sudah aku tata rapih di lemari kamu. Aku harap kamu mengambilnya dengan hati-hati ya karena lemari kamu yang berserakan sudah ku tata rapih."

"Baik, terima kasih." Lili hanya menganggukkan ucapan terima kasih Mario pertanda menerimanya. Lalu Lili mengambil beberapa bajunya untuk ia pakai sehabis membersihkan diri nanti di kamar mandi.

Mario membuka lemari pakaiannya dan memang benar baju-bajunya sudah tertata rapih. Ia memahami perkataan Lili agar mengambil pakaian dengan cara pelan-pelan agar tidak membuat kusut pakaian yang lainnya. Lelaki itu melihat sekitarnya, sudah tidak ada Lili di sana karena wanita itu sedang membersihkan diri.

"Untung saja wanita itu telah memasuki kamar mandi, jika ia melihatku mengambil pakaian dengan caraku yang seperti biasa mungkin ia akan mengamuk dan menerkamku dengan gigi taringnya seperti harimau." lelaki itu terlihat seperti bermonolog, ia belum menyadari bahwa ada perubahan dalam hari-harinya.

Setelah ia berganti pakaian, ia melihat kartu identitas Lili yang berada di nakas. Lalu ia membaca beberapa hal mengenai wanita itu dan ia sangat meragukan betul hubungannya dengan Ardian, sebab bagaimana mungkin seorang ayah berbeda golongan darahnya dengan putrinya padahal Lili adalah darah daging dari Ardian.

Mario mengambil ponselnya dan menelpon salah satu anak buahnya,

"Halo, Rofiq." ucapnya pada seseorang di ujung telepon.

TIRANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang