Part 13 = Si penganggu

14.2K 1.4K 9
                                    

HAI-HAI SEMUA. AING KEMBALI UP

TERIMA KASIH YANG UDAH SINGGAH DAN BACA CERITA YANG MASIH BANYAK KEKURANGAN INI.

LANGSUNG AJA MALAS BANYAK BACOT HEHEHE

KALAU ADA YANG TYPO, MOHON MAAF

💙HAPPY READING💙





Saat ini Nada sudah berada di kamarnya. Sebenarnya lukanya belum kering, tapi Nada yang sudah bosan berada di rumah sakit merengek meminta pulang. Padahal baru beberapa jam saja dirinya dirawat. Akhirnya dokter pun mengizinkan pulang setelah infusnya habis. Tepat saat tengah malam, Nada berserta Rudy dan Inka pulang ke rumah mereka. David pun mengucapkan terima kasih karena Nada sudah menolongnya, dan laki-laki itu berencana akan menjenguk Nada hari ini. Padahal, Nada sendiri tidak perlu dijenguk karena walaupun dirinya sedikit bar-bar, tapi dirinya akan menjadi sungkan dengan orang yang lebih tua darinya.

Nada begitu tenang dengan alam mimpinya yang indah. Namun, ketenangan itu hilang begitu saja saat seseorang yang langsung membuka pintu kamarnya dan langsung berlari ke arah ranjangnya dan langsung menepuk pipinya pelan. Nada yang mudah terbangun pun perlahan membuka mata dan duduk sembari mengumpulkan nyawanya.

"HEH! KOK LO BISA TERLUKA GINI SIH. BIASANYA JUGA LO YANG LUKAIN ORANG," teriak seseorang yang membuat telinga Nada seketika berdengung.

"Astaga, Kak Monic. Bisa nggak, sih, lo ketuk pintu terus mengucapkan salam dulu. Ini main teriak-teriak aja. Lo pikir gue tuli hah?" tanya Nada kesal karena kehadiran makhluk tak diundang.

"Kelamaan kalau pakai ketok pintu sama salam. Keburu tingkat ke kepoan gue tumpah sebelum sampai tujuan," jawab Monica asal.

"Lo pikir air tumpah. Sana, gue mau ke kamar mandi," usir Nada yang langsung masuk ke kamar mandi untuk gosok gigi dan mencuci muka. Setelah ritualnya selesai, gadis itu langsung menghampiri Monica yang kini tengah duduk di depan kulkas mininya dengan wajah watadosnya.

"Lo kaya gembel aja deh, Kak. Makan lo berantakan banget," ucap Nada sambil menggelengkan kepala melihat kelakuan sahabat kakak sepupunya itu.

"Eeemm enak banget tahu. Lo harus cobain," jawab Monica seraya menyodorkan cemilan ke arah Nada.

"Ya jelaslah enak, makanan gratis. Makanan kadaluarsa pun lo bilang enak Kak," ucap Nada jengah.

"Ngapain lo?" tanya Ava yang entah sejak kapan muncul di depan kamar Nada.

"Jengukin Nada," jawab Monica lalu kembali memakan camilannya.

"Di mana-mana orang yang jenguk yang bawa makanan. Bukan malah sebaliknya," sungut Nada.

"Sekali-kali sedekah napa, Nad. Gue habisin ini nggak buat lo langsung jatuh miskin juga keles," ucap Monica enteng.

"Nggak tahu diri," ucap Ava datar.

"Gue nggak ngomong sama lo," ucap Monica sewot yang membuat Ava langsung memberikan semangkok bubur pada Nada dan langsung pergi. Monica yang tiba-tiba hendak mengambil, langsung di pelototi oleh Nada.

"Yaelah Nad, icip dikit dong," ucap Monica memelas.

"Maruk amat lo Kak jadi orang. Heran gue, padahal lo kaya, tinggal beli di depan kompleks doang," ucap Nada kesal.

"Gue bosan beli makanan hasil uang orang tua gue," jawab Monica.

"Kenapa?" tanya Nada heran.

"Bosan aja, uang mereka bentuknya kertas. Sekali-kali gitu gue pengen pakai uang gaib," ucap Monica yang membuat Nada mendelik dan langsung berdiri.

"Heh mau kemana lo?" tanya Monica.

"Keluar. Nggak sudi gue berteman sama orang gila," ucap Nada yang membuat mata Monica membulat.

"DASAR BOCAH SABLENG."

****

Seorang pemuda kini tengah berdiri di depan pintu seseorang sambil membawa nampan yang berisi makanan. Perlahan pemuda itu pun membuka pintu kamar itu dan nampaklah seorang wanita paruh baya yang tengah duduk di kursi rodanya sambil membelakanginya. Pemuda itu pun mendekati wanita paruh baya yang ternyata tengah melamun itu. Dengan suara yang lembut pemuda itu memanggil orang di depannya.

"Selamat pagi Bunda," ucapnya riang.

"Pagi juga sayang," ucap wanita paruh baya itu seraya tersenyum.

"Ini Bunda sarapannya dimakan dulu. Habis itu Bunda minum obat," ucapnya seraya memberikan semangkok bubur.

"Pesanan Bunda gimana?" tanya bunda.

"Beres Bund, tinggal diperbaiki lagi sedikit," jawabnya tersenyum.

"Kuliah kamu gimana, Ben?" tanya bunda Ben.

"Baik kok Bund," jawab Ben.

"Gimana kabar Ava, Ben?" tanya bunda Ben yang membuat senyuman itu seketika hilang.

"Ngapain Bunda nanyain dia?" tanya Ben dingin.

"Ya Bunda hanya kangen di. . . ."

"Orang kaya dia nggak pantes dikangenin, pantasnya dibuat menderita," jawab Ben.

"Ben!! Jaga ucapan kamu," ucap bunda Ben marah.

"Tapi Bund, dia yang buat bunda seperti ini dan Ben akan membuat dia merasakan penderitaan Bunda," ucap Ben tegas.

"Tapi. . . ."

"Ben mau ke kampus sekarang. Obatnya jangan lupa di minum. Ben berangkat, Assalamualakum," pamit Ben. Saat bayangan Ben menghilang dibalik pintu, bunda Ben menarik napas.

"Sampai kapan kamu begini Ben."

***

Saat ini Ava tengah menikmati udara pagi di gazebo kampusnya sambil menunggu jadwal kuliahnya yang akan dimulai setengah jam lagi. Dirinya begitu asik membaca buku hingga tiba-tiba pipinya panas karena seseorang yang menamparnya. Lantas dirinya langsung menoleh ke arah orang yang menamparnya yang kini tengah tertawa sinis.

"Bagaimana?"

BERSAMBUNG. . . .

DUH SIAPA LAGI SIH YANG CARI MASALAH SAMA AVA?

PENASARAN?? IKUTI TERUS CERITANYA YAH

JANGAN LUPA BACA, VOTE, DAN KOMEN

TERIMA GAJAH😄😄😄
02 APRIL 2021

Di Rebutin Dosen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang