-¦- -¦- -¦- 59 -¦- -¦- -¦-

33 3 0
                                    

Geberan motor Wahyu dan Dewa semakin membuat acara balapan ini panas. Asap dari knalpot mereka juga sudah mulai menjadi polusi bagi para penonton di pinggir jalan. Dua-duanya terlindung helm, tapi mereka bisa lihat dengan jelas. Seringai yang muncul untuk mengejek. Mengatakan, malam ini mereka tidak akan memberikan celah sedikitpun untuk lawan menang.

Fifi di ujung sana berada di atas motor Reza. Mereka juga akan ikut, bedanya motor mereka akan berjalan santai. Tujuan akhir mereka adalah lapangan besar milik kampung dekat sekolah. Itu adalah tempat finis balapan ini. Cukup aneh juga kenapa memilih tempat itu. Di sana juga tidak ada siapapun yang berjaga.

Entah bagaimana nanti. Lihat saja akhirnya.

Reza menjalankan motornya. Pergi dari sana lebih dulu.

"Za!" panggil Fifi di belakang.

"Mm?"

"Lo yakin mereka balapan sekarang? Lo nggak liat tadi? Gue emang belum pernah liat mereka balapan langsung. Tapi perasaan gue bilang. Takutnya mereka ada apa-apa di jalan,"

Reza berdecak. "Biarin aja, Fi! Ini kan cara yang mereka mau. Nahan mereka sekarang juga nggak guna. Kalau misalnya ada apa-apa di jalan. Kan ada kita."

Fifi menganguk. Dia melipat tangan di dada. Menimati hembusan angin. "Iya, jujur aja. Dari dulu gue udah berharap bakalan di rebutin sama dua cowok. Gue bayangin kayanya lucu aja gitu. Tapi sekarang. Tanpa di sengaja gue bikin mereka di ambang maut. Kalau salah langkah bisa-bisa mereka kecelakaan di jalan. Padahal kalau di rebutin tarik-tarikan doang gue udah seneng kok,"

"Ya, lo emang gila!" kata Reza. Fifi hanya diam. "Tapi gue tahu, mereka nggak bakalan kenapa-kenapa. Lo tenang aja,"

"Iya, ok! Gue percaya! Cuman---"

"Lo suka sama Wahyu, kan?" tanya Reza. "Kalau dia kalah lu masih tetep milih dia?"

Fifi di belakang mengerutkan dahinya. Bingung. "Kok? Gini, Za! Gue tahu! Lo juga bilang tadi di rumah gue. Cinta harus ikutin hati. Tapi inikan balapan. Mereka taruhan nyawa, kalau si Dewa yang menang tapi gue tetep milih si Wahyu? Bukannya itu nggak adil?"

"Iya, emang nggak adil. Tapi cinta itu bisa bikin yang mustahil jadi kenyataan. Misalnya aja beneran Wahyu kalah malam ini. Dan lo tetep milih dia. Itu berarti lo beneran cinta sama dia,"

"Kalau gue tetep ikutin prosedurnya?" tanya Fifi.

Reza menaikan bahunya. "Kalau Wahyu serius sama lo. Dan di mata dia lo cewek yang berharga buat dia. Gue rasa dia bakalan pakai cara apapun bahkan cara kotor sekalipun biar lo jadi milik dia,"

Di saat Fifi melamun dengan perkataan Reza. Dua motor menyalip kencang melintasi mereka. Tentu saja itu Dewa dan Wahyu. Dari jaraknya, terlihat posisi mereka seimbang. Lalu hilang dari pandangan.

"Udah mulai, ya?" kata Fifi.

Reza mengeber motornya. Menutup kaca helmnya. "Kita lewat jalan pintas," Mereka mempercepat motornya. Berbelok di depan sana. Menggunakan jalan pintas agar mereka lebih cepat sampai di bandingkan dua laki-laki yang sedang kebut-kebutan itu.

Sementara itu, di depan sana. Jauh sekali. Wahyu dan Dewa masih mencoba menjadi paling depan. Jalanan kosong tanpa kendaraan lain. Hanya suara motor mereka berdua yang mengisi keheningan jalanan malam. Kecepatan mereka tidak main-main. Pakaian mereka saja sudah berkibar kencang sekali. Memutar penuh gas pada stang motor mereka masing-masing. Sesekali menoleh, memastikan posisi tidak jauh dari lawan.

Jalur yang mereka gunakan sedikit tidak jauh berbeda dari milik Abim waktu itu. Bedanya posisi start berada di samping tenda panitia lalu finis berakhir di lapangan bola milik kampung dekat sekolah. Tempat akhir adalah permintaan Wahyu. Dewa hanya mengiyakan, terserah dia menginginkan seperti apa. Tapi jelas, dia percaya diri jika malam ini dia yang menang. Menyingkirkan Wahyu dari tempat balap serta kisah cintanya.

How To Meet You [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang