Minta restunya maksa

38 6 3
                                    

"eh nanti pulangnya beneran bareng ya..." Sungjin mencondongkan diri ke  Ahreum yang lagi sibuk nulis data pasien di meja resepsionis.

"rumahnya beda arah kenapa pengen bareng sih?" Sahut Ahreum walaupun matanya nggak natap si lawan bicara.

"pengen aja, lagian jarang kan kita 1 shift begini." Sungjin beneran pengen aja pulang bareng Ahreum sekalian pendekatan.

"yaudah iya, jam berapa pulangnya?"

"aku jam berapa pulangnya hyung?" Sungjin beralih sama senior disebelahnya.

"3 jam dari sekarang, tapi kalau kamu masih mau ngobrol mundur jadi 4 jam." Sarkas orang yang ditanya.

"hehehe iya, kan janjian dulu biar nggak ditinggal pulang. Gitu aja baper pak." Sungjin sadar seniornya itu nyindir dia yang asik ngobrol sama Ahreum padahal lagi ada kerjaan.

"udah kerja dulu yang bener, aku duluan." Pamit Ahreum ngelambai ke Sungjin.

"nggak usah malu-malu meong gitu, baru diterima ajakan pulangnya aja udah girang banget." Sindir lelaki tadi melihat wajah sumringah Sungjin.

"elah hyung, nggak bisa banget liat orang seneng." Sahut Sungjin.

"iya deh, semoga lancar pendekatannya bocah." Sahut orang itu lagi sambil geleng kepala karena ngerasa sikap Sungjin nggak sinkron sama badan besarnya.

"kayaknya pulang barengnya cuma jadi wacana nih, beneran beda bus soalnya." Ucap Ahreum pas mereka nunggu di halte bus.

"ya minimal nunggunya bareng." Sungjin nggak merasa kecewa sih kan yang penting bisa ngobrol lebih lama sama cewek itu.

"besok aku juga harus ngurus revisian skripsi." terlihat wajah lelah Ahreum.

"masih revisi? Katanya kemarin yang terakhir, apalagi yang kurang?" Pasalnya minggu lalu cewek itu udah bolak-balik ke kampus buat ngurus revisian.

"katanya quisioner aku belum cukup." Ahreum makin cemberut.

"kayaknya ribet banget ya, untung aku tinggal selesaiin praktek magang." Sungjin berujar lega.

"bantuin dong, kan kamu diuji juga minggu lalu." Ahreum ingat 2 minggu awal Sungjin diuji bagian umum, lalu setelah jeda seminggu dia diuji dokter jaga.

"iyadeh aku bantuin kalau bisa, nggak tau juga sih masih 1 bulan lagi ujiannya kan. Bisa aja aku dikasih ke yang lain."

"yang otaknya pinter siapapun yang kasih ujian praktek bakalan gampang ya..."

"nggak juga, kan emang prakteknya begitu. Kalau suruh milih mending langsung co-ass aja aku nggak usah ada ujian praktek berkedok magang begini."

"berasa jenius kamu mau langsung co-ass" Dengus Ahreum.
.
.
.
.

"selamat makan..." 4 orang dirumah besar itu mulai menikmati masakan Sojung untuk yang ke sekian kali.

"gimana enak nggak? Maaf kalau rasanya nggak sesuai selera." Sojung cemas soal masakannya.

"enak, lebih enak dari masakan ayah." Puji Sungjin.

"nyesel kamu ayah masakin?" Sarkas Seokjin.

"enggak, baper banget pak. Kan karena nasi goreng ayah aku jadi bongsor begini." Balas Sungjin.

"eh oppa, kapan lo wisuda?" Yoojung tiba-tiba tanya random.

"udah tinggal selesaiin praktek berkedok magang ini terus sidang kenapa?" Sungjin sampai menghentikan acara makannya.

"nggak tanya aja, berarti temen lo juga bakal wisuda barengan kan?"

"siapa?"

"kakak cantik yang–"

Kim'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang