[38] Calm

806 153 17
                                    

"Dia bersama Jungkook." beritahu Jimin pada Jennie yang baru memasuki area dapur.

Tampaknya mengulang malam saat mencari Rosé yang hilang, dan laki-laki itu sendirian sebelum Jennie masuk.

"Aku tahu" Jennie menaruh lilin di meja dapur dan menarik bangku untuk duduk di samping Jimin.

"Mereka berdua tertidur. Jungkook duduk di lantai, bersandar di tempat tidur, sambil memegang tangan Rosé."

Jennie yang mendengar itu lantas tersenyum. Entah mengapa dia merasa sangat senang bila ada seseorang yang bisa diandalkan untuk adiknya.

Yang selalu ada bila dia sendirian, kesusahan, maupun saat takut menyerang seperti tadi.

"Siapa yang mengira jika Rosé akan bertemu pasangannya dalam situasi seperti ini?"

Senyum menghilang dari bibir Jennie saat laki-laki disampingnya tidak berbicara. Dia juga tidak menunjukkan reaksi apa pun.

"Jim? Ada apa?"

"Aku mendengar semuanya." Jimin berpaling ke arah lain, "Rosé dan Jungkook, mereka membicarakannya."

Jennie masih tidak mengerti, dia menopang dagu dan berharap Jimin akan berbicara lagi.

"Sekarang aku tahu kenapa Rosé takut gelap."

Jennie tertegun, dia segera menghadap Jimin yang masih membuang muka, "Jim.."

"Baru sekarang aku mengetahui bagaimana Anna dan Anne meninggal."

Jennie menunduk, dia tidak mengira Rosé akan bercerita mimpi buruknya. Dan dia juga tidak mengira Jimin akan mengetahuinya juga.

"Aku tidak bisa menemukan cara untuk memahami kenapa Rosé disalahkan atas segalanya."

"-Dia tidak..." Jennie seperti tersedak kata-katanya sendiri. Dia juga tidak bisa menyangkal kesalahan keluarganya saat itu.

"Ya. Dia tidak disalahkan secara langsung." Jimin tertawa pahit, "Mungkin itu tidak perlu, karena dia merasa itu semua salahnya."

"Kami ingin memberinya istirahat!"

Bahkan Jennie sendiri terkejut pada dirinya. Dia dengan cepat menunduk dengan kedua tangan yang terkepal.

"Tapi apa dia tahu? Apa dia merasa ingin beristirahat? Berisitirahat menenangkan pikirannya? Apa menurutmu seperti itu?"

Jimin mengerutkan kening saat dia melihat kembali ke Jennie yang masih menunduk.

"Tidakkah kamu berpikir jika Rosé adalah orang yang melihat sendiri apa yang terjadi? Bahwa dia yang paling menyedihkan karena adiknya terbunuh tepat di depannya--"

"Jimin!"

Jimin membuang muka saat mata Jennie bertemu. Jejak di wajah gadis itu terlihat jika dia bahkan sulit untuk mengingat semuanya.

"Kamu mengirimnya pergi pada saat dia sangat membutuhkan keluarga."

"Aku baru lima belas tahun waktu itu, Jim. Tidak ada yang akan berubah bahkan jika aku tidak setuju."

Jennie kini berusaha membela diri. Keluarganya juga tidak akan menghitung suaranya jika dia tidak setuju.

"Apa kamu mengunjunginya di Aussie?"

Jennie kembali tercengang oleh pertanyaan itu, "A-Aku datang dengan Mama dan Papa... Sekali.."

"Apa kamu tahu apa yang Rosé katakan padaku saat pertama kali aku mengunjunginya?"

Jennie menggelengkan kepala sambil menunggu Jimin berbicara lagi.

"Dia memintaku untuk menemaninya."

Zombie Apocalypse ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang