Bab 24

558 86 11
                                    

Asalamualaikum wr,wb. Terima kasih atas jawaban kalian di part sebelumnya. Sesuai banyaknya jawaban yaitu "Nathan" aku langsung revisi di beberapa part sebelumnya. Tapi tenang, jalan ceritanya masih sama, nggak ada yang diubah.

Maka dari itu, aku up lagi, yeyy, semoga kalian seneng ya, hadiah dari aku karena kalian sudah membantu. Hehehhe.

Selamat membaca😘 Siapkan hati dan jangan baper😁😁

Klik si dia ⭐ dan komen biar aku tambah makin semangat. Syukron💚

****

Saya ingin kamu di sini, menemani saya.

****

Adnan mengulurkan air mineral untuk Araya, sedari tadi perempuan itu hanya diam, menunggu di kursi tunggu sedangkan bibirnya masih bergerak merapalkan doa. Ia masih menunggu  dokter keluar dan berharap Fahri baik-baik saja.

"Ini, minumlah dulu, Ra, jangan seperti ini. Insyaallah Fahri baik-baik aja," ujar Adnan dengan senyuman. Ia berusaha memberi tenang.

Araya mendongak, lantas mengambil air mineral tersebut dan meneguknya sedikit. Lalu kembali diam, melamun.

"Mau ke pemakaman ibunya Fahri? Kamu belum pernah ke sana, 'kan? Setidaknya kamu juga doain beliau, ngurusin Fahri jadi lupa banyak hal," ujar Adnan yang mempunyai pesan tersirat di dalamnya dan Araya menyadari itu.

Ngurusin Fahri jadi lupa banyak hal.

Araya mengangguk lemah. "Tapi nanti setelah dokter keluar."

🍀🍀🍀

Perasaan Araya mulai tenang, saat ternyata Fahri sudah baik-baik saja. Jantungnya kembali berdetak normal, Fahri masih hidup.

Seperti permintaan Adnan, sore ini Araya akan mengunjungi makam ibunya Fahri. Ia juga sudah berpamitan kepada Rani karena ia yang akan menjaga Fahri selama Araya akan beristirahat selama beberapa hari. Kondisi Rani sudah baik-baik saja walaupun raut kesedihan belum sepenuhnya hilang dari wajahnya. Kecelakaan itu bukan hanya menewaskan mamanya tetapi juga pamannya. Keluarga mereka masih terpukul atas kehilangan dua anggota keluarga sekaligus.

Namanya juga kehidupan, tidak selamanya akan selalu ada kebersamaan. Layaknya pertemuan yang berteman dengan perpisahan. Seperti kebahagiaan yang berteman dengan kesedihan. Warna-warna kehidupan itu akan selalu membersamai setiap langkah manusia di dunia.

Araya tersenyum saat Adnan membukakan pintu mobil untuknya. "Nah, gitu, dong, senyum. Abang kangen sama senyum kamu."

Bukannya senang Araya justru malah cemberut. Sedangkan Adnan terkekeh. Lantas keduanya memasuki mobil.

"Maaf, ya, Bang, Aya udah ngerepotin. Abang jadi bolak-balik ke sini," ujar Araya tidak enak hati.

"Nggak apa-apa, selama itu bikin kamu tenang. Tapi ingat, Ya, kamu punya tanggung jawab besar. Setelah Fahri siuman, kamu harus segera pulang sama seseorang yang sekarang sudah sah menjadi suami kamu," nasihat Adnan membuat Araya terdiam, sedikit menusuk karena rasa berdosanya semakin menggunung.

"Iya," jawab Araya singkat.

🍀🍀🍀

Berkali-kali Riani mencium tangan Fahri, tangan Fahri dingin dan sedikit kurus. Rani benar-benar merindukan adiknya. Bayangan kecelakaan itu berkali-kali menggerayangi pikirannya dan bagaimana ia melihat sang mama terbujur kaku tak bernyawa.

Jodoh Yang Dinanti √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang