Part 2

21 5 2
                                    

"Tapi nanti--"
"Ah yaudah lah." ujar Mama pasrah.

****

Sedikit perjalanan lagi, mereka sampai di rumah. Aku yang saat itu belum dilahirkan, sudah sangat ingin tau tentang kehidupan mereka. Segalanya kutanyakan pada Omak dan Omak menceritakannya dengan senang hati.

****

Setelah itu, mereka sampai di rumah dan memarkir mobilnya di kiri jalan dan tidak memasukkannya ke dalam garasi. Mereka turun dari mobil, melihat rumah yang berdiri di depannya itu dengan seksama.
Rumah yang cukup unik dengan gaya ala kebarat-baratan dan sedikit taman di depan teras rumah menambah sejuknya rumah yang berwarna ungu itu. Warna cat temboknya yang mulai pudar, pagar stainlessnya yang mulai berkarat, atap rumahnya pun, sudah tak memiliki warna, benar rumah itu akan direnovasi.


"Omak," panggil Mama yang masih menatap rumah itu.

"Omak," panggilnya lagi dan mulai bingung.

"Omak-- Omak, dimana Engkau?" panggilnya lagi, menengok ke kanan dan kiri.

"Haiba, Omak di sini, capek kali liatin rumah sambil berdiri,"

"Panas pula." ucap Oppung boru dengan berteduh di samping pohon yang rimbun.

"Di mana Omak?" ucap mama mulai mencari dan sedikit kesal.

"Astagaa Omak, di sini Engkau rupanya," ucapnya dengan perasaan lega.

"Sini, duduk nak." kata Oppung boru.

"Iya omak" jawab Mama dengan mulai beranjak duduk di samping Oppung boru.

Mereka berada tepat di depan rumahnya sendiri, tapi mereka tak memasukinya. Malah mereka mulai memikirkan, bagaimana memperbaiki rumahnya.

****

Kehidupan mereka mulai berubah sejak menikah dengan seorang pekerja luar negeri yang berpenghasilan hampir 30 juta per bulan itu. Dulu kehidupannya sangatlah minim untuk kebutuhan sehari-hari, tapi sekarang beda jauh.

Hari esoknya, Mama berpamitan pada Opppung boru untuk pergi berkumpul bersama teman-teman lamanya. Opppung boru yang saat itu, sedang menata bajunya di almari miliknya, datanglah Mama yang berjalan pelan menuju kamar Oppung boru dan mengetuk pintunya.

Tok tok,

suara pintu itu yang terketuk oleh tangan lembut Mamaku.

"Masuklah nak, pintunya ngga dikunci," sahut Oppung boru dari dalam kamar itu. "Omak, habis ini aku akan pergi bertemu teman lamaku di cafe," "Boleh Omak?" tanya Mama dengan nada lembut. Terdiam sangat lama dan Oppung boru pun menjawab "Apa tidak sebaiknya kamu di rumah saja nak?" "Kamu baru saja menikah."

"Tapi Omak, Suamiku tidak di sini" sahut Mama seketika. "Tapi nak--," "Omak...." sahut Mama dengan mata sendunya.

"Yasuda, pergilah." "Jaga diri baik-baik ya nak." "Di luar sana tak slamanya baik," jawab Omak.

"Terimakasih Omak, uhmm" jawab Mama dan memeluk Oppung boru dengan senangnya.

****

Pukul 19.18 WIB, Mama berpamitan kepada Oppung boru yang saat itu sedang duduk santai di depan televisi dan memakan camilan.

"Omak, Aku pergi dulu."

"Jangan terlalu malam untuk pulang," sahut Oppung boru.

"Iyaa omak,"

Aruna's lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang