14

231K 6.2K 138
                                        










Pukul 1 pagi Dirga menuruni tangga rumahnya berniat menuju ke dapur untuk mengambil minum. Sebenarnya Dirga masih sangat mengantuk karena baru tidur 2 jam tapi tenggorokannya terasa sangat kering sekarang. Keadaan rumah saat ini dalam kondisi remang-remang hanya ada cahaya lampu meja dari ruang keluarga.

"Tuan."sapa pembantu rumah tangga yang tak sengaja berpapasan dengan Dirga di ujung tangga bawah.

"Bi tolong ambilkan saya minum di lemari es."perintah Dirga kepada wanita paruh baya yang merupakan pembantu di rumah ini.

"Baik tuan." Bibi segera pergi meninggalkan tuannya, sedangkan Dirga menunggu di ujung tangga dengan tubuh bersender di pagar tangga.

Tak butuh waktu lama bibi pun datang dengan membawa segelas besar minuman berwarna kuning kecoklatan.

"Ini tuan."bibi menyerahkan gelasnya kepada tuannya.

"Terima kasih bi. Bibi boleh pergi." Bibi mengangguk kemudian pergi dari sana. Dirga langsung menengguk minumannya karena saat ini merasa sangat haus.

Dirga tersadar sesuatu saat lidahnya merasakan hal yang aneh di minuman ini.

"Minuman apa yang bibi berikan padaku, aku tidak familiar dengan rasa ini tapi lumayan enak,"gumam Dirga sambil menjilat sekitar bibirnya, dia kemudian meminum lagi sedikit dan tinggal setengah gelas.

Dirga lalu terpikirkan pekerjaannya, dia lalu memilih berjalan menuju ruang kerjanya yang terletak di sebuah ruangan di bawah tangga. Dirga merasa sedikit ringan badannya dan rasa mengatuknya seakan sirna entah kemana jadi Dirga memilih untuk melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai di kantor tadi siang.

Kurang lebih hampir satu jam Dirga duduk di depan komputer, tiba-tiba kepalanya terasa berat dan pusing, tubuhnya juga terasa panas, Dirga lalu menghabiskan minumnya yang tinggal sedikit tadi.

Pandangannya juga mulai tidak jelas saat digunakan untuk memandang komputer.

"Lebih baik aku tidur lagi saja,"gumam Dirga sambil berusaha berdiri, untuk berdiri saja rasanya sangat lemas.

Saat sudah tiba di tangga bawah pria itu kemudian mendengar rengekan bayi dari atas sana. Itu pasti suara Leon anaknya, Dirga berjalan dengan sedikit sempoyongan sambil memegang kepalanya menuju kamarnya kembali.

Leon memang sedang rewel hari ini sebentar-sebentar menangis dan tidurnya juga tidak tenang mungkin karena efek imunisasi. Tapi kata dokternya itu tidak apa-apa asal tidak disertai demam yang tinggi.

Dirga membuka pintu kamarnya dan yang terlihat pertama kali adalah keberadaan Luna yang sudah berada di dalam kamarnya, dan sialnya posisinya sedang menungging di pinggir ranjang dengan memakai piyama putih sebatas lutut yang begitu menerawang hingga setengah pahanya terlihat oleh Dirga dan juga CD nya yang berwarna merah muda juga terlihat oleh Dirga.

Tubuh Dirga merasa semakin bertambah panas, napasnya terdengar berat, matanya sayu tapi berkabut gairah saat memandang tubuh sintal milik Luna. Dengan berpegang kepada benda-benda yang mudah di raih Dirga berjalan begitu pelan dan sempoyongan menuju Luna.

"Daddy kemana sih di suruh jaga Leon malah ditinggal, kalau kayagini mending tadi Leon tidur sama aku,"gerutu Luna yang sedang mengelus pipi Leon berusaha menenangkannya. Baru saja dirinya akan menggendong Leon karena tak kunjung berhenti menangisnya, tiba-tiba tubuhnya merasa terdorong ke samping hingga berbaring terlentang dengan kaki yang masih di lantai.

"Dad!"pekik Luna.

Luna melihat Daddy-nya berdiri di hadapannya dengan mata sayu.

"Apa yang Daddy lakukan?"tanya Luna, sebenarnya Luna merasa takut dengan Dirga saat ini karena Luna merasa lain dengan Dirga.

Menjadi ibu susu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang