¬17¬

873 168 31
                                    













"HARUTO!!"

Teriakan itu membuat Junkyu tersadar dari lamunannya. Kejadian satu tahun yang lalu terputar begitu saja dikepalanya.

Haruto mendekat kearah Junghwan dan berbalik, ingin melihat siapa yang dengan tidak sopannya menusuk asal bahunya tanpa izin.

"Heh! Ada masalah apa lo sama gue anjing?! Jangan asal nusuk lah bangsat! Shhh.... " Haruto meringis saat tak sengaja menggerakkan bahunya. Bahkan Junghwan yang berada di belakangnya juga ikut meringis melihat pisau yang masih tertancap di bahu Haruto.

Pemuda asing itu terkekeh. "Gak ada sih. Gue cuma punya urusan sama kakak gue aja."

Jelas terlihat raut tak suka Junkyu saat pemuda itu berbicara. Rasanya Junkyu ingin sekali memusnahkan senyum memuakkan itu tapi firasatnya mengatakan ini masih belum seberapa. Mungkin ada yang akan datang lagi.

Hyunsuk mengernyit memandang pemuda asing itu. Entah ini firasatnya saja atau apa tapi dia sepertinya mengenali pemuda itu.

"Kim Doyoung?"

Semua mata kini tertuju pada Hyunsuk. Beberapa dari mereka menunjukkan raut bingung.

Doyoung tersenyum lebar. "Loh? Bang Hyunsuk?"

Junkyu mengerutkan dahinya. Bagaimana bisa 'adiknya' kenal dengan Hyunsuk?

"Kalian saling kenal?" tanya Junkyu.

Doyoung mengangguk. "Iyalah! Kita kan satu spesies. Iya gak bang?"

Hyunsuk menatap Doyoung tak suka. "Kita? Lo aja kali."

Sedangkan Asahi memberi sebuah kode pada Junghwan lalu pemuda itu mengangguk.  Tangannya bergerak kearah bahu Haruto, sedangkan sang empu sedang berusaha menahan tawa.

"Pfftt– BHA– BABI! ANJING! BANGSAT! HEH SAPI LO KALO MAU NYABUT TU PISAU BILANG DONG ANJIR! LO KIRA GAK SAKIT?! HUWAA MOMMYYYYYY!" Haruto segera menjauh dari Junghwan dan berlari menghampiri Jaehyuk yang kini terdiam.

Jaehyuk menghempaskan tangan kiri Haruto saat dengan lancangnya hendak memeluk erat tubuhnya. "Heh heh! Astagfirullah nak! Bukan muhrim!"

Junkyu mengabaikan percakapan tak berfaedah itu. Dirinya harus fokus sekarang. Walaupun daritadi dia harus menahan sesuatu yang ingin menyeruak keluar.

Menatap Doyoung tajam. "Apa mau lo?"

Doyoung yang semula terkekeh kini merubah ekspresinya menjadi datar. "Mau gue?" Doyoung menjeda ucapannya. "Lo mati."

Jihoon, Jeongwoo, Junghwan, Haruto dan Jaehyuk yang tidak mengerti ada masalah apa antara Junkyu dan 'adiknya' itu hanya diam sedari tadi.

"Sebentar deh. Ini gue gak ngerti sumpah." Perkataan Jihoon itu diangguki oleh yang lain. Sangat mewakili isi pikiran dan batin mereka.

Jihoon menatap Junkyu namun jarinya menunjuk Doyoung yang masih berdiam diri ditempat. "Dia adik lo?"

"Iya." Bukan Junkyu yang menjawab melainkan Doyoung.

Jihoon beralih menatap Doyoung. "Lo kalo ada masalah bisa dibicarakan baik-baik. Jangan asal nusuk. Lo kira sate apa ditusuk-tusuk."

Doyoung tertawa. Bahkan Mashiho yang sedari tadi diam kini ikut tertawa. Tawa keras yang membuat bulu kuduk mereka berdiri.

"Psst. Kak Jae. Ini mereka manusia apa setan sih? Ketawanya kayak kunti noona," bisik Haruto pada Jaehyuk.

Jaehyuk menggeleng. "Kok kunti noona sih? Pocong hyung dong."

"Fix sih ini mereka kerasukan orang-orang yang udah mati."

"Hooh."

Mari kita lewatkan dua manusia tampan tak berbobot ini.

"Kalian cuma berdua. Kita berbanyak jadi gak usah main-main," kata Jeongwoo agak keras.

"Berdua? Terus kita-kita lo anggep apa heh?"

"Kodok." Ingin sekali rasanya Jaehyuk memukul kepala Haruto tapi dia lebih memilih menarik tangan Haruto untuk mendekat kearah Asahi dimana teman-temannya yang kini membuat posisi melingkar.

"1..2..3..6..10! Anjir bang! Kita kalah jumlah."

Hyunsuk mendesis mendengar perkataan Haruto. Dia kenal satu orang diantara 'lawannya' ralat sangat kenal malah. Itu sepupunya Choi Yeonjun. Lalu sisanya Yedam, Yoshi, Soobin, Jaemin, Hyunjin, Jeno dan Yoonbin. Gila. Benar-benar gila. Orang-orang tak terduga muncul didepan mereka dengan aura iblis yang membara.

Jihoon rasanya ingin merobek mulut Soobin dan Jaemin yang kini tengah tersenyum remeh kepadanya.

Rasanya mereka ingin segera menuntaskan ini dan berlari keluar tapi saat melihat senjata lawannya yang lebih errr seram(?) membuat nyali mereka sedikit menciut.

Mereka hanya membawa tongkat baseball dan tongkat pramuka, lalu bet yang dibawa Jihoon, bola kasti dan sapu. Dan yang paling tajam hanya pisau yang dibawa Jaehyuk dan Hyunsuk.

Sedangkan lawan mereka membawa pistol, rantai, cangkul dan juga pisau kecil. Walaupun itu senjata yang biasa saja tapi ayolah mereka juga akan kalah jika tertembak dengan pistol.

"Anjir! Hyunjin si buaya sama Jeno anak kesayangan guru olahraga ikutan dong." Tentu saja Jaehyuk mengucapkan itu dengan suara kecil.

Asahi menunjuk satu orang disamping Hyunjin dengan dagunya. "Yoonbin. Itu anak diam-diam menghanyutkan."

Mashiho berjalan mendekat lalu menembak asal kearah Hyunsuk. Dan untung saja Hyunsuk dapat menghindar sebelum peluru itu mengenai tubuhnya.

"Bangsat!" geram Hyunsuk.

Mashiho tersenyum miring. "Saatnya kita mulai. Siapa yang kalah, akan jadi makanan buat kita."













































Dan mereka semua tidak menyadari bahwa ada yang memperhatikan mereka dari atas gedung sedari tadi.

"Mereka hanya alat. Biarkan mereka puas nanti baru kita yang akan menyelesaikan semuanya."



























***

makin gak jelas aja ya😭😭

aku gak tau ini ngetik apa T_T

udah lama gak nulis jadi begini T_T

jangan lupa vote n coment ya kawan❤

jangan lupa vote n coment ya kawan❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bloody Day ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang