1 - 2

314 68 7
                                    

Dua hari sebelum keberangkatan Orion Wilson ke guam. Indonesia.

Orion menyeka peluh yang membanjiri pelipisnya. Matahari nampak terik pagi ini. Ia memakai peralatan selam dan menyelam ke dalam kolam. Hari ini ia mempunyai jadwal melatih anak-anak untuk menyelam. Pertama-tama yang ia lakukan adalah pemanasan sambil menunggu anak didiknya tiba. Biasanya jika ada jadwal melatih anak-anak ia akan berangkat lebih awal ke tempat pelatihan sebelum mereka datang.

Baru dua kali putaran separuh anak didiknya sudah datang dengan diantarkan oleh orangtua mereka masing-masing. Kursus menyelam yang dibuat Ayahnya terpaksa menyeretnya sebagai salah satu guru di sini. Memang jadwalnya hanya seminggu sekali, tapi gaji yang didapat bisa ia simpan untuk kepentingan hidupnya nanti. Kebiasaan mandiri yang diajarkan Ayahnya sejak kecil membuat dirinya harus mencari uang diusia lima belas tahun.

Diusia yang kelima belas tahun, ia bekerja sebagai anak laki-laki yang mengerjakan pekerjaan rumah teman-temannya. Pekerjaan itu memang terlampau mudah, ia cukup menulis jawaban dan Orion akan mendapat uang sebanyak seratus ribu rupiah perhari. Langganannya juga bukan dari kelasnya saja, ada juga yang dari kelas seberang. Ayahnya juga tidak mempermasalahkannya. Yang terpenting bagi Ayahnya adalah anak laki-lakinya sudah bisa mencari uang dan mandiri.

Orion tidak pernah menganggap Ayahnya keras dalam mendidik dirinya. Sepatutnya Ayahnya harus begitu, agar dikemudian hari jika Ayahnya tiada ia bisa menjadi mandiri.

Setelah semua anak didiknya terkumpul, ia mulai kursus menyelamnnya. Biasanya akan dimulai dengan doa, nyanyian, dan penjelasan tentang peralatan selam secara singkat olehnya. Anak-anak yang belum bisa berenang akan dipisah dengan anak-anak yang sudah bisa berenang. Biasanya ia akan mengajarkan dua jam pertama untuk anak yang belum bisa berenang dan dua jam terakhir untuk anak-anak yang sudah bisa berenang.

Setelah empat jam itu ia akan mempulangkan anak-anak, sebelum pulang ia akan membagikan beberapa biskuit, permen, dan makanan ringan lainnya. Tujuannya agar mereka semangat dalam melakukan kursus menyelam.

Melajukan mobil sedan miliknya yang ia beli dari hasil jeri payahnya waktu SMA untuk menuju kediamannya. Mobil sedan hitam milik Orion adalah mobil pertama yang ia miliki, sampai sekarang ia belum menggantikannya dengan yang baru walaupun uang di dalam rekeningnya makin menggunung. Omong-omong, Orion Wilson bukan yang tipe boros seperti kalian. Haha, bercanda.

Sudah hampir lima tahun ia tinggal sendiri di kediamannya. Ia hanya ditemani kucing putih miliknya. Melangkah tegas dengan badan tegap, membuat salah satu pelayan di dalam rumah menyambut lelaki itu dengan senyuman.

"Selamat siang Bi." Orion melepas sepatu hitam miliknya untuk diletakkan di dapur oleh Bibi Rara.

"Selamat siang, makan siang sudah siap Tuan." Wanita paruh bayah yang sudah lima tahun bekerja dikediaman Wilson menerima sepatu milik Orion dengan sedikit menunduk.

"Maaf merepotkan Bi, badan Orion masih sakit." Tidak biasanya ia dilayani istimewa seperti ini, biasanya ia tidak meminta bantuan Bibi Rara untuk menaruh sepatunya di dapur.

Wanita itu mengangguk. "Tidak apa Tuan, saya permisi dulu ke dapur." Orion mengangguk singkat, dan menyandarkan tubuhnya ke sofa. Memejamkan mata sejenak dan kembali membuka kelopak matanya. Ia melangkah ke arah kamar pribadi miliknya untuk membersihkan diri.

Macet membuat dirinya kembali penuh dengan peluh. Jakarta memang selalu macet ternyata, entah kapan kemacetan Jakarta bisa reda.

Duduk rapi dengan setelan pakaian rumahan di kursi. Orion mengambil sesendok nasi dan meletakkannya di piring miliknya. Sayur kangkung tumis kesukaannya dan tempe, jangan lupa sambal yang dibuat Bibi Rara, persis seperti makan di hotel bintang lima. Menurut Orion.

Bi Rara muncul dengan beberapa buah ditangannya, ia menaruh buah tersebut di atas meja.

"Jangan lupa makan Bi." Orion mengingatkan wanita paruh bayah yang ada di hadapannya ini sambil terus mengunyah makanan.

"Iya Tuan, terimakasih. Saya permisi dulu."

Duduk santai sambil menikmati semilir angin sore membuat jiwa siapa saja akan tenang. Orion menatap hamparan bunga yang wanita paruh bayah itu rawat lima tahun ini, sambil terus mengusap punggung kucing putih miliknya namanya--Lulaby.

Matanya menerawang ke angkasa. Mengingat terakhir kali ia bertemu dengan Ayahnya--orangtua satu-satunya yang ia punya. Bibi Rara berlari tergopoh-gopoh ke arah belakang tempat Orion menikmati angin sore.

"Ada apa Bi? Jangan lari begitu, nanti jatuh." Orion menegakkan tubuhnya, membiarkan Lulaby bergerak manja di kakinya.

"Tuan besar datang Tuan." Orion menyengir, ia kembali menggendong Lulaby dan berlari ke depan.

"Terimakasih Bi!"

Punggung besar yang terbalut kaus putih itu memutar balik tubuhnya. Garis ketegasan tidak pernah luntur dari wajah Ayahnya. Netra coklat itu menatap harta satu-satunya yang ia miliki, walaupun sudah tua, lelaki itu masih terlihat tampan.

"Sudah besar ya ternyata." Abian Wilson tersenyum kepada anak semata wayangnya. Sedangkan Orion hanya nyengir tanpa alasan. "Kemari." Orion mendekat, satu hal yang ia lakukan adalah memeluk Ayahnya erat.

"Baru ingat anak ya?" Abian tertawa, pria dewasa yang sedang memeluknya ini tetaplah lelaki kecil yang menangis saat jatuh dari sepeda.

"Jangan menangis." Abian tersenyum karena tingkah anaknya masih sama--cengeng.

"Maaf kebawa suasana Ayah." Orion menghapus jejak sungai kecil yang sempat mengalir dikedua pipinya.

"Tak apa, Ayah ingin tunjukan sesuatu." Abian mengeluarkan sebuah surat yang sudah tak disegel lagi dari dalam saku celananya. Orion mengerutkan kening, ia sama sekali tak paham. "Surat rekrut untuk kamu Orion."

[ M A R I A N A   T R E N C H ]

Terimakasih telah membaca cerita ini, saya tahu cara kalian menghargai seorang penulis. Luangkan waktu sejenak untuk meninggalkan jejak berupa bintang-🌟 itu akan sangat membantu saya dalam berkarya. Jangan mengcopas cerita ini, saya tidak mengizinkan siapapun untuk mengcopas cerita saya. Terimakasih.

Sabtu, 27 Maret 2021. [Draf]

Minggu, 4 April 2021. [Publish]

Mariana Trench [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang