chapter 30 : dear, jeno.

893 24 1
                                    

Tiket keberangkatan menuju Amerika sudah Irene pesankan dari jauh jauh hari. Ia sengaja memesan dua tiket untuk dirinya dan juga untuk Karina.
Irene melakukan ini semua demi kelangsungan hidup Karina. Ia tidak tega melihat kondisi kehidupan yang sudah miris menimpa sang adik. Setelah menyetujui pernikahan dengan Suho, selayaknya ia akan menjaga Karina sepenuhnya.

Begitu ia tiba disana, ia langsung saja mencari letak informasi keberadaan adiknya, Irene cepat cepat bergegas untuk menemui adiknya yang berada dirumah kediaman seorang nenek tua yang tinggal satu rumah dengan seorang cucu perempuan. Entah apa alasannya, Karina bisa kabur sampai tinggal dirumah seorang nenek hingga merelakan jadwal sekolahnya dan bolos sekolah lebih dari lima hari.

Perjalanan menuju rumah tersebut hanya memakan waktu kurang lebih dua puluh menit untuk sampai. Diperkirakan akan sampai pada waktu pukul jam tiga sore. Cuaca yang selalu berubah ubah iklimnya juga menjadi faktor lalu lintas yang selalu tidak neraturan. Kondisi lalu lintas selalu wajar  tidak mendukung. Ditambah lagi waktu  yang menunjukkan pukul jam pulang kerja dan makan siang. Irene menyuruh supirnya untuk cepat cepat sebelum Karina nantinya menghilang dari jejak lokasi.

Setelah mobilnya terhenti dan terparkir didepan sebuah jalan gang kecil di jalan Gangnam. Jalan yang dimana, hanya memiliki kapasitas penduduk yang tinggal sangat minim. Irene segera mengikat rambut hitam  panjangnya dengan gaya sederhana kuncir kuda. Kemudian ia langsung saja turun dan mencari adiknya.
Kedua matanya tersorot melihat seorang wanita berumur lima puluh keatas. Ia membawa sebuah kantong yang terdapat di atas pundaknya dengan besar yang amat lumayan. Kantong itu terasa sangat berat, namun ia tidak terlihat kelelahan. Irene pikir, mungkin dia adalah orang yang ia cari.

" Permisi, apa anda mengenal seseorang yang bernama Karina? Ia memiliki rambut yang panjang dan mata yang bagus." Tanya Irene dengan sopan kepada nenek tersebut.

" Karina? Kamu siapanya?" Jawabnya sedikit terkejut.

" Saya kakak kandungnya." Balas Irene dengan mengangguk sopan.

" Kamu adalah kakak kandungnya? Karina tinggal di rumahku. Dia adalah anak yang baik dan rajin. Ia juga cantik sama sepertimu. Mau kuantar?" Nenek itu menawarkan kepada Irene untuk bisa bertemu dengan Karina. Tanpa menjawab, Irene hanya tersenyum dan tidak mengucapkan seucap kalimat.

Irene tidak tampak mengeluh ketika berjalan menyusuri jalan yang lokasinya sangat jauh. Sebelumnya, rumah nenek tua itu, dari gang tidak terlihat dekat. Untuk menuju ke rumahnya perlu waktu sekitar sepuluh menit untuk sampai. Jalannya juga banyak bebatuan dan kerikil yang bisa menusuk kaki bagi pejalannya. Rumah itu tampak kelihatan tua dan lapuk. Bahkan banyak cat nya yang sudah pudar dan hampir mengelupas.

Dilihatnya, Karina sedang mengajak cucu perempuan dari nenek itu bermain ke luar, sambil mengepang kedua rambutnya dengan baik, secara perlahan. Karina sudah terlihat sangat akrab, semenjak dirinya kabur meninggalkan dunia teman temannya dan sibuk mengurusi kehidupan sang nenek. Karina terlihat lebih bahagia dari sebelum nya. Bahkan tidak terlihat sama sekali wajah sembab di area kedua matanya.

" Nak, ini adalah kakak kandungmu." Nenek itu berkata sambil menyentuh pundak Karina.

Karina terkejut ketika melihat Irene ada didepannya.

" Ayo pulang." Bisik Irene.

" Permisi, kami butuh waktu bicara berdua." Karina menunduk hormat kepada orang yang jauh lebih tua darinya. Kemudian mengajak Irene ke tempat yang sepi untuk diajak bicara.

" Karina, ayo pulang." Ajak Irene

" Kemana? Kamu pikir kamu bisa mengajakku pergi begitu saja?" Jawab Karina sambil mengalihkan pandangannya ke samping.

You | Lee Jeno ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang