"Demi apa, lo siapa?!" pekik Bram kaget saat membuka pintu kamar kakaknya.
Didalam sana seorang Marsha duduk didepan cermin. Penampilannya berubah. Tak ada lagi kacamata yang biasa bertengger dihidungnya melainkan ia memakai lensa, rambut yang biasanya dikepang dua kini digerai begitu saja. Jangan lupakan tas yang fashionable serta seragam yang tidak lagi kebesaran.
"Yah gue kakak lo lah!" kesal Marsha lalu berdiri dari duduknya. Bram masih mematung tak percaya didepan pintu. Gadis itu kemudian melangkah kearahnya.
Marsha menaik turunkan alisnya.
"Gimana?gue udah cantikkan?"
Bram menggeleng gelengkan kepalanya.
"Anjir ... lo siapa?! Lo kerasukan apa gimana? YaAllah kembalikanlah kakak hamba" kata Bram mengangkat kedua tangannya seperti sedang berdoa. Tentu saja itu membuat Marsha kesal apalagi setelah mengatakan itu Bram tertawa.
"Nggak ada yang lucu yah!" tukas Marsha lalu keluar dari kamarnya, tak lupa menyenggol bahu adiknya itu.
Ia kemudian turun dan dibawah sana, papa dan mamanya yang sepertinya bersiap untuk pergi.
"Papa sama mama mau kemana?" tanya gadis itu setelah sampai dihadapan orang tuanya.
"Mau kebandung," ujar Bima lalu menggandeng tangan istrinya.
"Sekalian mau bikinin adek buat Bram" sambung lelaki itu. Gea dengan kesal mencubit pinggang suaminya.
Marsha mendengus.
"Yodahlah telselah kalian aja, Malsha mau sekolah dulu..."
Kemudian menyalimi tangan kedua orang tuanya.
"Belajar yang bener, mama liat kamu hari ini beda banget..tambah capek eh maksud mama tambah cakep"
Marsha menggerutu kesal. Tidak adik, tidak ibu..sama saja.
"Iyyah, papa jamin Rafael bakal langsung suka sama anak papa yang cantik ini" goda Bima. Marsha bersidekap dada.
"Siapa juga yang mau disukain lafael, mending juga Zidan kemana mana ...
"udah ah, Fadil udah nunggu didepan! Bye mama papa" Marsha kemudian dengan setengah berlari keluar dari rumahnya.
Bima dan Gea memperhatikan putri mereka.
"Anak kamu belajar jadi buaya betina sayang," bisik Bima.
"Dulu mama juga gitu, jadi jangan heran!" ujar Gea bangga membuat suaminya menggerutu kesal.
Didepan rumah, Fadil sudah menunggu gadis itu dengan motor miliknya.
"Pagi!" sapa Marsha dengan senyumnya.
Fadil menoleh, sedetik kemudian mematung melihat perubahan gadis itu.
"Gimana?gue udah cantik belum?" tanya Marsha sambil bergaya gaya. Fadil menggelengkan kepalanya untuk menghentikan khayalannya.
"I-iya, kamu cantik banget Mar," ucap Fadil jujur.
Marsha kemudian naik kemotor Fadil tapi Fadil tak kunjung melajukan motornya membuat Marsha mengernyit.
"Kenapa dil?" tanya gadis itu.
"E eh, anu Mar...masa iyya kamu udah cantik banget kek gini malah naik motor butut aku?"
Marsha terkekeh lalu memukul pelan pundak Fadil.
"Apaansih, udah yuk jalan nanti kita telat lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
MarEl
Random"Nama gue Malsha!" "Hah?maksa?" "Maksud gue Malsha anjib!" "Hah?mangsa?" "El gilak!" "Hah?gue ganteng?iyyalah" "Yang walas ngalah jadi gue ngalah!" "Hah? Lawas?pfftt..." "Gue sumpahin anak lo cadel!" "Mamanya juga harus cadel kalau gitu, gimana kalo...