Bunda Khawatir

1.8K 318 15
                                    

Keduanya malah tertawa terbahak. Iya, Hecan dan Nana bukannya menangis atau meringis mereka berdua malah tertawa layaknya hal tersebut adalah hal paling lucu. Ri jadi curiga, selain sikut yang lecet jangan jangan otak mereka berdua juga ikut lecet.

"Sayang ayo bantuin mereka berdiri biar kita langsung ke rumah sakit,"

"Enggak usah om, kita gak apa-apa kok, cuman lecet sedikit doang," ucap Hecan.

"Betul itu, kayaknya sepeda kita yang harusnya dibawa ke rumah sakit alias bengkel om," Nana menatap sepeda mbak nya yang terlempar beberapa meter. Ia pikir sepertinya kecelakaan ini parah juga sampai sepeda mbak Hecan tak terbentuk lagi.

"Om lagi buru-buru ya makanya ngebut? Gak apa-apa kok om. Kayaknya om lagi ada urusan penting deh, kita gak parah kok lukanya," Hecan melihat wajah pria itu tampak resah.

"Iya mas.. aku hampir lupa kita harus ke rumah sakit.." ucap istrinya.

"Kalau misalnya kalian bawa dulu sepedanya nanti om ganti gak apa-apa ya, nama om Jonathan dan ini istri om, Tennia," ucap Jo.

Tennia menyodorkan kartu ke arah Hecan, "pokoknya kalian kabarin aja ke kontak ini ya kalau misalnya ada apa-apa. Om sama tante pamit pergi dulu, sekali lagi maaf ya.."

Hecan mengangguk, Ri segera membantu adik-adiknya berdiri. Hecan membawa sepeda Ri, sementara sepeda Hecan Ri tuntun. Hecan menoleh melihat mobil tersebut pergi.

"Kaya Papa..." Celetuk Hecan.

"Nana kangen Papa tapi Nana gak kangen Papi jahat!"

"Nana gak boleh gitu, Papi emang meninggalkan memori tidak baik ke kita tapi yang mengajari Nana jalan, baca, menulis itukan Papi." Sebisa mungkin Ri memberi pengertian kepada adiknya.

Nana mengangguk. Walaupun Papi tidak menjadi suami yang baik tapi ia adalah ayah yang baik untuknya, kak Ri dan mbak Hecan.

Ri berjalan sambil menatap lurus ke depan, hatinya tak bisa bohong. Ia juga rindu keluarga lengkapnya.

"Ri rindu Papa.." batinnya

~

"Lucu banget ya mas, aku udah panik kirain bakalan nangis atau marah eh mereka malah ketawa,"

"Kayaknya orang baru di komplek deh mom, aku baru liat. Mereka gak kenal kamu lagi," ucap Jo.

Tennia melirik suaminya, "Apa hubungannya sama aku coba," ucapnya.

"Kamu kan ibu-ibu teraktif apalagi kalo udah kumpul di tempat belanja, duh ga ada duanya deh," godanya.

"Mass!!!" Kesalnya karna diledek sang suami.

Tennia terdiam sekejap. Ia ditarik kembali ke masa lalu yang tidak menyenangkan, "Mas,"

"Ya,"

"Kalau anak kita masih ada kira-kira umurnya juga segitu kan?" Tanyanya sendu.

Jo mendadak diam mendengar pertanyaan istrinya.

"Sayang.."

"Kenapa sih mas? Kalau aku lagi kangen sama anak kita kamu kaya gak mau dengar, semudah itukah buat kamu lupain dia. Bahkan sampai sekarang aku gak bisa tidur nyenyak, mas," Tennia menghadap ke arah jendela mobil. Apa memang anaknya tidak sepenting itu bagi Jo?

Bayinya

Bayi cantiknya yang hilang begitu saja

Bayi gembul dengan selimut pink yang selalu menghantui bayang-bayang Tennia sejak bertahun-tahun lamanya.

~

Ketiganya terkejut melihat ada mobil yang terparkir di garasi rumah. Jangan bilang bunda sudah berada di rumah, astaga..

"Kok bunda udah pulang?" Tanya Nana.

"Kayaknya di butik udah ga ada urusan deh makannya pulang cepet," jawab Hecan.

Ri dan Hecan menaruh sepeda mereka lalu menyusul Nana yang sudah masuk rumah terlebih dahulu.

"Bundaaa Nana pulang,"

Wanita cantik yang mengenakan dress biru laut keluar dari arah dapur, tersenyum menyambut anaknya.

"Surprise! Bunda pulang cepat hari ini," ucap Yuna kepada putri-putrinya.

Si bungsu langsung memeluk Yuna, diikuti kedua kakaknya yang memeluk tak kalah erat. Mau lama atau sebentar Yuna pergi meninggalkan mereka, rasanya tetap sama sama rindu.

"Aww, sakit mbak," ringis Nana ketika Hecan tak sadar menyenggol lukanya.

"Loh, kenapa ini?" Tanya Yuna khawatir.

Yuna merunduk melihat luka yang ada di lutut Nana.

"Mbak luka juga? Kakak?" Hecan mengangguk dan Ri menggeleng.

"Ri gak luka bunda, Hecan sama Nana doang yang lecet. Mereka tadi gak sengaja keserempet mobil, maaf bunda Ri lalai jaga mereka.." ucapnya merasa bersalah.

Yuna menatap putri sulungnya, ia menggeleng, bukan salah Ri jika Hecan dan Nana terluka toh Yuna tau Ri pasti menjaga mereka dengan sangat baik.

"Maaf bunda.. kak Ri gak salah apapun, ini salah Hecan sama Nana,"

"Ri.. anak bunda, jangan merasa bersalah ya sayang. Ini bukan salah kamu kok, kamu juga pasti sedih liat Hecan dan Nana luka,"

Yuna meminta asisten rumah tangga mereka mengambilkan kotak obat.

"Jangan luka lagi ya sayang sayangnya bunda, bunda sedih liat adek sama mbak luka kaya gini,"

"Iya bunda, janji gak luka lagi. Pinky promise," ucap Nana.

Bolehkah Yuna egois untuk saat ini?

Ia hanya ingin bisa bersama-sama dengan ketiga malaikatnya sampai kapanpun itu.

Ia hanya ingin bisa bersama-sama dengan ketiga malaikatnya sampai kapanpun itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenalan sama..
Jonathan Prawira
&
Tennia Prawira

SrikandiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang