36. YANG TAK PEKA

1.4K 193 153
                                    

Masih ada yang baca gak wooyyy!

____

Siang yang panas, di warung Bang Adul saat ini, seperti biasanya, gue sama temen-temen menghabiskan waktu istirahat.

"Napa lu Za?" Beni menegur Eza yang sejak tadi tiduran di bangku kayu deket gue. Tapi Eza tak merespon.

"Heh! Molor lu!" Kali ini Beni nendang salah satu kaki bangku hingga bergoncang.

"Ckk ... apaan si lu Ben? Gangguin orang aja?" Sambil meringis, akhirnya Eza membuka mata.

"Eh, nape lu Za?" Gue jadi khawatir liat muka pucet tu anak.

"Ga kenapa-napa. Mag gue kumat. Ga enak ni perut gua." Eza tampak sungguh-sungguh.

"Beneran? Gue anter ke klinik ayok!" ajak Beni.

"Ga usah. Ntar juga sembuh sendiri," tolak Eza.

"Jangan-jangan lu kena azab karna keseringan makan dari hasil nyolong ayam bangkok babe elu!" celetuk Isam.

"Nah! itu!" Gue mendukung pendapat Isam.

Beni menatap gue sama Isam. "Lu berdua kalo ngomong suka bener ye?"

"Taik lo semua!" damprat Eza kesal.

Gue sama anak-anak cuma ketawa.

"Noh! Bini lo dateng! Minta kerokin sono!" Beni menunjuk kedatangan Gita yang tampak menuju warung.

Eza segera bangkit dari rebahannya.

"Kamu kenapa Za?" Ngeliat muka Eza yang kayak lagi nahan boker, Gita langsung curiga.

"Abis muntah paku tuh laki lu! Urusin sono!" teriak Isam.

Gita ta menggubris anak itu. Lebih sibuk memperhatikan Eza.
"Mag kamu kumat ya?" tebaknya.

"Iya nih." Eza masih meringis.

"Minggir lu No!" Gita ngedorong gue yang duduk termangu di sebelah Eza. Hampir aja gue nyungsep ke pinggir.

"Santai aja Tante! Semua bisa diomongin baek-baek!" Gue yang kaget karna nyaris nyungsep langsung menggerutu protes. Lalu memilih untuk menyingkir.

Gita segera sibuk mijitin punggung Eza. "Kamu makan apaan emang?"

"Makan hasil malak!"

"Makan ayam bangkok!" Beni dan Isam menjawab bergantian.

"Diem lo berdua!" sentak Gita. Lalu kembali fokus ke Eza. "Minum obat ya?"

"Laki lu butuh tobat. Bukan obat!"  seru Isam lagi.

"Sam! Mulut lo lemes banget kayak mulut emak-emak! Diem napa?" Gita udah kesel bukan maen.

"Tau tuh si Isam. Sirik dia Git! Maklumin aja, Isam alergi sama segala sesuatu berbau keuwuan!" ujar Beni.

"Elu ga sirik Ben?" tanya Isam.

"Kagak. Gue sih terharu liat perhatian Gita sama si Eza. Saking terharunya, sampai mau netes nih air ludah gua!"

Hahaha ... Isama sama Beni kompak terbahak.

"Brengsek lu berdua!" hardik Gita gedek.

"Za. Aku beli obat kamu dulu ya, ke apotik depan. Kamu tunggu di sini," ujar Gita kemudian. Kayaknya udah hapal banget obat apa yang biasa dikonsumsi Eza saat magnya kumat. Eza hanya mengiyakan.

"Ayo No! Anterin gue!" Gita menatap gue sambil berdiri.

"Itu minta tolong apa ngasih perintah?" tanya gue.

TENTANG ENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang