22. |R| Mereka dan Debo

171 16 0
                                    

Happy Reading 💚

"Rania,"

Panggilan itu membuat Rania yang tadinya fokus berkutik di laptop kini menoleh.

"Iya?" tanyanya lalu kembali fokus pada benda di depannya.

"Kamu yakin, mengatakan kalau kita adik kakak itu baik-baik aja?" tanya Angga yang memainkan pulpen di jarinya.

"Yakinlah." ucap Rania mantap.

"Kenapa yakin?"

Rania menghembuskan nafasnya kasar, menutup laptopnya dan kini mengarah pada Angga yang terlihat serius.

"Ya kan dengan begitu kita terhindar dari fitnah, udah gitu kita tenang gak mikirin perkataan orang-orang." jelasnya Rania kembali.

Angga menggeleng kecil. "Sebaik-baik bangkai di sembunyikan, pasti baunya akan keciuman jugak. Sama dengan kebenaran ini, cepat atau lambat itu pasti akan terungkap."

"Ya sekarang kita jalanin aja dulu, nanti setelah terjadi baru kita cari solusinya." jawab Rania santai.

Angga benar-benar tak mengerti dengan jalan pikiran Rania yang menurutnya tidak memikirkan dampak buruk ke depannya.

"Santai lo bilang? Lo tau gak dampak dari semua kebohongan ini itu besar, baik dari pertemanan lo, keluarga, apa lo gak mikirin perasaan mereka nantinya." tegas Angga dengan dingin.

Rania sedikit merenung mendengar perkataan itu. "Ya terus, kita harus gimana?"

"Kita ungkapkan apa hubungan kita sebenarnya, kita bukan kakak adik, tapi kita itu suami istri." ucap Angga yakin.

Mendengar hal itu Rania langsung berdiri dan menggeleng. "Jangan! Kak pliss, bisa rumit nanti urusannya. Untuk sekarang kita jalanin aja dulu, urusan kedepannya aku yang bakal tanggung jawab." jelasnya dengan raut cemas, jika anak kampus tau tentang kebenaran itu, bisa di labrak fans-fans Angga dia.

"Nia—"

"Kak," potong Rania dengan wajah memohon. "Pliss, Nanti aku akan cari cara gimana cara ngasi taunya, dan selama waktu mikir aku berlangsung, kakak jangan kasi tau mereka dulu." yakinnya dengan wajah memelas.

"Tapi, ada satu orang yang aku rasa perlu di kasi tau cepat, " jedanya. " Debo."

Mendengar nama itu membuat Rania menggeleng juga. "Jangan juga. Maksudnya kan dia lagi belajar tentang islam, jadi biar dia lebih santai, iya santai gitu. Karena kan kalau suami istri pasti dia ngerasa segan, atau gak enak. Kalau kakak adik kan lebih bersahabat." jelas Rania, karena dia tak ingin satu orang pun temannya tau tentang hubungan sebenarnya mereka.

"Tapi aku merasa kalau Debo itu—"

"Kak, Rania mohon banget." pintanya dengan tangan menelangkup.

Angga yang sudah capek melihat Rania akhirnya menghembuskan nafas pasrah, susah ingin berbicara dengan orang yang seperti itu.

"Ingat satu hal ini. Apapun nanti masalah ke depannya, kamu yang urus, kamu yang jelasin. Jangan minta bantuan, atau cari-cari aku. Ini semua tanggung jawab kamu." tukas Angga dan berlalu keluar kamar.

"Siapp boss!" ucap Rania sedikit keras, lalu menghembuskan nafas lega.

Jujur dia juga merasa khawatir bagaimana ke depannya, tapi sifat ego yang di miliki lebih menguasai dari pada hatinya yang setuju dengan Angga tadi.

***

Sudah 2 bulan lebih Debo belajar lebih dalam tentang Islam. Dan  6 minggu yang lalu Debo resmi menyandang agama Islam dengan bersyahadat di depan jama'ah sholat ashar pada saat itu. Hubungan mereka semakin dekat dan akrab, seperti layaknya keluarga.

KETIKA TAKDIR MENOLAK PERGI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang