Part 2 | Dunia Ara

10 1 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Akhirnya, kelar juga!" ucap Jordan sambil meletakkan selebaran yang yang tersisa. "cape juga keliling sekolahan."

"Eh siapa bilang udah kelar, lupa? Kalau lo ada tugas bikin poster?" ucap Jessi.

"Ya elah itu masih lama kali Jes, bisa gue atur itu."

Sementara kedua orang itu berbincang, seseorang tengah duduk dengan sebuah novel tebal di hadapannya. Bagi seorang Erland Atharrazka, cerita mengenai detektif dan berbau penyelidikan sangat mampu mengistirahatkan pikirannya untuk sementara sebelum ia melaksanakan kesibukan KETUA OSIS yang lainnya.

"Ck nih anak," Jordan duduk tepat di sebelah Erland, "Land, lo nggak niat traktir gue gitu, haus nih dari tadi gue ngomong mulu."

Jessi memutar bola matanya. Alasan Jordan meminta traktiran memang sangat hebat. Seolah dalam otaknya hanya berisi cara mendapat gratisan. Padahal Jordan tak kekurangan uang sama sekali, dia bilang, gratisan lebih menggoda dari bayar sendiri.

"Lo ganggu banget sih! Ambil sana di tempat bu Siti, nanti bilang gue yang bayar!" usir Erland.

"Yey, Jes, lo mau juga nggak?"

"Nggak makasih!" Jordan mengedik lalu berlari keluar menuju kantin.

Selama beberapa saat ruangan hening, yang terdengar hanyalah sepoi angin halus yang mengenai gendang telinga. Erland tampak acuh, setia pada bacaannya, kalau tentang novel favoritnya Erland suka melupakan banyak hal. Hal yang biasa bagi Jessi.

"Land, bentar lagi bel bunyi, gue ke kelas duluan ya."

"Hmm, oke, gue tunggu Jordan dulu."

Tepat setelah beberapa menit Jessi keluar, Jordan datang membawa tiga minuman dingin. Meski Jessi tadi menolak, Jordan peka akan satu hal; kalau cewek akan berkata kebalikannya.

Pandangan Jordan mengedar, hanya ada Erland di sana. "Lah Jessi mana?"

"Udah ke kelas duluan."

Jordan mengangguk-angguk, ia menyodorkan satu minuman ke Erland dan langsung diambil cowok itu. Sedangkan satunya lagi, ia simpan di lemari kecil ruangan.

Diam-diam, Jordan melirik Erland yang sedang menenggak minumannya. Berteman dengan cowok itu dari zaman sekolah dasar, tentu membuat Jordan kenal baik-jahatnya Erland. Kalau orang menilainya dari luar mungkin menganggap Erland tanpa cela.

Dia pandai di bidang akademik, hebat di beberapa bidang non akademik, dan aktif di organisasi sekolah. Ia juga selalu mendapat perhatian guru dengan berbagai prestasi. Tapi kalau menelisik lebih dalam, Erland adalah si ambisius, dibalik sifatnya yang sedikit cuek, ia suka menganalisa dan cenderung memikirkan untung-rugi. Di saat orang memikirkan masa SMA sebagai tempat bersosialisasi tentang hal baru, pikiran Erland sudah jauh melampaui itu.

Hello, My (Perfect) Boyfriend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang